Sound the Unsound - FLP Blitar

Sound the Unsound

Bagikan
Oleh : Nabila Ananda

Valley Of The Wolves: Palestina, merupakan sebuah film produksi Turki tahun 2011. Film ini bercerita tentang Palestina yang dijajah oleh Israil. Bagi saya pribadi film ini menjadi menarik karena tidak sama seperti film-film Islam yang selama ini ada. Banyak dari film-film Islam yang selama ini tidak menyentuh secara langsung permasalahan Palestina. Apalagi jika kita berbicara tentang film yang bercerita tentang Islam yang diproduksi oleh Negara barat, maka jangan pernah berharap kita akan mendapatkan gambaran yang sesungguhnya. Film ini banyak mengisahkan tentang penderitaan rakyat Palestina oleh Israil mulai dari penggusuran rumah, pembunuhan, hingga penculikan, dan sebagainya. 

Ada beberapa bagian yang menarik dari film ini menurut saya. Pertama ketika sang tokoh utama, yaitu Polat Alemdar yang merupakan warga Turki, memasuki perbatasan Israil. Di sana ia diinterogasi oleh tentara Israil dengan pertanyaan “Ada urusan apa orang Turki memasuki wilayah Israil?”. Kemudian Polat Alemdar menjawab bahwa ia tidak ke Israil melainkan ke Palestina. Bagi saya jawaban Polat Alemdar menarik, karena seakan mengatakan bahwa yang ia akan masuki adalah Negara Palestina bukannya Israil.
  
Hal kedua yang menarik yaitu ketika seorang tokoh pemimpin militer Israil yang mengatakan “Memangnya sejak kapan kita mematuhi PBB?”, ketika diingatkan temannya bahwa senjata yang digunakan dilarang oleh PBB. Entah banyak yang tidak tahu atau tidak peduli dengan apa yang dilakukan Israil terhadap Palestina selama ini. Israil sudah tak terhitung lagi melanggar peratuan PBB, tapi memang tidak ada satupun yang bergerak, bahkan juga PBB. Film ini secara tidak langsung mengatakan kenyataan yang selama ini ‘tersembunyi’. Mengkritik PBB sebagai badan dunia yang harusnya bisa membawa perdamaian pada berbagai macam konflik, tapi malah loyo di hadapan Israil.
 Ketiga adalah ketika seorang teman Polat Alemdar yang mengatakan bahwa Israil mengakui Palestina sebagai Negara tetapi tidak memberikan tanah. Hal ini memang sesuai dengan kenyataan. Jika anda mencoba untuk searching tentang wilayah Palestina, maka anda akan melihat bagaimana perubahan wilayah Palestina sejak awal pendudukan Israil yaitu sekitar tahun 1948 sampai hari ini. 

Ketika melihat film ini, saya iseng membayangkan jika apa yang dilakukan oleh Polat Alemdar-sebagai one man hero-dengan berbagai aksinya itu benar ada. Maka hal itu menjadi mustahil adanya. Selama ini sudah banyak sekali Negara yang tidak setuju dengan pendudukan Israil di Palestina, salah satunya Indonesia. Berbagai macam cara dilakukan oleh berbagai Negara tersebut untuk membebaskan Palestina, mulai dari diplomatik, politik juga militer, tetapi hasilnya masih nihil. Apalagi jika hanya Polat Alemdar yang beraksi. Mungkin ia sudah mati terlebih dahulu oleh peluru Mossad yang juga merupakan badan intelijen terbaik di dunia. Belum lagi media Israil yang memang besar dan ada dimana-mana. Pasti media-media tersebut akan membuat framing bahwa Polat Alemdar dan Turki-sebagai Negara yang mengirim-adalah teroris. Puncaknya adalah hubungan Negara Turki dan Israil menjadi meruncing. Meskipun hari ini hubungan kedua Negara tersebut memang tidak baik. Film memang hanyalah sebuah film yang mempunyai fungsi utama sebagai hiburan. 

Tapi meski begitu, saya secara pribadi berterimakasih dengan film ini. Menyuarakan yang tak bersuara, saya pikir bukanlah hal yang berlebihan untuk disematkan pada film yang satu ini. Satu saja saran saya untuk anda yang akan menyaksikan film Valley Of The Wolves: Palestina, jangan membandingkannya dengan film action dari Hollywood. Tentu saja film ini masih kalah jauh secara teknologi serta dari segi jalan cerita juga masih kalah menarik dari film Hollywood.

No comments:

Pages