Kronik Pemilu di Kota Blitar, Sebuah Catatan yang Sedang Dirangkai - FLP Blitar

Kronik Pemilu di Kota Blitar, Sebuah Catatan yang Sedang Dirangkai

Bagikan



Selasa, 6 Oktober 2020

Bung Rangga punya ide judul untuk buku yang sedang kami susun : Dua Dekade Kota Blitar Memilih. Mungkin nanti akan ditambah keterangan : dari 2004-2020.

Sabtu, 3 Oktober lalu, agak telat saya datang ke rumah makan di daerah Tanggung. Ada pertemuan dengan para komisioner dan mantan komisioner KPU Kota Blitar.

"Tidak semua bisa hadir," tulis Bung Rangga sebelumnya.

Bung Rangga Bisma Aditya adalah komisioner aktif, yang membawahi project ini.

Seminggu sebelum pertemuan itu digelar, tersiar kabar kepergian Pak Setyo Budiono, beliau ketua periode 2014-2019. Menurut info, meninggal karena demam berdarah.

Pertemuan itu sebenarnya sudah diagendakan sejak Maret lalu, namun ditunda dan akhirnya tertunda karena wabah covid-19, sampai Oktober.

Dari mantan komisioner, hadir 4 orang. Jumlah itu minus 7 orang, dari total 16 komisioner sejak KPU Kota Blitar terbentuk. Tidak semua bisa hadir, ada yang harus dikunjungi khusus karena faktor kesehatan.

Mereka yang hadir di antaranya, Pak Andreas Edison, Pak Abdul Basith, Pak Suhartaji dan Bu Rita Triana. Plus empat komisioner aktif, minus Pak Choirul Umam, ketua saat ini, yang ada tugas kerja ke Jombang.

Dua dekade sebenarnya bukan waktu yang lama, setidaknya untuk menggali sumber yang ada. Dokumen laporan pemilu masih tersusun rapi, aktornya pun juga masih ada.

Para mantan komisioner sedikit memberi gambaran, lalu kami duduk berhadapan untuk bertanya lebih intens.

Seminggu sebelumnya, kami telah membuka dokumen pemilu. Termuat data di sana, juga sedikit deskripsi peristiwa saat itu.

Memang, sistematika kepenulisan tiap periode berbeda. Saya kebagian periode pertama. Sebuah laporan tebal harus saya pelajari dengan seksama, khususnya yang memuat data pemilu legislatif dan pemilu presiden 2004, di Kota Blitar.

Dokumen periode setelahnya, tampak lebih tipis.

Ada banyak hal mengejutkan, berdasar data tersebut. Misal, sekalipun sejak awal pemilu di Kota Blitar, PDIP lah parpol yang menang dominan, namun pada pilpres 2004 ternyata SBY-JK lah yang menang, Bu Mega nomor dua.

Namun kami tidak sedang mengorek data yang sudah ada, kami sedang menulis cerita. Dalam sebuah peristiwa, pasti ada aktornya, dalam penyelenggaran pemilu, siapa lagi aktornya jika bukan penyelenggara?

Karenanya, buku Dua Dekade Kota Blitar Memilih akan ada "sentuhan cerita". Cerita-cerita dari para komisioner inilah yang akan menjadikan buku ini layak dibaca, tidak menjadi diktat formal yang biasanya berakhir di rak-rak arsip.

Para mantan komisioner memiliki ingatan segar terkait penyelenggaran pemilu, termasuk bumbu-bumbu kenangan di dalamnya. Masa-masa awal berjuang sebagai penyelenggara, plus tantangan serba sulit karena berhadapan langsung dengan kursi kekuasaan.

Baiknya, tulisan ini saya akhiri sampai sini dulu, agar tidak "bocor" lebih banyak.

Program penulisan ini kerjasama dengan Forum Lingkar Pena Blitar. Kami hanya menulis cerita dan peristiwa, tidak terkait hal teknis tentang pemilu, apalagi politik.

Cerita memang patut ditulis demi merayakan hidup, merayakan pengalaman dan perjuangan. []

Blitar,
Ahmad Fahrizal Aziz
Tim Penulis

No comments:

Pages