Mari Mewarisi Api Sumpah Pemuda part 1 - FLP Blitar

Mari Mewarisi Api Sumpah Pemuda part 1

Bagikan


Pagi yang cukup terik di Kota Blitar, Selasa 26 Oktober 2021. Kami selaku delegasi dari Forum Lingkar Pena Cabang Blitar hari ini turut mengikuti acara “Bedah Pidato Bung Karno; Warisilah Api Sumpah Pemuda” yang dihelat oleh UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Acara ini dihadiri langsung oleh dua narasumber yang berbobot dan berkompeten di bidangnya, yakni Bp. Mokhamad Sidik, S.Sos., M.AP., serta Ibu Dr. Sri Mugianti, Ns., M.Kep.

               Hitung lebih dari 25 peserta yang hadir pada acara perut bedah ini. Angka tersebut dapat pantau bahkan secara lebih efisien melalui aplikasi Peduli yang kemudian menjadi prasyarat bagi para peserta sebelum memasuki ruangan. Protokol kesehatan juga diterapkan secara disiplin dan termonitor, mulai dari cek suhu tubuh, cuci tangan menggunakan hand-sanitizer, hingga penerapan jaga jarak di antara para peserta dan tamu undangan. Acara dimulai dengan menyanyikan secara bersama-sama lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Perpustakaan. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan sekaligus pembukaan secara resmi yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Ibu Dra. Janti Suksmarini., MM. Dalam sambutannya,

               Revolusi Mental yang dimaksud disini adalah ketika seseorang mampu memendam dalam-dalam dan menghilangkan sifat-sifat individualis, egois, dan etnosentris baik itu pada konteks kehidupan masyarakat maupun pada lingkup. Sebab, sifat-sifat tersebut merupakan penyulut potensi terjadinya disintegerasi atau perpecahan di tengah anak bangsa. Maka, dari buku-buku dan bicara-pidato Bung Karno inilah seyogyanya kita dapat memanfaatkan api perjuangannya yang nasionalis dan patriotis.

               Usai secara langsung oleh Kepala Perpustakaan Bung Karno dibacakan oleh petugas yang dibuka. Setelah membaca doa, masuklah kami pada rangkaian acara yang dibuka oleh Moderator yakni Ibu Tita Wulandari. Selanjutnya, barulah acara bedah buku dimulai oleh Bp. Sidik. Dalam penyampaiannya, beliau memperkenalkan dengan menukil salah satu bab dalam buku Warisilah Api Sumpah Pemuda yang berjudul Pemuda Berjuanglah Terus AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat) 30 Oktober 1962. Selain itu, beliau tiga kerangka revolusi Indonesia dari apa yang beliau telah baca sebagai berikut :

1.             Mendirikan negara kesatuan yang berwilayah antara Sabang sampai Merauke.

2.             Membuatkan di dalam negara kesatuan itu suatu masyarakat yang adil dan makmur.

3.             Menanamkan di antara umat manusia ini persahabatan bangsa yang kekal dan abadi (halaman 136).

               Dia juga menjelaskan bahwa buku tersebut merupakan kumpulan ucapan Bung Karno di hadapan pemuda dari tahun 1961 hingga 1964 dan Warisilah Api Sumpah Pemuda hanya satu di antara sekian judul panggilan Bung Karno yang digaungkan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 35 di Istora, Jakarta 28 Oktober 1963. Dalam pemaparannya, Bp. Sidik hanya menjelaskan tiga dari 13 ceramah atau amanah dalam buku tersebut.


               Pertama, terkait bicara yang berjudul Kumpulkan Pengetahuan Untuk Pembangunan (29 September 1962) yang pada kala itu Bung Karno menantang para mahasiswa dan sarjana di Yogya untuk dapat mengembangkan dan melakukan hal-hal baru sehingga ilmu pengetahuan dapat terus hidup dan terciptanya kemaslahatan di tengah masyarakat . Kedua, dari yang diamanatkan kepada Bung Karno pemuda, perlu dipahami bahwa untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, diperlukan beberapa hal di antaranya:

1.             Semangat yang berkobar-kobar dan pantang menyerah (kerja keras)

2.             Ilmu Pengetahuan yang terus menerus meningkat seiring dinamika zaman (kerja cerdas)

3.             Pengabdian yang tanpa pamrih bagi kepentingan umum (kerja ikhlas).

               Sebagai penutup, beliau kemudian mengucapkan pernyataan keduabelas dalam buku tersebut yang Warisilah Api Sumpah Pemuda yang pada dasarnya melibatkan semua pemuda dan pemudi untuk jangan hanya menyimpan abu dari sumpah saja, melainkan warisilah api dari sumpah pemuda. Karena jika pemuda hanya menikmati abunya, Indonesia saat ini telah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air, dan kita akan merasa bahwa perjuangan telah usai, sudah tercapai.

               Setelah pemaparan oleh Bp.
Sidik, bedah bicara melanjutkan pada narasumber kedua yakni Ibu Dr. Sri Mugianti. Secara spesifik dalam pembedahannya, beliau mengapresiasi apa yang tertulis pada buku Warisilah Api Sumpah Pemuda. 
...
lanjut part 2 
Baca juga artikel iklan di bawah ini. Sekali klik anda turut membantu keberlangsungan website ini

No comments:

Pages