Aku sering menulis sebuah kisah berdasarkan segumpal kegelisahan saat menyaksikan kepincangan dalam kehidupan bermasyarakat. Kejanggalan dan ketidakadilan kerap menggelitik pikiranku untuk meluruskan masalah lewat jalinan kisah.
Banyak kepincangan hidup yang terpampang di tengah eforia pembangunan. Maraknya medsos membuat keadaan semakin runyam. Harus ada pemikiran positif untuk mengurangi ketidakpastian. Di situlah fungsi tulisan berperan.
Sebagai penulis tak perlu berharap lebih dari setiap karya yang dibuat. Nikmati saja prosesnya. Kebahagiaan penulis yang utama adalah ketika karyanya mampu memberikan pemikiran positif bagi pembacanya. Soal ketenaran dan pendapatan (royalti) dari menulis, hal itu semata-mata hanya bonus dari Yang Maha Kuasa.
Seperti halnya Bung Karno yang telah menggagas Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Beliau dapatkan nilai-nilai luhur Pancasila dari penggalian akar budaya yang tumbuh di masyarakat. Dengan pola pikirnya yang tajam dan penuh martabat, Bung Karno mampu menemukan nilai-nilai luhur dari kehidupan rakyat Indonesia yang sudah terlalu letih dicengkeram penjajah.
Bahkan dalam proses kelahirannya, sila pertama sempat menimbulkan ketegangan. Namun dengan jiwa besarnya Bung Karno bisa memberi solusi terbaik demi keutuhan bangsa.
Sebagai penggali Pancasila, Bung Karno tak pernah berpikir tentang diri dan keluarganya, karena yang ada dalam benak Bung Karno hanyalah kebebasan bangsa Indonesia.
Hal ini bisa kita jadikan suatu pembelajaran bahwa dalam menciptakan sesuatu haruslah diniatkan untuk kebaikan. Karena dari niat yang baik akan mendatangkan hal-hal yang juga baik.
Dan aku sekadar jadi penyaksi yang mengabadikan semua ini lewat kata-kata.
Mari berkarya untuk kebaikan.
No comments:
Post a Comment