MEDAN HUJAN DAN LUMPUR MENUJU PANTAI PEH PULO - FLP Blitar

MEDAN HUJAN DAN LUMPUR MENUJU PANTAI PEH PULO

Bagikan
Oleh : Ryan Adin




Perjalanan perdana menuju Pantai Peh Pulo, mungkin bagi pembaca tulisan ini sedikit berlebihan bagi yang sudah pernah ke sana. Dan saya bersama tiga kawan saya kapok ke sana lagi saat musim hujan. Entah bila musim kemarau nanti.

Saya akan bercerita awal mula kenapa saya memilih trip menuju Pantai Peh Pulo. Jauh sebelumnya alasan kenapa saya suka trip-trip dan backpakers sejak dulu meskipun jaraknya tidak sampai luar Jawa, adalah karena saya ingin memberikan reward kepada diri sendiri.

Bagi saya itu adalah aktivitas wajib saya setelah menguras tenaga dan pikiran bila sudah dihadapkan dengan pekerjaan berat di lapangan dan di depan komputer. Penat dan butuh asupan hiburan itu alasan mendasar saya, ditambah saya bukan orang yang suka tempat-tempat ramai. Alhasil saya melampiaskan reward ini kepada alam yang kadang belum banyak terjamah orang.

Seperti yang pernah saya datangi adalah Pulau Menjangan yang masuk wilayah Taman Nasional Bali Barat, Kabupaten Jembrana, Bali. Dulu di sana masih sepi sedikit sekali pengunjung dengan aktifitas snorkeling dan juga Diving entah sekarang.

Di sana tekenal dengan terumbu karang terbaik setelah Bunaken, dan banyak ikan ikan nemo berkeliaran. Namun hati-hati di sana masih banyak bulu babi di pinggiran pantainya.
 
Pernah juga saya mendatangi Pulau Gili Labak sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah tenggara Pulau Puteran atau Pulau Madura. Bila kita menyeberang dari Pelabuhan Kalianget membutuhkan waktu 2,5 jam perjalanan laut ditemani masih banyaknya ubur-ubur (konon bila laut masih banyak ubur ubur berarti laut itu masih asri dan sama sekali belum tercemar).

Perjalanan yang lama, namun lunas disambut hamparan pulau kecil yang saya coba kelilingi dalam waktu tidak sampai 30 menit. Di sana dulu hanya ada 25 KK dan mayoritas tidak bisa berbahasa Indonesia atau Jawa. Mereka hanya paham bahasa Madura. Dulu di sana masih asri hamparan pasir putih, dan bila kita mencoba berenang atau snorkeling kita disuguhkan oleh pemandangan karang dan sesekali ikan-ikan laut berenang bergerombol.

Satu yang masih menjadi destinasi impian saya adalah Pulau Gili Iyang, pulau di sebelah timur Pulau Madura, Pulau dengan kadar oksingen terbaik di dunia. (silahkan cek Google bila anda tak percaya hehehe…).

Eh kan ceritanya saya tadi mau bercerita tentang perjalanan saya menuju Pantai Peh Pulo ya hehehe, lupa…

*




Oke kembali ke topik awal, trip bulan ini sebenarnya saya ingin mendaki ke Gunung Kelud, namun karena cuaca yang sangat tidak mendukung dan takut kena zonk, maka saya dan kawan mengalihkan trip menuju pantai, dengan bayangan bila kami ke sana setidaknya tidak banyak resiko bila hujan turun.

Oh iya, banyak orang menisbatkan dirinya adalah anak gunung (pendaki) atau anak pantai, namun saya tidak mau menisbatkan hal-hal seperti itu kepada diri saya sendiri, terlalu mengekslusifkan diri bagi saya bila harus memberi title seperti itu.

Awalnya pantai Serang adalah tujuan perjalanan kami, tapi kembali lagi seperti awal, di sana sudah terlalu ramai dan kami pernah kesana.
Maka secara iseng saya berceletuk kepada kawan “Pantai Peh Pulo”. Spontan semua mengiyakan ternyata kami semua belum pernah ke sana juga.

Oke alhasil kami pun memutuskan untuk mendatangi Peh Pulo dan berangkat pada pukul 18.30 WIB.
Sebelum terlalu jauh meninggalkan pemukiman penduduk, kami mampir ke warung di mana kami membeli beberapa logistik untuk di sana nanti.

Kebetulan di warung itu ramai, dan ada bapak-bapak yang bertanya perihal tujuan kita. (Translate Bahasa Indonesia aja ya hehe…) 

“Mau kemana mas, kok bawa barang banyak?”
“Mau ke Peh Pulo Pak, camping di sana.” ucap kawan. “Lho-lho, hati-hati Mas, jalur di sana susah sekali apalagi musim hujan dan kalian perjalanan malam.” sahut bapak tersebut sedikit kaget.
“Iya Pak. Bismillah, soalnya belum pernah ke sana. Kami penasaran, hehe.” ucap saya sambil tersenyum.

Selesai berbelanja kebutuhan logistik, kami pun bergegas melajutkan perjalanan dan bersalaman dengan bapak-bapak di depan warung sembari memberi pesan untuk berhati-hati.

