Menuliskan Pengalaman - FLP Blitar

Menuliskan Pengalaman

Bagikan




Selain wawasan, yang membedakan orang satu dengan lainnya adalah pengalaman. Pengalaman orang selalu berbeda, meskipun terjadi di tempat yang sama. Semisal dua orang yang sekolah di tempat yang sama, keduanya pasti memiliki pengalaman yang berbeda, tergantung dari sudut pandang mana ia membidiknya.

Pengalaman merupakan hal yang menarik untuk ditulis, dan setidaknya memberikan dua manfaat. Pertama, orang yang mengalaminya akan merasa lega karena telah menceritakan pengalamannya lewat tulisan. Kedua, orang yang mendengarnya akan mendapatkan hal baru, wawasan atau perspektif baru.

Dulu, ketika seringnya PP Malang-Blitar dengan kereta api, saya sering mendengarkan pengalaman orang lain. Terutama yang berusia diatas 50 tahun, biasanya senang bercerita.

Mereka punya cerita yang saya tidak punya. Jika mereka berkenan bercerita, maka saya akan mendapatkan wawasan baru. Mereka mungkin juga sedikit lega karena telah bercerita. Dalam ilmu psikologi, perbincangan yang cair bisa mempengaruhi suasana bathin dan fikiran, untuk itulah kenapa banyak yang curhat ketika ada masalah.

Setelah curhat, tidak otomatis mendapatkan solusi yang bisa memecahkan masalah, namun membuat fikiran sedikit lebih longgar. Begitu pun dengan menuliskannya, atau dalam suasana tertentu, bahkan bisa mengolahnya menjadi puisi.

Setiap pengalaman itu unik, bahkan sekalipun itu pengalaman sederhana. Mungkin selama ini kita berfikiran bahwa pengalaman yang patut dituliskan hanyalah pengalaman yang unik, hebat, atau lain dari yang lain. Kalau pengalaman itu biasa-biasa saja, lantas untuk apa dituliskan?

Sebenarnya tidak ada hal yang biasa dalam hidup ini, semua penuh perenungan, juga keajaiban, jika kita mau berfikir agak berbeda.

Ketika kuliah, tiap kali pulang ke kontrakan, saya selalu melewati penjual gorengan. Apa yang menarik? Itu hal biasa, bahkan setiap dari kita sering melakukannya, atau bahkan kita menjadi pelakunya.

Saya pun pernah beberapa kali membeli gorengan di tempat itu, yang paling laris adalah pisang goreng. Hampir selalu habis duluan. Sampai suatu ketika saya merenung, kenapa pisang harus digoreng ya?

Ini mungkin jadi pertanyaan super konyol, tapi pertanyaan ini bagi saya pribadi sangatlah serius. Itu karena pisang bisa dinikmati tanpa digoreng, bahkan jika dilihat dari segi kesehatan, lebih baik dikonsumsi sebagai buah dibandingkan gorengan. Ternyata jawabannya, digoreng lebih enak dari segi rasa, apalagi jika ditambah tepung, taburan keju atau coklat.

Pengalaman membeli pisang goreng yang sangat biasa itu, ternyata memberikan kesan dan perenungan yang unik.

Pernah juga saya berkunjung ke tempat hiburan, tujuannya tentu untuk mendapat hiburan alias liburan. Tapi tiap kali mampir ke pintu loket, atau melihat karyawan tempat hiburan itu mondar-mandir karena bekerja, lantas saya merenung. Mereka kesini hampir setiap hari untuk bekerja, sementara kita datang kesini tidak selalu setahun sekali, tapi untuk mencari hiburan.

Enak mereka ya? Kerjanya di tempat hiburan, setiap hari terhibur. Fikir saya. Namun ternyata tidak begitu, bagi mereka tempat hiburan itu ya tempat kerja, jika liburan mereka memilih tempat lain, karena seringnya berada disana, membuat tempat hiburan itu tidak lagi menghibur.

Saat menuliskan pengalaman pergi ke tempat hiburan, mungkin sebagian kita hanya menceritakan bagaimana masuk kesana, berapa biayanya, apa saja wahananya, kuliernya, dll. Tapi yang semacam itu jarang dibidik. Pertemuan dengan petugas loket selalu terlewatkan begitu saja. Padahal itu bisa menjadi pengalaman yang bisa kita gali.

Nah, coba kita ingat-ingat lagi pengalaman apa saja yang pernah kita lalui. Mungkin banyak hal yang sebenarnya menarik, tapi kita lewatkan begitu saja, jarang kita renungi. Selamat menulis. []

4 Mei 2017
A Fahrizal Aziz

No comments:

Pages