Rutinan ketiga di awal tahun 2024, Mengapa Kamu Menulis? - FLP Blitar

Rutinan ketiga di awal tahun 2024, Mengapa Kamu Menulis?

Bagikan




Seperti pekan-pekan sebelumnya. Rutinan FLP Blitar pekan ini masih setia bertempat di Perpustakaan Proklamator Bung Karno.

 

Tajuknya adalah "Mengapa Kamu Menulis?". Sebuah diskusi dan kontemplasi kecil-kecilan yang diiringi seringai canda tawa bersama-sama.

 

Mengapa kamu menulis? Mengapa aku menulis, ya karena aku ingin menulis. Aku menulis untuk berbagi ide dan pemikiran saja. Tidak lebih.

 

Umumnya, orang akan dengan mudah tertarik menulis setelah selesai membaca sebuah buku, atau setidaknya sebuah tulisan, dan atau beberapa buku atau tulisan.

 

Lalu ia akan mulai gelisah begitu menyadari banyak ide serta bayang-bayang kalimat mondar-mandir di dalam kepalanya. Ia akan coba meraih kertas dan pena. Kalau pun dirasa kurang  greget—takut kertasnya terselip, hilang dan terlupakan. Ia akan memilih menulis di aplikasi note, di smartphone—yang dirasa lebih aman.

 

Begitu apa yang ia tulis berkembang. Kegelisahannya bukan lagi pada harus menulis apa dan di mana, tapi apakah ia harus mencari teman menulis? Gabung komunitas barangkali? Atau mendirikan komunitas juga bisa.

 

Setelah dipikir-pikir mendirikan komunitas agaknya terlalu berat. Kayaknya oke juga kalau buat grup sesama penghobi literasi untuk sekadar sharing dan upgrading diri.

 

Namun, ternyata sedikit teman yang mau. Rasanya memamg lebih baik cari dan gabung komunitas dulu untuk sementara sambil cari relasi dan pengalaman.

 

Lantas ketika akhirnya menemukan komunitas sefrekuensi dan gabung di dalamnya. Sebuah pertanyaan tadi muncul, dan ia langsung bingung.

 

Dibentangkannya lagi kanvas ingatan yang tergulung rapi di laci hipokampus. Ia mengamatinya dari awal mula ia memutuskan menulis, dan ya, ternyata ia belum tahu mengapa ia menulis—disclamier, hal ini tidak berlaku general, hanya di beberapa kasus saja.

 

"Mengapa" adalah pertanyaan penting untuk dijawab, karena terkait tujuan, setelah menemukan "apa" dan "bagaimana" (Fahrizal, 2024). Banyak orang yang memutuskan menulis, terjun ke dunia kepenulisan, berlatih menulis, serta bergabung ke komunitas kepenulisan tanpa membawa "mengapa".

 

Tujuannya masih samar. Masih mencari "jati diri". Acapkali ia tak menemukannya dan akhirnya "mengapa"-nya lepas begitu saja. Bagi sebagian yang akhirnya menemukan "jati diri" atau barangkali memang sudah menemukannya dari awal, "mengapa"  akan jadi semakin kuat hingga menuntunnya—meski dengan susah payah. Mencapai tujuannya menulis.

 

Menulis adalah tanggung jawab atas ide. Karena ide merupakan makhluk yang harus dirawat oleh kita selaku inangnya (Husam, 2024)

 

Menulis yang pertama adalah mengeluarkan isi hati, kedua menyalurkan ide, meredakan overthinking, menciptakan dunia kita sendiri yang kita mau, terakhir berkarya untuk mengabadikan nama (Ana Salamah, 2024)

 

Pada akhirnya setelah kita sering membaca, produktif itu gk terlalu bagus. Harus ada jeda produktivitas (Fahrizal, 2024)

 

Menulis untuk berkarya, beribadah, dan berdakwah (Rahmat Agung S. 2024)

 

Mengapa aku harus menulis? Dan mengapa aku menulis beda. Harus menulis berarti sebelum. Jika mengapa aku menulis berarti sesudahnya. Menulis juga mempertimbangkan generasi dan khalayak ramai yang akan membaca tulisan kita karena itu harus bisa dipertanggungjawabkan. Menulis juga termasuk jadi tujuan hidup (Hafid, 2024)

 

Banyak ragam jawaban dari "Mengapa Kamu Menulis?" Karena mengapaku dan mengapamu sudah pasti berbeda. Tujuanku dan tujuanmu, alasanku dan alasanmu, ideku dan idemu juga pasti beda.

 

Maka apakah kamu sudah menemukan "mengapa"-mu?


No comments:

Pages