Melanglang Koran
Bukan suatu kebetulan jika belakangan ini coretan puisiku menghiasi media massa. Sebab jauh sebelum aku dikenal banyak orang sebagai novelis, aku sudah terlebih dulu menggeluti dunia puisi.
Tanpa ada maksud untuk alih profesi dari novelis menjadi penyair, di sela kesibukan aku masih sempat menulis puisi. Meski hingga hari ini, akku baru terbitkan dua buku puisi, yakni :
1. Berita dari Kolong Tol (Penerbit Intishar, 2017)
2. Senyawa Kopi Sekeping Hati (IA Publisher, 2021)
Lepas dari kedua buku puisi itu, aku masih punya tiga naskah buku puisi yang belum aku publikasi.
Puisi-puisi yang kulepas untuk melanglang koran itu sebagian aku ambil dari simpanan naskah ini.
Sebenarnya sih, aku lebih fokus menulis puisi jenis satire, tapi demi untuk menyesuaikan dengan redaksi media, jadi aku perhalus tampilannya.
Aku tak berharap muluk atas puisi-puisi itu. Selagi orang masih mau membacanya dan merasa terhibur dengan apa yang aku tulis, aku akan terus menulis.
Bagiku berpuisi adalah cara sederhana untuk mengungkapkan kata hati. Walau kadang orang kurang paham dengan makna yang tersirat dalam puisiku, tak apa, yang penting redaktur dan pembaca suka.
Mari, melanglang koran bersama puisiku yang sederhana.
No comments:
Post a Comment