Rutinan Bersama Pramuda FLP Blitar : Dari Chairil Anwar, Hingga Kejutan untuk 'The Januaries' - FLP Blitar

Rutinan Bersama Pramuda FLP Blitar : Dari Chairil Anwar, Hingga Kejutan untuk 'The Januaries'

Bagikan
Ahad (29/01) kemarin, sedikit berbeda dari biasa. Saya sampai di Perpustakaan Bung Karno jam 11.30. Mendung semakin tebal memayungi langit. Saya duduk di salah satu sudut koridor, membuka laptop sambil menunggu teman-teman yang lain.

Tak lama kemudian, hujan yang malah datang lebih dulu, membawa serta gemuruh guntur. Saya mulai gelisah. Beberapa kali melongok ponsel, kemudian beralih pada pintu kaca di depan sana. Masih belum ada yang datang. Hawa dingin mulai menyergap saya. Saya pun berdiri, mengemasi ransel. Inginnya pindah ke lobi atau lantai dua perpustakaan, tapi hujan sudah makin deras. Saya pun duduk kembali, dengan masih menahan dingin, dan menyabarkan hati.

#
Jam 1 kurang seperempat. Ada kelegaan di benak saat melihat Anisa memarkirkan motor dan melepas jas hujan. Saya tersenyum lebar saat ia mendekat.

"Sebentar ya, Mbak. Mau nitipin ini dulu." Nisa berkata sambil menunjukkan benda yang terbungkus kresek putih. Saya segera mengangguk sambil tersenyum.

Kemudian, datang Irsyad, Nezli, dan Rosi. Lalu Rere. Setelah ngobrol sejenak, kami pun segera beranjak ke lantai dua. Untunglah, saat itu hujan hanya menyisakan rintik.

#
Obrolan berlanjut di lantai dua. Kami belum membuka forum, masih menunggu para pramuda yang belum datang. Namun, sebenarnya kami pun tak terlalu yakin ada yang datang kali ini, mengingat hujan yang menderas lagi.

Tapi kemudian, ada Mbak Nunung dan Mbak Ana yang datang. Disusul Kak Fahri dan Mas Saif. Kami pun membuka forum dan memulai diskusi kali ini, yang membahas Chairil Anwar, mulai dari riwayat hidup hingga beberapa karyanya. Diskusi ditutup dengan puisi Senja di Pelabuhan Kecil, yang dibacakan Irsyad.

#
Diskusi usai, tapi kami belum beranjak pulang. Kami kembali ke koridor, dan melanjutkan obrolan di sana. Anisa pamit sebentar menuju tempat penitipan barang. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan sebuah kotak kue dan satu lilin besar yang diletakkan di atasnya.

Yang lainnya melongo tak mengerti. Tapi saya tersenyum lebar sambil berseru, "Happy Birthday, Januaries!"
Barulah satu persatu senyum tersungging, terutama untuk The Januaries, atau yang lahir di bulan Januari; Irsyad, Nezli, dan Rere. Sebenarnya Mbak Lilik juga termasuk, namun sayang beliau berhalangan hadir.
Kami pun segera memotong kue itu dan menikmatinya bersama, setelah sebelumnya menyempatkan diri bergaya dalam beberapa jepretan kamera.

#
Selamat menapaki usia yang baru, untuk Irsyad, Nezli, Rere, dan Mbak Lilik. Semoga panjang umur, sehat, selalu diberkahi Allah, dan tetap semangat menulis! (*)

30 Januari 2017
Adinda RD Kinasih
 
loading...

Pages