oleh Abi Subekti
Aku melenggang melewati pintu masuk Perpustaakaan Nasional Bung Karno. Berhenti sejenak di depan layar monitor, lalu mengisi daftar pengunjung seperti biasa.
Kulihat perpustakaan nampak sepi hari ini.
Hanya ada dua remaja perempuan duduk di bangku meja tengah lantai satu dan seorang perempuan yang menelusuk di antara jajaran rak-rak.
Kepalanya bergerak dari atas ke bawah senada dengan tatapan matanya yang menelisik buku-buku.
Tanganku lantas menyeret sebuah bangku dari jajaran meja paling kanan, di belakang sofa yang menghadap loket pelayanan.
Pukul sepuluh kurang sepuluh menit. Belum ada tanda teman-teman yang datang untuk rutinan hari ini.
Rutinan hari ini, Ahad, 25 Juni 2023 dengan tajuk "Ihwal Cipta dan Baca Puisi" akan diisi oleh Mas Jon Blitar selaku pemateri dan aku sebagai moderatornya.
Sejenak diriku membuka buku-buku acak yang terdapat di atas meja sebelum akhirnya bunyi notifikasi masuk mengetuk smartphone.
Tatapanku melirik sebentar layar smartphone yang menyala.. Sebuah pesan, dari Mas Jon.
Mas Jon mengatakan sudah sampai perpustakaan, kubalas kalau aku sudah di dalam.
Setelah Mas Jon sampai di dalam. Kami mulai berbincang ringan sembari menunggu teman-teman yang lain.
Pukul setengah sebelas. Barulah rutinan dibuka. Mas Jon memaparkan materi mengenai penulisan puisi. Bahwa sebelum menulis puisi, menetapkan tujuan yang jelas akan lebih memudahkan prosesnya.
Lantaran tujuan yang jelas akan menjadi motivasi kuat hingga puisi yang kita tulis bisa selesai serta sesuai dengan maksud kita menuliskannya.
Ada banyak kiat menulis puisi yang Mas Jon sampaikan.
Di antaranya seperti mencari ide berdasar peristiwa atau momen yang ingin diangkat. Menetapkan konsep puisi, apakah puisinya akan menjadi puisi bahagia, sedih, marah atau yang lain. Hingga akhirnya pada publikasi ke khalayak lewat lomba, media sosial, juga pertunjukan.
Tepat pukul dua belas siang. Setelah pemaparan materi dan diskusi mengenai puisi selesai.
Mas Jon mengajak kami pindah tempat ke luar ruangan. Nantinya akan ada praktek baca puisi.
Pilihan pindah ke luar ruangan karena praktek membaca puisi pastilah memerlukan suara yang lantang.
Kurang lega rasanya jika praktek baca puisi dilakukan di dalam ruang perpustakaan.
Tempat luar ruangan yang kami pilih adalah taman kecil di sisi kiri amfiteater, di belakang Gong Perdamaian. Kebetuan cuaca siang tadi teduh, meski di siang bolong.
Mas Jon kemudian memaparkan bahwa dalam membaca puisi mental adalah pondasi utama.
Jika mental pembaca tidak siap, mau sebagus apapun puisi yang akan dibaca pasti hasilnya tetap kurang maksimal.
Hal penting selanjutnya adalah memahami puisi seperti apa yang akan dibaca hingga cara seperti apa yang harus kita lakukan ketika membaca puisi tersebut.
Setelah pemaparan terkait teknis baca puisi selesai barulah momen yang ditunggu-tunggu tiba. Praktek baca puisi satu persatu.
Puisi yang dibaca harus ditulis spontan. Nmaun, cukup satu bait saja sebagai permulaan latihan.
Setiap anggota yang hadir membacakan puisi dengan apik nan khas masing-masing.
Setelah semua yang hadir selesai membacakan puisi. Rutinan untuk hari ini telah usai.
Sebagian teman memutuskan untuk langsung undur diri, sementara sebagian yang lain masih berbincang santai.
