Bagaimana Supaya KamuTertarik Membaca Tulisanku? - FLP Blitar

Bagaimana Supaya KamuTertarik Membaca Tulisanku?

Bagikan

Pagi ini, 9 Februari 2020 mendung diikuti gerimis, "Minggu pagi yang sendu" pikirku. 

Aku tahu ini Februari, memang seharusnya lebih banyak cuaca muram. Pagi-pagi sekali Mbak Imro sudah mengingatkan perihal rutinan kelas cerpen hari ini dan untuk kesekian kalinya aku menengadah pada langit di luar sana. Ada sebersit keinginan untuk membolos saja, tapi pada akhirnya aku berangkat juga. Masih seperti minggu sebelumnya, berangkat dengan Alfa Anisa sembari mengobrol random di sepanjang jalan.

Sampai di sana kami disambut dengan senyum Oma Merry yang sudah sekian lama tak berjumpa. Kami mengobrol hingga berfoto sembari menunggu satu per-satu anggota FLP lainnya datang. Tak sebanyak minggu lalu ternyata. Mbak Dinda dan Om Fahri tidak datang rupanya. Bahkan Pak Saif yang katanya menjadi mentor tiba-tiba tak datang. Sayang sekali, padahal aku dan Mbak Nisa sudah berencana mewawancarai beliau lagi. Tapi hari ini rupanya aku menemukan wajah baru, gadis berkacamata dan ibu paruh baya dengan lipstik pink neon. Lagi-lagi aku lupa namanya.

Kelas dibuka oleh Mbak Imro, kemudian satu persatu membacakan penggalan cerpen milik Mbak Nisa yang hari ini akan kami bedah, judulnya Fragmen yang Belum Rampung. Menarik sekali, ia membuat ending yang manis, hanya saja konfliknya kurang menyala.

Diskusi kami berlanjut bersama Pak Heru dan Oma Merry, dari menciptakan konflik, karakter, amanat, twist, dan pembahasan mengenai beberapa cerita dewasa. Setelahnya, kami belajar membuat opening karena mereka bilang opening sangat berpengaruh untuk menarik minat pembaca untuk melanjutkan cerita hingga akhir.

Lima belas menit berlalu, waktu untuk menulis sudah usai. Kemudian satu per-satu membacakan karya masing-masing. Aku tidak benar-benar membuatnya saat itu, hanya meneruskan penggalan kisah yang kutulis malam sebelumnya. Tentu saja yang paling menarik adalah milik Pak Heru, beliau berhasil membuat kami terkesiap. Siapapun yang membaca pasti akan penasaran dan meneruskannya hingga selesai, sepertinya begitu. Ya seperti itu kuatnya opening pada suatu kisah. Pak Heru bilang sebaiknya tidak menggunakan cuaca sebagai pembuka karena sudah sangat umum dan kupikir juga membosankan. Tapi aku sendiri malah membuka tulisan ini dengan gambaran cuaca.

Sampai aku meninggalkan pelataran rumah makan, mendungnya masih tersisa, anginnya masih dingin, dan kamu masih belum menemuiku.

No comments:

Pages