Menebar Semangat Menulis di Pertemuan Kedua Kelas Cerpen - FLP Blitar

Menebar Semangat Menulis di Pertemuan Kedua Kelas Cerpen

Bagikan
Minggu, 8 Februari 2020 seperti biasa pukul 10.00 WIB adalah jadwal rutinan FLP Blitar. Kali ini kami berusaha memulainya dengan ontime. Meski acara tetap dimulai pukul sepuluh lebih sepuluh menit. MCnya, M Rifai salah mendatangi lokasi. Mengira lokasi ada di Waroenk Dedaunan padahal kami sepakat di lantai 1 Ruang Koleksi Khusus Perpustakaan Bung Karno.

Acara dilanjutkan kultum oleh Rizki Saputra tentang pengalaman menulisnya dan hari pertamanya di FLP Blitar dengan menghadiri Temu Penulis. Alhamdulilah bisa berlanjut sampai sekarang.

Berikutnya adalah bedah cerpen teman-teman di kelas cerpen. Walaupun belum semuanya mengumpulkan karya. Ada yang masih berupa sinopsis atau naskah setengah jadi. Tak apalah hadir juga, dengan begitu otomatis akan ada update semangat untuk menulis.

Apalagi semakin siang, diskusi semakin seru. Tak bisa dipungkiri tanpa disadari sering penulis menulis tidak sesuai dengan EBI dan  PUEBI. Materi dari Pak Budiono tentang penulisan imbuhan yang digabung dan dipisah, pemakaian tanda petik, tanda seru, tanda tanya dan elipsis cukup menambah wawasan kami tentang PUEBI. Beliau menyarankan kami berlatih menulis secara baku, entah itu hanya menulis story wa, tulisan chatting atau status. Sebaiknya sesuai dengan PUEBI. Ini akan membuat kita terbiasa menulis baku dengan sendirinya.
Pak Saif juga menambahkan, sebaiknya sebelum menulis kita memperhatikan juga tulisan ini dibuat untuk apa dan untuk siapa? Apakah hanya untuk dikonsumsi pribadi atau mau di kirim ke media dan penerbit mana? Itu karena setiap media atau penerbit memiliki gaya selingkung yang berbeda. 

Apa itu selingkung? Selingkung adalah kesepakatan editor per-penerbit atau media. Misalkan suatu penerbit memiliki gaya selingkung penulisan 'shalat', maka karyamu akan ditolak jika disana kamu menuliskan sebagai 'salat'. Demikian juga sebaliknya.

Diskusi masih berlanjut, tanya jawab sharing kepenulisan dan berbagi pengalaman Pak Heru Patria ketika menerbitkan buku di banyak penerbit. Bagaimana cara membagi waktu agar tetap produktif menulis di antara banyak kesibukan? Tips-tips dan cara membagi waktu agar tetap produktif menulis dari Pak Heru, Pak Budi dan Pak Saif. 

Setelah acara ini ditutup, Pak Agus Supoyo, Kabid Perputakaan Umum Bung Karno menghampiri kami. Turut berbagi pengalaman menulisnya juga, yang ternyata beliau dulu pernah menjadi wartawan di tahun 1989-2002. "Kata Arswendo, Menulis itu gampang. Kalau kataku, Ngomong doang, Nulis, dong! " kelakar Pak Agus yang sangat mengena di hati kami.

Semoga minggu depan kami akan bertemu lagi. Tentu saja untuk sama-sama menebar semangat menulis agar semakin menjadi penulis yang produktif. Sesuai jargon FLP Blitar, Berbagi, Berkarya, Berarti.

Semangat Literasi!

No comments:

Pages