Orang Itu Bernama Ti - FLP Blitar

Orang Itu Bernama Ti

Bagikan

Berbeda. Begitulah yang kutahu tentangnya. Namanya Ti. Entah Ti siapa aku tak tahu. Dari gurat-gurat di wajahnya dia tampak tua. Tapi dari belakang, kita akan mengira dia anak sekolah dasar. 

Dihadapanku Ti sedang berusaha menyapaku dengan ramah. Kukernyitkan kening demi berusaha memahami apa yang ia katakan. Bahasanya susah di cerna. Agak cedal, terputus-putus dan tidak jelas.

Ti selalu mengunjungi rutin rumah-rumah kami. Entah berapa hari sekali. Dia tidak akan pulang sebelum kami memberinya uang. Sembarang jumlahnya, seribu, dua- ribu atau lebih dari itu terserah kita. Ada juga yang tidak mau memberi. Tapi mengusirnya.

Ti. Dia memang berbeda. Tetapi aku bisa merasa dia memiliki perasaan seperti kami. Mungkin beberapa orang menghindarinya bahkan ada yang menganggabnya kurang waras. Pernah ketika sampai di rumahku, wajahnya sangat sedih. Terbata-bata dia bercerita tentang tetanggaku. Katanya, begitu melihat Ti, pintu rumahnya langsung ditutup dengan keras. Semuanya, termasuk jendela. 

Kalau dia datang waktu aku dan suami tak terlalu sibuk biasanya kami akan sedikit bercakap-cakap dengannya. Sebenarnya, kami hanya mendengar saja dia bercerita terbata-bata. Aku bisa melihat binar kebahagiaan dimatanya. Mungkin tak semua orang mau mendengar Tim apalagi menemaninya.

Ti sebatang kara. Kalau kata orang sekarang dia tinggal sama"Mami" . Seseorang yang kini menjaga Ti, memberi makan dan memberi tempat tinggal. Dan sebagai tanda terima kasihnya, Ti berkeliling dari rumah ke rumah. Selayaknya orang normal dia berusaha mengajak pemilik rumah berbicara. Ya dia tidak meminta-minta. Hanya saja baru pergi kalau sudah dikasih uang. 

Kadang-kadang aku bayangkan seberapa lelah dan letih langkah Ti berjalan. Entah sejak kapan dia berangkat. Bisa saja dari pagi buta. Entah lagi dia sudah makan atau belum. Pernah tanpa sengaja sore hari dia masih menyusuri trotoar. Kulihat dia berjalan cepat sekali. Mungkin saking seringnya berjalan.

Ah, Ti. Sebenarnya bukan urusanku untuk tahu tentang Ti. Tapi paling tidak itu bisa menambah rasa syukur di hati. Bahwa banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita. Bahwa tidak semua orang diberi fisik yang sempurna. Bahwa tidak semua orang dikaruniai kemampuan seperti yang kita punya. Juga bahwa tak semua orang memiliki keluarga dan teman untuk berbagi cerita suka dan air mata.

Seandainya sebelum diciptakan Allah memberi pilihan, pasti tidak ada yang mau menjadi seperti Ti.

(Bersyukurlah, Allah akan menambah nikmatMu)😁

No comments:

Pages