Menghabiskan Waktu sebagai Anak Tunggal - FLP Blitar

Menghabiskan Waktu sebagai Anak Tunggal

Bagikan

Oleh : Nezli Rohmatullaili

"Apa enaknya sendirian? Semuanya dilakukan sendiri, kan?"
"Anak tunggal biasanya egois, manja. Semuanya buat diri sendiri."

***

Bla bla bla, omongan seperti itu bukan hanya sekali-dua kali melintas di telingaku. Terlalu sering, sampai aku lupa apa saja yang sudah mereka katakan. Aku tahu, orang-orang mengatakannya bukan untuk mengolok. Untuk sesaat, aku selalu memikirkan kata-kata itu, tapi kemudian, sudahlah itu bukan sesuatu yang berarti. Setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing.

***

Bagiku, menjadi anak tunggal adalah anugerah yang menyenangkan—aku memikirkannya baru-baru ini. Dalam sudut pandangku, menjadi anak tunggal bukan berarti sendiri maupun kesepian. Mungkin karena aku sudah biasa menjalaninya.

Kadang pulang sekolah mendapati rumah dalam keadaan kosong mlompong. Atau ibuku lebih sering tertidur setelah adzan maghrib karena lelah setelah seharian mengajar. Belum lagi kalau ada ujian, analisis, dan apalah yang harus beliau kerjakan, pasti hanya terdengar suara gesekan kertas dan teve yang menonton orang.

Dulu—dulu sekali—situasi seperti ini membosankan, tapi lama-lama aku menemukan hal-hal menyenangkan. Bagusnya kalau tak punya saudara, aku bisa mengerjakan apapun yang ku mau tanpa ada yang mengganggu. Aku bisa menguasai seluruh ruangan di rumahku untuk bereksperimen. Meski pada akhirnya aku juga yang harus membersihkan "kekacauan" itu sendiri, tapi setidaknya aku sudah melakukan apa yang aku inginkan.

Aku bisa mengatakan apapun kepada ibuku, dan kami berbagi seperti seorang teman. Yang paling bagus, ibuku hanya menyayangiku. Mungkin ini sisi egois yang mereka bilang.

***

Setelah gagal ujian tahun lalu, aku menghabiskan sebagian besar rutinitas di rumah. Ya, bosan, lebih membosankan dari zaman sekolah dulu. Tapi entah bagaimana awalnya, aku menemukan hobi baru. Merajut. Awalnya hanya iseng, lama-lama ketagihan. Kalau senggang dan tidak ada yang dikerjakan, aku bisa menghabiskan waktu seharian untuk merajut. Aku menghasilkan beberapa bentuk hewan dan makanan.

Pernah suatu kali, aku iseng mempromosikannya di akun fesbuk, dan tiba-tiba saja ada yang memesan. Memang tak banyak, tapi lumayan untuk menambah uang jajan.
Bagiku, merajut seperti minum kopi. Memberi inspirasi, relaksasi, dan menahan kantuk. Hanya dengan melihat gulungan benang warna-warninya saja, aku merasa senang. Aneh memang, tapi begitulah. Aku merasa tenang ketika melihat stok benang yang masih baru, mirip seperti melihat dompet ketika tanggal muda.

***

Tidak masalah apakah anak tunggal atau bersaudara, semua orang punya cara untuk menikmati keadaannya. Aku menyukainya karena aku sudah terbiasa menjalani.

Mereka yang bilang "jadi anak tunggal membosankan, kesepian, dan egois" mungkin memang tidak pernah merasakannya. Aku ingin mengatakan pada mereka, bahwa menjadi anak tunggal tidak seperti yang mereka pikirkan. Tapi aku pun tahu, punya saudara sangat menyenangkan.[]


Blitar, 10 Mei 2017

No comments:

Pages