Saya dan HP Jadul - FLP Blitar

Saya dan HP Jadul

Bagikan

Oleh Fahrizal A.

HP jadul mewarnai kehidupan saya, sejak lama. Sampai seorang teman--yang bekerja di gerai ponsel--menawarkan sebuah ponsel android dengan cicilan yang terjangkau.

"Jauh lebih murah dari cicilan motormu," Tegasnya kala promosi.

Namun belum begitu tertarik, entah karena apa. Padahal, sering saya meminjam hape teman, untuk sekadar berfoto, khususnya ketika ada acara.

Sering juga melihat teman berganti hape, sambil bercerita panjang lebar soal spesifikasinya ; kualitas kamera, RAM, memori internal, dan lain sebagainya.

"Kamu gak pengen ganti hape?" Tanyanya.

Biasanya hanya saya jawab : belum ada duit. Padahal faktanya memang demikian, belum ada duit. Kalau soal cicilan motor, itu beda lagi. Karena motor untuk keliling kesana kemari. Jadi tetap diusahakan.

Mungkin bisa juga bila diupayakan, misalnya ketika pada akhirnya harus beli laptop pada 2012. Tugas makalah, kerja jadi konten writer dan keperluan PKL, harus punya laptop sendiri.

Dari 2012-2015, laptop jadi benda wajib yang selalu saya bawa kemana-mana, dengan bekal sebuah modem smartfren, kerjaan bisa diatasi lebih cepat.

Baru setelah itu saya membeli ponsel android, RAM 2GB, pada saat itu masih terbilang langka. Ternyata asyik juga ya, banyak hal bisa dilakukan hanya lewat ponsel, terutama bersosial media.

Banyak hal bisa saya kerjakan lewat ponsel itu, termasuk kebiasaan mencatat yang sebelumnya ditulis tangan dalam sebuah buku saku.

Saya lupa jika ponsel bisa rusak. Ketika ponsel itu rusak, catatan sepanjang 2015-2016 juga lenyap, hangus bersama memori ponsel.

Kejadian ini hampir mirip dengan flashdisk saya yang karena human eror, ikut terendam dalam jemuran. Padahal flashdisk itu berisi file foto dan dokumen bersejarah semasa Aliyah.

File doc tulisan saya saat aktif di Jurnalistik sekolah, foto-foto dari kamera digital atau dari Nokia 6600, raib semua.

Dua kehilangan yang menyisakan penyesalan mendalam.

Namun memiliki ponsel android sudah jadi semacam gaya hidup, apalagi komunikasi kini sudah beralih ke whatsapp. Kala ponsel rusak, saya sedang bokek berat. Akhirnya membeli hape jadul ala kadarnya, yang super murah, pokok bisa untuk whatsapp.

Akhirnya dapat Samsung Galaxy young. Hape mini itu ternyata asyik untuk menulis. Lalu saya berniat cari satu lagi, ternyata sudah langka. Ketemunya Samsung Galaxy V. Sedikit agak lebih lebar dari young.

Aktivitas menulis saya pun beralih dari laptop ke ponsel. Buka laptop hanya sekadar untuk editing atau ketika ada suatu project dan harus membuat proposal. 

Laptop pun juga jadul

Dulu, buka laptop juga untuk menonton film. Sekarang, dengan biaya paket data yang terjangkau, apalagi ada paket khusus YouTube, nonton sesuatu lebih efisien dari ponsel. Lebih hemat listrik juga.

Maka, saya pakai HP jadul dan terbiasa hingga saat ini. Terhitung sejak akhir 2016 hingga sekarang.

Apa tak ingin punya HP keluaran terbaru? Ya minimal dengan fitur kamera yang lebih baik, biar fotonya terlihat lebih kinclong dan dapat like banyak di sosial media.

Tentu ingin, namun belum ada duit. Duit yang ada masih harus untuk bayar cicilan, beli token listrik, beli bubuk kopi wine, beli bensin harian dan beli kebutuhan lainnya.

Sementara, aktivitas menulis masih bisa berjalan dengan bantuan HP jadul, termasuk aktivitas di facebook, instagram dan whatsapp. Meski, HP jadul saya ada 3.

Ada HP yang saya pakai khusus untuk posting foto instagram, ngecek dashboar blogger, hingga meeting zoom. Tidak ada aplikasi lain, dan tidak untuk aktivitas lain.

Saya terkesan aktif bersosial media, padahal hanya buka untuk posting sesuatu. Tidak sampai melibatkan waktu cukup lama untuk cek explorer instagram misalnya. Di facebook pun, saya lebih sering unggah story dan tautan.

Lewat HP yang saya buat ngetik ini, isinya hanya note, blog it, dan akun whatsapp kedua. Ada juga YouTubenya. Kenapa harus demikian? Agar bisa fokus dan tak terganggu notifikasi. Orang seperti saya itu masih gampang kepo dan tergoda.

Banyak waktu dan kuota kadang terkuras habis hanya untuk berselancar tak jelas, stalking akun atau semacamnya. Sementara tugas dan kerjaan menanti untuk lekas diselesaikan.

Jadi, saya musti keras dengan diri sendiri dulu. Istiqomah dengan HP Jadul. Kebetulan keadaan sedang mengharuskan untuk melakukan itu. Dompet masih paspasan.

HP jadul pun, perlu disyukuri, bukan?

Blitar, 12 Juli 2020


No comments:

Pages