Puisi-Puisi Fitriara (5) - FLP Blitar

Puisi-Puisi Fitriara (5)

Bagikan

Tunggu Sebentar

Mungkin kita harus rela jika diharuskan menjadi bangku halte yang kesepian
Tak ada canda atau sapa familiar
Tak ada dengkuran pun genggaman
Dingin menjelma makna
Sedangkan hangat lupa berpulang pada nikmat

Bangku halte yang kesepian itu mungkin saja aku
Yang ikhlas melepas
Atau kamu,
Yang merela pergi dengan cemas
Mungkin saja itu kita
Yang akan disatukan dengan kagum dan kesal dalam satu tarikan napas

Halte monument patria 16.09



Sebaik-baik Perempuan yang Kusebut Mama

Jika memang harus kutinggalkan dirimu
Biarlah ku tiru cara embun pamit pada daun
Kan kuberi ingatan berupa basah pagi
Kan kupeluk dalam percik penuh kasih

Seperti semesta yang memerlukan matahari agar sirna segala mendung
Aku memerlukanmu agar hilang segala murung
Namun jika tak kau dapati teduh dimanapun
Biarlah aku menjadi bulir hujan
Yang mengandung bayibayi rindu
Agar menjadi satusatunya alasanmu mengingat; untuk sebuah cinta, kau harus rela jatuh

Jika memang harus kutinggalkan dirimu
Selamanya namamu mengandung rindu yang kupelihara
Yang dengan haru dipeluk berlapis-lapis doa

Puncak Wukir Negoro 04.41



Tak Ada Bioskop Hari Ini

Jam delapan tepat di hari Sabtu
Sudah kuteguhkan hatiku
Tak lagi mau menunggu
Kuingini sebuah temu

Jam delapan di menit ke delapan belas
Rasaku tak lagi waras
Memberi debar pada cemas
Aku berjuang begitu keras

Jam delapan di menit ketiga puluh
Dahi dan pelipis penuh peluh
Harapan tak berbalas pun mengeluh
Aku tetap tangguh

Jam delapan di menit lima puluh lima
Dari Majapahit hingga Merdeka
Namamu tenggelam dalam murung kota, tanpa membawa kabar dan cerita
Aku bosan ditempah waktu dan sejarah luka

Jam delapan di menit terakhir
Mengerti, lengkung senyum tak mau hadir
Rasa bahagia menemukan tersingkir
Hati yang bersabar telah berakhir



No comments:

Pages