Lagu untuk Ayah - FLP Blitar

Lagu untuk Ayah

Bagikan
Oleh : Dimas Fanny

Bagi pecinta musik ber-genre “cadas” pasti berpikiran lagunya tidak ada yang “mellow” atau menyayat hati.

Jangan salah, musik rock dan metal pun punya lagu semacam itu. Sebagai contoh lagu dari Band Indonesia, Andra and The Backbone yang berjudul Musnah. Band tersebut mengusung genre rock yang liriknya bertemakan patah hati.




Lagu metal ataupun genre instrumental lainnya juga ada, tapi lebih tepatnya lirik yang diusung merupakan penghormatan terakhir pada orang yang tersayang.

*

Lagu ini berjudul The Best of Times dari band Dream Theater yang muncul pada Album ke-10 yaitu Black Clouds and Silver Linings. Album ini merupakan Album terakhir dari Mike Portnoy, salah satu pionir dari Band Dream Theater yang berposisi sebagai Drummer yang meninggalkan Band yang dibentuknya.




Sambil membaca artikel ini,  sekalian dengarkan lagunya di link berikut:

Lagu ini merupakan persembahan Mike Portnoy kepada ayahnya yang telah meninggal di tahun 2008 ketika melawan kanker. Beruntungnya, dia bisa membawakan lagu ini ketika ayahnya masih hidup. Kemungkinan masih dalam keadaan sekarat. Selain itu, nama Band Dream Theater ini juga merupakan usulan dari ayahnya.

*

Lagu ini juga senasib dengan kehidupanku. Ayahku juga berjuang dengan keras melawan penyakit jantung dan paru-parunya. Hingga selama recovery, beliau sudah siap hidup dengan baik seperti sedia kala. Sudah siap dan sehat kembali hampir 100%.

Tapi Allah telah berkehendak lain. Sebelum pulih sempurna, beliau sudah dipanggil terlebih dahulu. Aku harus menerima dengan sabar dan ikhlas.

*

Masuk ke lagu:

Di lagu ini, membawakan nada yang sedih dan gloomy. Dengan opening instrumental selama kurang lebih 3 menit dengan nada sedih dan tiba-tiba naik beat-nya (salah satu ciri khas nada pada genre progressive metal) dan instrumen cepat yang berteknik tinggi selama kurang lebih 1 menit.

Di menit ini mulai bercerita bahwa Mike Portnoy yang sebagai penulis liriknya mengingat betapa indahnya masa lalunya bersama ayahnya. Dia tentunya tidak melupakan apa yang sudah dibuat kenangannya bersama ayahnya yang dianggapnya sebagai sahabat dan idola baginya.

Di menit ke-5 dia menceritakan suasana dia dan ayahnya ketika mendengarkan radio yang menceritakan berita kehilangan anjing kesayangan mereka Harold dan Maude yang hilang di ladang petak 12. Ketika mereka tidak saling bertemu, mereka selalu bertelponan berjam-jam.

Di menit ke-6 masuk instrumental nada sedih yang harmonis dengan keunikan nada naik turun perubahan time signature. Instrumen berhenti hingga menit ke-7 dengan dilanjutkan merefleksikan diri bahwa sudah saatnya menerima kenyataan dan harus move on diiringi nada kalem dan sedih.

Dia menyemangati dirinya bahwa setiap perjalanan dia sangat berharga bersama ayahnya. Cinta, senyuman, inspirasi, dan segala yang membawa dia hingga saat ini sebagai petunjuk kehidupannya.

Di menit-menit ini hingga menit ke-9 nada lagu mulai bersemangat dan sebagai pertanda harus segera bangkit dari kesedihan yang mendalam. Dia berharap selalu mengingat hal-hal yang manis untuk sebagai bimbingan hidup di kesehariannya.

