Rutinan FLP Blitar : Obrolan Seputar Blog dan Jenang - FLP Blitar

Rutinan FLP Blitar : Obrolan Seputar Blog dan Jenang

Bagikan




Oleh Ahmad Fahrizal Aziz
 
Pak Budi, Hendra dan Alam
Pak Budiyono sedang memberikan kultum ketika saya sampai di lantai II. Suhu ruangan agak panas sebab pendinginnya rusak sejak sebulan terakhir, dan hingga kini belum dibenahi. Alam, Hendra, dan Saiful juga sudah duduk disamping Pak Budi, sementara Rosi dan Dinda dengan khusyuk menyimak di barisan kursi yang berbeda.

Saya sempat mengikuti potongan kultum Pak Budi, yang membahas tentang shalat dan waktu, sembari memegang buku kecil panduan shalat. Secara umum, kultum Pak Budi siang itu membahas tentang pentingnya memanfaatkan waktu yang ada, terutama untuk ibadah.

Berikutnya, sesuai agenda yang sudah diinformasikan hari sebelumnya, ada dua hal yang akan dibahas : tata cara memposting tulisan ke website, dan “berbagi inspirasi” dari Siti Muthmainah yang baru saja memenangkan lomba kepenulisan. Hanya saja, sampai jelang pukul dua siang, Muthmainah belum juga datang.

Sebenarnya, hari ahad ini rutinan libur, karena menurut jadwal yang terencana, sabtunya ada kunjungan ke FLP Ranting MI Ya Bunayya. Namun karena kunjungan ke ranting ditunda, maka pertemuan ahad siang tetap dilakukan. Materi yang dipilih adalah tata cara memposting tulisan ke website dengan memanfaatkan sinyal wifi yang ada.

Kenapa hal ini dibahas? Karena selama ini petugas posting ke website hanya divisi humas/cyber, dan yang mengusahi caranya masih saya dan Dinda. Dengan adanya materi ini, maka diharapkan setiap anggota bisa memposting secara mandiri tulisannya ke website flpblitar.com.

Caranya sangat mudah. Hanya tinggal membuat akun gmail, maka selanjutnya log in ke blogger.com atau bisa menggunakan aplikasi blogger yang tersedia di playstore. Hanya saja, email yang sudah digunakan untuk membuat blog harus log in dulu melalui aplikasi gmail atau google+ di android masing-masing.

Namun jika membukanya melalui laptop atau komputer, justru lebih mudah lagi. Tinggal buka melalui browser melalui blogger.com. Email yang digunakan adalah email FLP Blitar, bukan email pribadi. Bisa juga menggunakan email pribadi, namun harus daftar blog terlebih dahulu. Jadi, agar lebih mudah dan cepat, maka menggunakan email FLP Blitar.

Pada penghujung materi pertama, Siti Muthmainah datang bersama Faridha, disusul dua anggota baru, Lulu dan Fina, yang terlambat karena ban motor mereka bocor. Rosi selaku MC pada pertemuan hari itu, langsung mempersilahkan Muthmainah untuk bercerita proses kreatif penulisan artikel/esai tentang jajanan khas Blitar tersebut, sampai berhasil mendapatkan juara II.
 
suasana diskusi
Muthmainah memilih jenang sebagai obyek tulisannya. Jenang merupakan makanan khas Blitar yang sangat populer, yang salah satu produsennya berada di desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan. Karena jenang menjadi salah satu produk yang populer disitu, sampai orang menyebut daerah itu “Jinangun”. Sebenarnya ada banyak makanan khas yang diproduksi di desa itu, selain Jenang ada juga geti.

Jenang menjadi jajanan khas yang legendaris, karena selalu ada di acara mantenan/pernikahan. Bahkan menjadi prasyarat tersendiri. Terutama jenang ketan yang bewarna kecoklatan, yang kadang ditaburi wijen[1]. Empuk, manis, dan lengket. Sangat filosofis, sebagaimana hubungan asmara yang manis karena bermuara pada pernikahan, juga agar keduanya selalu lengket sampai akhir hayat.

Meskipun ada juga jenis jenang lain, yang di daerah berbeda lebih sering disebut bubur. Jenang sumsum, bewarna putih yang terbuat dari tepung beras, yang rasanya gurih. Biasanya dicampur dengan santan dan juruh[2]. Kadang juga ditambah dengan cendol, atau sagu mutiara. Duh, sungguh menggoda selera.
***

Artikel Muthmainah sudah dibagikan ke grup whatsapp hari sebelumnya, sehingga beberapa dari kami sudah membaca. Pak Budi agak menyayangkan kenapa artikel yang ia buat begitu akademik. Muthmainah sendiri menyebut artikel itu sebagai catatan etnografi. Ia memang menggali beberapa referensi untuk membuat artikel tersebut, plus narasumber terbatas dari keluarga, dan teman-temannya.

loading...
Namun apapun itu, setiap karya patut dihargai. Sebab itu sebuah dedikasi dari penulisnya, yang telaten menggali data, sampai menuangkan kalimat demi kalimat, sehingga jadilah sebuah artikel yang utuh. Selamat atas karyanya, dan selamat atas juara yang diraih. Semoga ini bisa memotivasi yang lain untuk terus berkarya. Tabik!

Blitar, 26 Februari 2018
www.fahryzal.com


[1] Biji-biji kecil penghias makanan
[2] Air pemanis yang dilarutkan dari gula jawa

No comments:

Pages