Musafir Kecil Keliling Tiga Kota (2) - FLP Blitar

Musafir Kecil Keliling Tiga Kota (2)

Bagikan

Oleh : Alfa Anisa

di  Jember, waktu berlalu begitu terburu-buru. Aku belum cukup menggenapi sejumlah rindu


Jember di Sudut yang Berbeda

Setelah menyelesaikan kewajiban untuk membaca puisi, saya berniat untuk melihat Jember dari sudut yang berbeda. Mumpung masih ada waktu dan mumpung acara habis ini adalah break. Yap, teman mengajak ke Tanjung Papuma. Ulu uluu, tempatnya cantik melewati perbukitan dan disambut oleh punggawa-punggawa kecil yang berlari-larian di jalanan menanjak. Para monyet sudah menyambut dengan atraksi mereka.

Tanjung Papuma, ada sudut keramaian dan karang-karang berkumpul. Mencari keong adalah salah satu untuk menghabiskan waktu sambil menikmati semilir angin laut dan debur ombak yang bergulung-gulung hebat. Setelah dirasa cukup, kami pun berniat kembali di lokasi acara.

Sebenarnya pantai saat itu adalah pengalihan isu dari rasa sakit yang semakin bertambah. Badan terasa panas, dan rasanya saya ingin pingsan saja. Hahaha, tapi seorang musafir haruslah bisa bertahan sampai ada yang bersedia menampung tubuh kecil ini. Hihi.

Malam dan Menyiapkan Tubuh

Malam itu saya angkat tangan jika harus mengikuti acara hingga tengah malam, badan rasanya sudah panas dingin sedari siang hari. Akhirnya saya memutuskan pulang saja ke kos dan menyiapkan tubuh untuk diajak kerjasama esok pagi harus ke kota yang berbeda. Memang masih pukul tujuh malam, tapi saat itu saya sudah tak sadarkan diri. Tubuh terlelap ditimbuni cuaca panas dan geliat yang sesak menyelimuti tubuh. Dan ketika dini hari saya terbangun, baju telah basah kuyup. Apakah yang terjadi semalam? Haha, ternyata memang semalam demam, tapi saya tak berniat mengobatinya, cukup dengan wedang ronde tampilan seperti cilot saja yang saya makan semalam.

Masih pukul enam pagi tapi saya sudah duduk manis di bus patas menuju Surabaya setelah itu lanjut Mojokerto untuk ke acara selanjutnya. Selama hampir empat jam saya dibuat tak berdaya, efek belum sepenuhnya pulih dan hanya makan dengan mie gelas yang saya pegang selama di bus.

Sampai di Bungurasih pukul 10.00 dan saya sudah bersiap untuk menuju Trawas menjenguk writing camp FLP JATIM. Meski badan rasanya sudah tak sanggup, tapi saya memaksa dan pada akhirnya sampai juga di sana.

Entahlah mungkin karena kecapekan dan kelaparan jadi mudah sekali sensitif. Sampai di penginapan Writing Camp, tak ada apapun yang saya dapat kecuali rasa sakit yang berkobar menyala. Setelah disembuhkan dengan nuansa pegunungan yang meneduhkan, serta rasa dingin yang menusuk tulang. Pohon-pohon tumbuh rapi dan enak dipandang. Terimakasih selama perjalanan, dan yang senantiasa menyembuhkan.

Melewati kota batu, dan bukit-bukit yang hijau, kabut petang menyambut di atas dan saya pulang. Begitulah cerita tiga hari saya saat itu. Banyak pelajaran yang saya ambil, terutama tentang semangat berkobar dan menyala bagaimana cara membalaskan dendam untuk tetap menulis.

Salam ulala :-D[]

No comments:

Pages