RUANG KENANG untuk BUNG KARNO: LITERASI SENI DAN BUDAYA DIADAKAN LAGI! - FLP Blitar

RUANG KENANG untuk BUNG KARNO: LITERASI SENI DAN BUDAYA DIADAKAN LAGI!

Bagikan



FLP Blitar pada hari ini, Minggu (21/6/2020) kembali melakukan penampilan Parade Puisi di Amphiteater Perpustakaan Bung Karno. Sedikit berbeda dari penampilan tahun sebelumnya.

Sebelumnya, dihadiri oleh tokoh seniman, masyarakat, para mahasiswa/i serta para siswa-siswi sekolah. Namun, dengan adanya pandemi covid- 19, maka penampilan dilakukan secara live streaming melalui Facebook Page Komunitas Penulis Blitar.

Dengan adanya kegiatan live streaming ini, diharapkan masyarakat masih dapat menikmati penampilan dari FLP Blitar.

Disampaikan oleh perwakilan dari UPT Perpustakaan Bung Karno saat sambutan menyatakan, 

Pemikiran Bung Karno dengan waktu singkat itu tidak mudah, menceritakan Bung Karno dari A sampai Z dalam sehari. Maka pemikiran Bung Karno kita kemas dengan RUANG KENANG untuk BUNG KARNO.

Bung Karno adalah orang besar yang yang biasanya sudah kita rayakan dengan pesan-pesan. Menarik bagi bangsa Indonesia karena kebesarannya kurang kebesaran dalam hal semangatnya, pemikirannya, dan tindakan-tindakannya.

Cerita story telling istilahnya kalau saya karena adalah history yang saya paling kan yang melibatkan, jadilah cerita saya bukan cerita yang seperti teman-teman yang lain, tapi cerita yang sifatnya khusus Jadi bukan bercerita seperti bawang merah atau bawang putih.

Tapi kita bercerita Soekarno tapi dalam perspektif pemikiran Bung Karno secara singkat. Pendekatan petikan dari 1961 Indonesia ada sejarahnya, namanya Deklarasi dan Proklamasi.

Proklamasi itu adalah menyatakan kemerdekaannya lepas dari penjajahan dan membentuk sebuah negara, dan Deklarasi adalah pernyataan menjaga kita merdeka. Itu penting kita deklarasikan karena negara lain bingung mau bagaimana karena belum dideklarasikan. Deklarasi itu ada dalam Pancasila.

Pemikiran Bung Karno adalah masa muda Bung Karno, 27 tahun untuk memformat sebagai bangsa Indonesia. Dalam konteks Pancasila, ini 27 tahun, jadi kalau tahun 45 untuk ke belakang ada tahun 1917 atau 1918, Bung Karno muda ini telah mulai berpikir bagaimana menuju Indonesia merdeka dan sejahtera.

Indonesia dalam keadaan terjajah. Terjajah itu dimiskinkan dikuasai jumlah. Perbandingan kompresi hal itu terjadi selama waktu yang lama 100 tahun maka harus ada satu pemikiran bagaimana kita menuju Merdeka. Ini masalah pendidikan, adalah masalah kekuasaan, maka dari itu kalau ingin Merdeka bangsa Indonesia harus punya kekuatan. Kamu punya kedaulatan caranya bagaimana, kalau kita ingin membangun kekuasaan, kedaulatan harus dipersatukan. Itu merupakan dialektika dari Cinta Tanah Air Indonesia (Budi Kastowo).

Kegiatan dilakukan dengan protokoler yang dihimbau dari Pemerintah seperti memakai masker, cuci tangan, membawa handsanitizer dan jaga jarak. Sementara untuk penampilan dilakukan mulai pukul 09.30 – 12.00 wib. Dengan kegiatan monolog, dongeng, parade puisi, bermain musik serta berbagi 5 buku gratis. 

Selain itu, FLP Blitar juga berkolaborasi dengan UPT Perpustakaan Bung Karno, Kampung Dongeng, komunitas Muara Baca, dan Teater Etnika.[]

Pewarta: Alfin Luluk Kamalia
Fotografer: Rosy Nursita
Keterangan FotoSambutan dari UPT Perpustakaan Bung Karno, di Amphiteater Perpustakaan Bung Karno, Minggu (21/6)


No comments:

Pages