Kakek Bisu - FLP Blitar

Kakek Bisu

Oleh Hana Lusita

Di suatu desa pelosok terkenal seorang kakek yang hidup sendiri di rumah kecilnya yang berpondasikan kayu,warga selalu menyebutnya dengan nama kakek bisu, karena beliau tidak pernah sedikit pun berinteraksi dengan warga sekitar. Dia selalu keluar rumah dikala subuh dan pulang disaat hari mulai petang, hal itu yang membuat warga juga kesulitan untuk berinteraksi dengannya. Sebelumnya warga mengetahui bahwa kakek bisu memiliki seorang istri namun sudah meninggal.

“Mau ngapain sih orang itu,” ucap Pak Yayas sembari memperhatikan kakek bisu yang pulang membawa sampah.

“Sudah biarkan saja, kita sebagai pengurus desa tetap saja tidak boleh menggangu privasi milik kakek bisu,” ucap Pak Kades

Selain tidak pernah berinteraksi dengan warga, kakek bisu juga melarang siapapun masuk kedalam rumahnya. Beberapa kali perangkat desa hendak melakukan pengecekan kesehatan warga di rumah, kakek bisu selalu menghadang dan melarang siapapun masuk.

Hal itu membuat warga tidak memnyukai kakek bisu, terasa ada hal besar yang disembunyikan di rumah itu, namun ada juga beberapa orang baik yang kadang kala memberi sedikit rezekinya kepada kakek bisu dengan menaruh makanan atau kebutuhan pokok didepan rumah kakek bisu dikala beliau sedangan diluar rumah.

Rumah kakek bisu sangat tertutup rapat, tidak ada lubang sekecil apapun untuk bisa melihat isi dalam rumah kakek bisu, karena kakek bisu sangat menutup rapat-rapat rumahnya. Suatu ketika ada beberapa anak muda nakal yang penasaran akan isi dalam rumah kakek bisu.

“Zsst.. zsst.. udah belum?” tanya Aldo sembari memperhatikan tempat sekitar

“Nggak tembus-tembus woy, kayunya keras banget” ucap Danang yang merasa geram karena sedari tadi berusaha mengorek-orek rumah kakek bisu.

“Hei kalian ngapain disitu!” teriak Pak Kades.

Aldo dan Danang seketika terkejut mendengar ada yang meneriaki mereka

“Eh, Pak Kades,” ucap Aldo dan Danang dengan nanda gugup.

“Kalian ini ya!, nggk ada habis- habisnya gangguin Kakek bisu” Pak kades pun menceramahi Aldo dan Danang panjang kali lebar.

Dari dulu Aldo dan Danang selalu dibuat penasaran dengan sosok kakek bisu yang misterius, keluar rumah subuh pulang hampir petang dan membawa kantong besar berisi sampah, anehnya jika kakek bisu memang pemulung di pelataran rumahnya sama sekali tidak ada sampah yang berserakan, tidak seperti pelataran rumah tiap warga desa yang selalu kotor. Maka dari itu Aldo dan Danang selalu membuat sekenario untuk membuntuti kakek bisu atau mencari tahu tentang profil beliau. Tapi, anehnya setiap kali membuntuti kakek bisu,mereka selalu gagal mendapatkan infomasi, ada saja kejadian aneh sehingga mereka tidak berhasil memecahkan misteri mengenai kakek bisu.

“Tapi kan pak, orang itu aneh banget, tidak bersosalisasi dengan orang lain, pulang-pulang bawa sampah, dari mana coba? Kita lihat di sepanjang jalan desa ini juga masih banyak sampah, orang-orang desa sini kan buang sampah sembarangan,” ucap Aldo dengan segala pengetahuan mengenai keadaan desanya.

“Iya, pak kalau memnag dia tukang cari sampah, seharusnya sampah-sampah di desa ini mulai berkurang dong, ngapain cari sampah ditempat lain, kurang kerjaan banget,” Danang menimpali.