Satu jam perjalanan kita melewati hutan dan pedesaan dengan medan naik turun dan bebatuan. Tiba-tiba hujan turun, kami pun mencari tempat berteduh di depan rumah penduduk. Kami dipersilahkan masuk, namun kami menolak takut membasahi lantai si pemilik rumah karena kita yang sudah basah terkena hujan saat mencari tempat berteduh tadi.

Lagi-lagi kami ditanya perihal mau ke mana. Kami pun menjawab tujuan kami. Lagi-lagi pula pemilik rumah berucap “Lho alah Mas, hati-hati di sana medannya susah lo Mas, licin sepi dan gelap. kok nggak ke Serang aja to?”
Saya pun menjawab dengan senyum “Penasaran Bu, lha kalau Serang sudah pernah ke sana beberapa kali."

Pemilik rumah itu pun tersenyum sambil mempersilahkan masuk namun kami menolaknya. 10 menit kemudian hujan reda. Kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan.

4 kali kami meneduh selama perjalanan, dikarenakan cuaca memang sedang tidak menentu. Sedari pagi memang sudah mendung dan sebentar-sebentar hujan turun.

Karena ada beberapa jalan yang bercabang akhirnya saya bertanya kepada penduduk arah ke Peh Pulo mana. Setelah diberi arah-arahan dan nasehat untuk berhati-hati, kami pun bergegas tancap gas. Katanya, perjalanan kami kurang 7 KM lagi.

Dan ternyata inilah awal pengalaman kenapa banyak orang-orang berpesan untuk berhati-hati. Selepas keluar dari jalur pemukiman penduduk, di kanan kiri kami ada pepohonan, jalan yang kecil dan juga lumpur yang berjatuhan dari atas tebing perkebunan penduduk di desa yang sudah kami lewati.

Hampir beberapa kali kami jatuh karena licinnya medan berlumpur ditambah jalan yang naik dan turun menjadikan kami susah untuk mencoba imbang di atas motor kami. Belum lagi ditambah ban motor kami tidak bisa berputar, karena terlalu banyaknya lumpur yang lengket menjadikan perputaran ban menjadi tertahan.

Berhenti dan membersihkan ban dari lumpur adalah jalan satu satunya di tengah kegelapan dan tebing perkebunan yang jauh dari pemukiman (itu pun saya tahu saat pulang karena sudah terang).

Tetiba ada cahaya kuning mendekati kami. Ternyata ada 2 orang penduduk sana yang juga ingin menuju Peh pulo untuk memancing. Mereka menyuruh kita untuk jalan di sisi sebelah kanan memakai gigi satu. Beliau juga meminjami kami senter kecil sebagai penambah penerangan, sembari mereka pergi berkendara dengan santai tanpa rasa khawatir terjatuh. Yahh, namanya juga orang asli sana, sudah paham medan hehe.

Alhasil, karena motor kami susah untuk dibuat berboncengan, maka kami memutuskan membagi menjadi dua tim. Satu tim 2 orang berkendara motor, satu tim lagi 2 orang berjalan kaki.
Saya pun memilih berjalan kaki karena saya takut merusak motor teman saya. Saya memang nebeng waktu itu.

Perjalanan panjang berdua bersama kawan di tengah tebing gelap berlumpur menimbulkan korban sandal. Ya, sandal kami putus semua, akhirnya kami melanjutkan perjalanan tanpa alas kaki. Belum lagi bertemu ular weling di pinggiran jalan, menambah was-was perjalanan kami berdua, dengan waspada dalam kegelapan. Yang kita tau hanya bisa jalan terus karena nanggung juga. Kita sudah jauh berjalan, mau kembali juga rugi, padahal kita juga tak tahu berapa jauh lagi bisa sampai di lokasi.

Tepat jam 22.15, Ada hampir 1,5 jam berjalan kaki dengan medan berlumpur kami menemukan plang "Selamat Datang di Pantai Peh Pulo". Akhirnya saya mendirikan tenda bersama kawan sejalan tadi dan dua kawan lainnya sibuk membersihkan motornya.

Setelah selesai semua, kami pun memasak mie (yaelah jauh-jauh medan susah ending-nya makan mie lagi kwkwkw…). Sembari minum kopi kami memutuskan untuk secepatnya tidur karena badan ini sangat lelah.

Jam 04.30 kami bangun. Mengobrol sembari menunggu sunrise muncul dan membuat kopi. Sesekali kami jalan jalan dekat tenda dan bermain pasir.

Namun mentari tak kunjung terbit, ternyata “ZONK”. Mendung dan hujan di pagi hari yang menyambut kami kala itu. Kami pun masuk ke dalam tenda sambil makan cemilan yang kami bawa. Sembari berharap jalan pulang nanti tidak selicin tadi malam karena hujan ini. Kalau saya tidak salah 5 kali hujan turun tiba–tiba dan reda tiba-tiba.

