Anging Mammiri dan Kicir-kicir - FLP Blitar

Anging Mammiri dan Kicir-kicir

Bagikan

Sebagian peserta dari Makassar baru sampai di hotel. Sebagian lagi akan kembali esok hari, naik pesawat hanya sekitar 2 jam. Ternyata ada banyak peserta dari Makassar mewakili LBH Apik.

-00-

Subuh tadi sesampainya di stasiun Gambir, instrument lagu kicir-kicir membuat saya terdiam sejenak. Enak sekali lagu daerah ini.

Teringat salah satu lagu daerah favorit saya adalah Anging Mammiri dari Sulawesi Selatan. Bertepatan dengan kehadiran para kabilah dari Makassar. Kok serba kebetulan, ya?

Kami berbincang di dekat kolam renang lantai 8, di antara mereka ada yang masih pelajar SMK, juga mahasiswa semester 1. Jauh-jauh dari Kabupaten Gowa.

Anging Mammiri berarti wahai angin, lagu yang konon dikhususkan bagi para perantau. Sekilas sangat filosofis, angin membawa tubuh ke perantauan, namun menghempaskan jiwa kembali ke kampung halaman.

Ketika lagu ini dibawakan Putri Ayu saat opening Asian Games 2018, begitu syahdunya. Saya sampai mencari instrumentnya di YouTube, ikut merasakan suasana rindunya di perantauan.

Suasana malam itu begitu sejuk. Dihangatkan oleh perbincangan lintas suku dan budaya, bertukar informasi tentang daerah masing-masing. Juga sekilas membahas Anging Mammiri.

Kapan-kapan, saya ingin mengover lagu tersebut.

-00-

Sembari menanti jadwal keberangkatan kereta Gajayana Jakarta-Malang, saya membuat catatan ini. Beberapa kali instrument kicir-kicir dibunyikan, ketika ada kereta datang.

Instrument itu sepertinya memang dibuat untuk menyambut para penumpang. Jadi semacam memoring song ketika turun di stasiun Gambir.

Asyiknya, sore itu ada musisi keroncong lengkap dengan kostum etniknya sedang "manggung" di balkon sebelah kiri. Lurus ke arah Musala pria.

Gesekan biola yang menyayat hati, beradu dengan suara kipas angin, kendaraan, lalu lalang penumpang, dan voice informasi kereta yang nyaris selalu berbunyi karena padatnya jadwal stasiun Gambir.

Jelang pukul 18.00, kereta datang. Saya dan dua teman lainnya naik ke peron, satu lantai di atas balkon.

Kereta Gajayana baru datang dari stasiun Jakarta Kota, sehingga belum ada penumpang, karena titik keberangkatan baru dari stasiun Gambir. Instrument kicir-kicir pun juga tak dibunyikan. []

Cirebon, 27 Januari 2020
Ahmad Fahrizal Aziz
www.muara-baca.or.id


No comments:

Pages