“Semua itu memang benar, tapi bukan beratti kalian mengganggu kakek bisu kan?, saya sebagai Kades di desa ini juga masih berusaha, agar para warga mau belajar membuang sampah di tempatnya, tapi tetap saja setiap warga susah sekali di tertib kan, mereka memilih didenda dri pada harus repot-repot membuah sampah pada TPA atau mengurangikan menjadi bubuk dan sebagainya, bapak juga sudah berkali-kali mengajak para warga mengikuti sosialisasi cara menguraikan sampah tapi tidak ada yang datang. Pak kades hanya tau satu hal, saat akan di adakan sosialisasi di balai desa, dari kejauan kakek bisu hendak mengikuti, tetapi setelah ...

Tiba-tiba Pak Kades menghentikan pembicaraanya.

“Kenapa pak?” tanya Aldo dan Danang yang penasaran. Terdengar suara langkah kaki dari belakang Aldo dan Danang, ternyata ada kakek bisu berjalan melakah menuju rumahnya, Aldo dan Danang seketika terkejut.

“Pak ...,” sapa Pak Kades tetapi diabaikan oleh kakek bisu yang berlalu saja  dan langsung memasuki rumah tanpa sepatah kata pun kepada kepala desa, untung saja Pak Kades orang sabar, jadi memaklumi perlakukan kakek bisu terhadapnya, Pak Kades pun memberi isyarat kepada Aldo dan Danang untuk segera pulang kerumahnya masing-masing.

Kesokan pagi yang cerah, salah satu warga yang lama tidak membuang sampah, hendak membuang sampah di danau. Dia menemukan  kakek bisu yang sudah meninggal.

“Loh ... kakek-kakek bisu,” orang itu berusaha membangun kan kakek bisu di tempat duduknya tapi tidak juga terbangun. Akhirnya dia memanggil seluruh warga.

Warga desa sangat terkejut melihat danau yang sangat bersih dan indah, mereka sangat tau, bahwa dulunya danau ini sangat kotor, karena warga selalu membuang sampah disana, sampai akhirnya warga merasa sangat jauh jika membuang sampah di danau, sehingga warga asal membuah sampah di sepanjang jalan dan sekitar rumahnya tanpa mengolah sampah itu.

Dan yang mengejutkan lagi saat ditemukan jasad kakek bisu dengan keadaan duduk santai menghadap danau, terdapat satu lagi kursi kosong yang nampak cantik dengan ukiran bunga- bunga, warga meyakini bahwa kursi cantik itu milik almarhum istrinya.

Selama ini kakek bisu memanfaatkan kemalasan warga yang sudah tidak mau lagi jauh-jauh membuang sampah di danau. Dengan pergi ke danau setiap hari, dari subuh hingga petang kakek bisu, bisa membersihkan seluruh danau itu sendiri. Danau itu sangat berarti baginya karena merupakan salah satu tempat kenang- kenangan indahnya bersama sang istri terncinta, setelah istrinya meninggal dia berjanji untuk membersihkan danau itu, sehingga akhirnya beliau ditemukan meninggal dengan wajah cerah seolah mengatakan.

“Danau yang indah ini, mengingatkan ku akan senyum indah mu,” ucap kakek bisu diakhir hembusan nafasnya.

Kamu dan segala kenangan
Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayangan

Tak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu (padamu)

~ Maudy Ayunda - Kamu & Kenangan

Melihat kegigihan dan cinta kasih kakek bisu akan istrinya, warga sangat mengagumi beliau dan akhirnya mengubah kebiasaan warga yang malas mebuang sampah dan membersihkan lingkungan, kini menjadi warga yang rajin membersihkan lingkuan sekitar dan danau. Dan juga warga belajar akan, kekreatifan dari kakek bisu yang mengolah sampah-sampah plastik untuk kerajinan plastik semasa hidupnya. Di dalam rumah misterius kakek bisu ternyata tersimpan barang-barang cantik hasil memungut sampah. Kakek bisu belajar cara mengolah sampah menjadi cantik dari istrinya, sampah yang selama ini iya bawa dari danau ke rumah diolah kembali menjadi kerajinan tangan yang cantik, seperti tas plastik, tikar plastik dan lainnya.

“Cinta dan kasih beliau terhadap istrinya mengubah banyak hal, terutama untuk warga desa kita” ucap pak kades merasa terharu.


Penulis : Hana Lusita Dewi

No comments:

Pages