Membangun Konsistensi Diri - FLP Blitar

Membangun Konsistensi Diri

Share This

Salah satu cara meraih kesuksesan dalam bidang apa pun adalah konsisten. Ingin jadi penulis ya harus konsisten, ingin cepat menikah ya harus konsisten, ingin apa pun kita harus konsisten. Pertanyaannya, apa yang kita butuhkan agar bisa konsisten?
Motivasi? Salah. Untuk konsisten kita tidak membutuhkan motivasi. Karena motivasi itu labil. Dia tidak menetap pada satu maqam. Dia dapat turun dan naik secara tiba-tiba.

Apa dong? Niat?
Salah juga. Karena niat pun bisa berubah. Hari ini kami berniat menulis novel, sejam kemudian kamu ingin nulis cerpen, berubah terus.

Lantas apa dong yang dominan membuat kita konsisten?

Jawabannya adalah Kebiasaan ya, kebiasaan lah yang membuat kita konsisten. Nggak percaya? Coba cermati. Hampir 50 persen aktifitas sehari-hari adalah kebiasaan. Karena sudah biasa maka kita tidak akan lagi merasa terbebani melakukannya.

Karena terbiasa chattinga, maka kita tak terbebani lagi melakukannya.
Karena terbiasa salat, maka kita tidak terbebani lagi melakukannya.
Karena terbiasa mandi, maka ketika tidak mandi maka kita akan merasa ada yang kurang.
Jika kita sudah biasa menulis, lalu apakah kita akan terbebani? Tentu saja tidak.

Nah, untuk berlatih agar kita konsisten melakukan sesuatu, kita mungkin perlu belajar dari orang Jepang. Bukan dari kakek Sugiono atau Miyabi ya. Dari mereka kita belajar bokep. Tapi belajar dari pola hidup orang Jepang yang disebut Kaizen (tolong koreksi jika salah)

Kaizen adalah sebuah pola memberantas kemalasan dengan kebiasaan melakukan sesuatu selama satu menit setiap hari. Ya, hanya satu menit. Tapi dilakukan setiap hari tanpa absen.
Misalnya, ketika kamu ingin membiasakan atau ingin jadi penulis kamu harus tahu apa yang akan mendukung proses menjadi penulis tersebut. Maka tak lain dan tidak bukan adalah membaca dan menulis.

Orang jepang (tentu tidak semua) akan membaca satu menit sehari dan menulis satu menit sehari. Dan itu terus mereka lakukan dalam kondisi apa pun. Dalam lelah dan santai, dalam senang dan duka bahkan saat aku sedang merindumu . Mereka akan terus memaksa dirinya untuk tetap melakukan itu. Masa iya satu menit sehari tidak sempat?
Ingat! Semua manusia diberi waktu 24 jam.
Pertanyaannya, adakah manusia bodoh?
Yang lebih malas banyak.

Semoga bermanfaat

No comments:

Pages