Lagu ini diakhiri dengan nada yang penuh emosional dan tidak lupa selalu menggunakan perubahan time signature yang rumit dan kompleks. Serta, berbagai Teknik bermain musik yang indah nan kompleks. Lagu ini berakhir di menit ke-13 dengan klimaks untuk menyemangati dirinya. Dari cerita dan lirik tersebut, menggambarkan suasana kesedihan hati yang mendalam.

*

Lirik dan lagu ini kupersembahkan kepada Ayahku yang meninggal seminggu yang lalu. Aku sangat paham rasa kehilangan orang yang tersayang.

Berikut lirik dan terjemahan dari lagu The Best of Times – Dream Theater

Remember days of yesterday
(mengingat-ingat masa lalu)
And how it flew so fast
(dan betapa cepat telah berlalu)
The two score and a year we had,
(2 lembaran musik dan tahun yang sudah kita lalui)
I thought would always last
(aku rasa akan selalu menjadi terakhir)

The summer days and west coast dreams,
(di hari-hari musim panas dan tanjung barat impian)
I wished would never end
(aku berharap tidak akan pernah berakhir)
A young boy and his father,
(antara anak laki-laki dan ayahnya)
Idol and best friend
(sebagai idola dan sahabat)

I'll always remember
(aku akan selalu mengingatnya)
Those were the best of times
(waktu-waktu terbaik tersebut)
A lifetime together
(masa-masa bersama)
I'll never forget
(aku tidak akan pernah melupakannya)

Morning shows on the radio
(pertunjukkan pagi di radio)
The case of the missing dog
(teradapat kasus hilangnya seekor anjing)
Lying on the fields at the only twelve
(yang tinggal di petak hanya 12)
Watching Harold and Maude
(menonton Harold dan Maude)

Record shops, the stick-ball fields
(toko-toko rekaman, dan lapangan stick-ball)
My home away from home
(yang jauh dari rumahku)
When we weren't together
(ketika kita tidak bersama)
The hours on the phone
(bertelpon hingga berjam-jam)

I'll always remember
(aku akan selalu mengingatnya)
Those were the best of times
(waktu-waktu terbaik tersebut)
I'll cherish them forever
(aku akan menyemangati mereka selamanya)
The best of times
(waktu-waktu yang terbaik)

But then came the call
(tapi lalu datanglah sebuah panggilan)
Our lives changed forever more
(kehidupanku berubah selamanya)
You can pray for a change
(kamu dapat berdoa untuk perubahan)
But prepare for the end
(namun untuk bersiap-siap di akhir)

The fleeting winds of time
(hembusan angin waktu)
Flying through each day
(yang terbang melewati tiap hari)
All the things I should have done
(semua hal yang harusnya aku selesaikan)
But time just slipped away
(namun waktu hanya terlewat begitu saja)
Remember "seize the day"
(mengingat untuk meraih hari)
Life goes by in the blink of an eye
(hidup pergi bagaikan kedipan mata)
There's so much left to say
(banyak yang tertinggal untuk dikatakan)

These were the best of times
(ini adalah hari-hari yang terbaik)
I'll miss these days
(aku akan rindu hari-hari ini)
Your spirit led my life each day
(semangatmu membimbingku setiap hari)

Thank you for the inspiration
(terima kasih atas inspirasinya)
Thank you for the smiles
(terima kasih atas senyumnya)
All the unconditional love
(semua cinta yang tak bersyarat)
That carried me for miles
(yang membawaku hingga jauh)
It carried me for miles
(ini membawaku hingga jauh)

But most of all thank you for my life
(tapi dari semuanya, terima kasih untuk hidupku)
These were the best of times
(ini adalah saat-saat yang terbaik)
I'll miss these days
(aku akan rindu hari-hari ini)
Your spirit led my life each day
(semangatmu menerangi hidupku setiap hari)
My heart is bleeding bad
(hatiku sungguh berdarah sakit)
But I'll be okay
(tapi aku akan baik-baik saja)
Your spirit guides my life each day
(semangatmu menuntun hidupku setiap hari).

In memoriam my dad 1961-2020

No comments:

Pages