Harapan kami untuk bisa menikmati suasana pantai tak bisa leluasa kami nikmati karena hujan turun dengan deras. Kami hanya sempat mengabadikan beberapa foto, lalu berlari lagi meneduh karena kami membawa alat elektonik yang bisa rusak bila terkena air hujan.

Bruuuakkkk… 

Saya terjatuh tepat di atas karang besar karena licinnya karang. Saya tidak dengan sengaja berada di sana, namun memang akses kami untuk mengeksplore pantai ini harus berjalan di atas karang tersebut.

Bukan ditolong saya menjadi bahan tertawa kawan-kawan. Pikir saya, ah sudahlah, oleh-oleh dari Peh Pulo, dapat luka di kaki saya hehe…

Cuaca yang tidak memungkinkan mengharuskan kami membuat sarapan di gazebo dekat pintu masuk. Seusai sarapan sembari menunggu hujan deras, sesekali bukit dibelakang kami longsor, menambah was-was bila mendekati area sana.

Memang bukit itu tidak ada pohon sama sekali alhasil tanah dan bebantuan banyak yang longsor. Itulah kenapa pentingnya reboisasi agar bisa menjaga keseimbangan alam. Akar-akar pohon mampu menahan air supaya tidak turun ke bawah yang mengakibatkan banjir, longsor dan bencana lainnya. (ciee pesan moral).

Setelah lama menanti hujan reda, akhirnya kami memutuskan untuk membereskan tenda dan kembali pulang. Karena harapan-harapan kami pupus gara-gara cuaca yang tidak menentu.

Lagi-lagi hal sama terjadi, motor kami tak mampu berboncengan menerjang licinnya lumpur. Kami pun melakukan hal sama seperti tadi malam, 2 naik motor 2 jalan kaki. Jangan tanya saya bagian mana. Yang jelas saya jalan kaki lagi membawa tas carier.

Sesekali hujan turun saat kami berjalan dan di sini saya baru tahu betapa berlumpurnya sepanjang mata melihat, betapa jauh pula jalan yang akan kita lewati dengan medan naik turun berbonus lumpur licin. Sesekali kami disapa para petani di atas bukit.

Hampir 2 jam perjalanan kaki, kami bertemu kawan yang sudah menunggu. Kami istirahat sebentar. Medan yang susah, jarak tempuh yang jauh, dan cuaca yang kadang panas kadang hujan, menjadi sangat berat bagi saya dan satu kawan saya.

Sesekali ada orang lain yang ingin berkunjung di sana, dan diberi pesan oleh kawan saya kalau jalan licin dan berlumpur. Alhasil banyak yang memutar balik sepedanya mengurungkan niat mengunjungi Pantai Peh Pulo. (Dosa gak ya mengurungkan niat orang lain berkunjung, tapi kan memang daripada beresiko di jalan karena kami menemukan beberapa bahkan banyak pengemudi yang terjatuh karena licinnya medan.).

Usai istirahat kami bergegas untuk mulai lagi perjalanan berboncengan karena jalan sudah tak lagi berlumpur, karena dekat dengan pemukiman penduduk. (Saya baru sadar ternyata perjalanan saya jalan kaki lebih jauh lagi dari pada yang malam hari… -_-“).

Sesampai di daerah pemukiman kami menemukan anak sungai. Kami pun sedikit membersihkan motor yang berlumpur tadi. Setelah bersih kami bergegas melanjutkan perjalanan, hingga kami menemukan warung. Kami berhenti dan makan di sana. Kami ditanya oleh ibu penjual

“Habis dari mana Nak?” 
“Peh Pulo Bu, jalannya ampun deh Bu,” gumam kawan sembari menghela nafas.
“Owalah iya Mas, Peh Pulo kalau hujan memang jalannya susah. Kemarin aja katanya ada yang jatuh kakinya patah, dibawa ke UGD depan sini gak mampu, akhirnya dibawa ke RS daerah Wlingi. Semenjak Desember jalur sini ramai Mas, tapi kebanyakan ke Serang bukan Peh Pulo sih." kata sang ibu.

Percakapan terakhir kami dengan penduduk sana membuat kami sangat bersyukur. Meskipun kami baru pertama dan bertemu medan seperti itu, kami masih diberi kesehatan dan keselamatan. Yah, tapi tidak dipungkiri sampai saat ini, sembari menulis, saya masih merasakan perih di luka kaki saya dan nyeri-nyeri di kaki dan pundak. Baru kali ini merasakan lelah yang mengalahkan naik gunung, ppftttt…

Mohon maaf saya tidak menuliskan nama-nama daerah yang saya lewati, karena jujur saya juga tidak tahu daerah itu, daripada salah nanti malah remidi hehe. Yang pernah ke sana pasti tahulah, saya mah cuman sekali masihan hehe…

Oiya sebenarnya kami tidak berniat untuk mendokumentasikan perjalanan kami selain dengan foto, tapi sepertinya asik juga mendokumentasikannya melalui video. Silahkan di-play yah di sini.

Untuk yang mau melakukan trip di musim hujan, hati - hati di jalan, selamat menikmati trip dan pulanglah dengan selamat untuk diceritakan kepada kawan. See you di trip berikutnya…[]






No comments:

Pages