Berikut puisi yang dibacakan oleh teman-teman dalam rutinan hari ini. Sebagian puisi tidak diberi judul.
Perempuan
Oleh Yolanda Mery
Dengarkan aku ...
Makhluk-Nya yang dianggap sempurna
Karna melahirkan banyak pujangga
Prosa tak selalu memaknai keberadaanku
Tapi sejarah mencintai hadirku
Bagaimana bisa kau memandang lemah aku
Sedangkan aku bisa menjadi ibu dan cahaya hidupmu
Dengar suaraku ...
Sebab kau juga terbentuk di dalam ibumu
Tanpa aku dan ibumu, kau takkan mencecap candunya hidup dalam belenggu
Dengar aku ...
Karena perempuan seperti aku dan ibumu selalu tenggelam dan dibungkam
Padahal menjadi hasil konstruksi ketidakadilan dunia
Dengarkan ini ...
Saat ini hingga harimu nanti mati
Blitar, 25-06-2023
Puisi oleh Arfiyana
Keheningan menyambut kedatanganku
Kutatap banyak manusia mengais ilmu
Diantara rak rak besar
Jemariku bergerak menarik sebuah buku
Buku yang seolah menyihirku
Membawa mataku agar menatap kearahnya
Blitar, 25-06-2023
Puisi oleh Abi Subekti
Dan tataplah pantulan bayanganmu pada kaca, maka akan kau dapati bulan ada di sana
Begitu juga dengan cahaya bintang yang berpendaran pada kedua bola matamu
Juga indah paras jelita
Serta anggun tindak tandukmu
Blitar, 25-06-2023
Belajar dari Rembulan
Oleh Rahmat Agung Suwarno
Bagaikan rembulan yang semangat menyinari bumi
Itulah yang harus kita teladani dalam hidup ini
Rembulan selalu berusaha bersinar dalam kegelapan
Dimalam penuh keheningan
Jika mendung bulan tetap bersinar diantara awan-awan
Begitulah gambaran dalam kehidupan
Ada perjuangan yang harus kita lakukan
Walaupun melalui banyak rintangan
Rembulan akan selalu memancarkan sinarnya
Walau selalu ada yang menghalanginya
Itulah dapat kita ambil pembelajarannya
Agar kita semangat melangkah dan tidak putus asa
Belajar dari rembulan yang memancarkan sinarnya
Begitulah hidup yang sebenarnya
Penuh rintangan yang harus dilalui
Tetaplah terus bersyukur setiap hari
Kumpulan Puisi Berlayar Menuju Pembelajaran
Kediri, Agustus 2022
Kutanam Puisi di Bumimu
Oleh Jon Blitar
Bung!
Aku datang padamu
Beri panggungmu, biar kutanam api puisi
Di sini
Di tanahku tanpa purna
Puisi-puisi abadi
Ruang Perpus Bung Karno, 25-06-2023.
Puisi oleh Rizky Saputra
Sampai waktu menjemputmu
Takkan ada yang pernah sedalam kamu,
patah hati terhebat yang terlambat ku rayakan
Apapun, asal kamu tetap disini
Bilapun tak mungkin menyatu,
Senang bisa menatapmu malam itu, senang menjadikanmu yang pertama
Meski, pada akhirnya kita saling mencintai dalam bentuk yang berbeda
Salah satunya caraku, tertebas begitu tragis
merelakanmu
Blitar, 25-06-2023
Angin
Oleh Addie Suyoso
Tangan-tangan berwajah merana
Sedih, menahan panas
Di atas tanah-tanah kerontang
Tersungkur terempas lidah sang surya
Angin, kau datang
Gegas tanganmu membelai
Selaksa daksa nestapa
Tiupkan napas-napas hayati
Pembawa energi ke seluruh nadi
Blitar, 25 Juni 2023
Puisi oleh Suprayitno Black Swan
Sila pamungkas masih belum kelar, Bung
Bangsa yang engkau titipkan tampak kembung
Bagai membeli kucing dalam karung
Sekar melahar Marhaenis meriung
Blitar, 25 Juni 2023
No comments:
Post a Comment