Rizki Tak Akan Tertukar - FLP Blitar

Rizki Tak Akan Tertukar

Bagikan

Rizki Tak Akan Tertukar

Pernahkah suatu kali kamu ingin sekali membeli sesuatu? Dan tiba-tiba segera membelinya, saat itu juga? Sadarkah siapa yang menggerakkan kita begitu. Yups, Allah. Bisa jadi itu adalah buah doa dari para penjual. Begitulah cara Allah membagi rizkinya. Selalu pas dan tak mungkin tertukar.

Atau tiba- tiba kamu ingin memberi sesuatu? Dan akhirnya benar-benar menyampaikannya. Begitulah rizki itu. Datang dari Sang Penguasa Kehidupan. Lagi- lagi tak mungkin tertukar.

Beberapa tahun lalu, pada suatu malam, teman saya ingin sekali membeli sebuah jam besar berlonceng untuk TPQ Nurul Furqon Selopuro. Tanpa ba-bi-bu, kami langsung meluncur ke Wlingi karena toko jam terbesar dan yang paling dekat ada disana. Saat itu harganya sekitar dua ratus lima puluh ribuan. Pada saat itulah saya menyadari sesuatu. Kenapa tidak membeli besok-besok saja. Rasanya benar-benar seperti tertuntun begitu saja. Dan saya pun terhenyak "Subhanallah, seperti ini cara Allah memberi rizki."

Lagipula, kita tak pernah tahu dari dua ratus lima puluh ribu hasil menjual jam tadi akan ada rizki siapa lagi. Bisa jadi hari itu waktunya menggaji pegawai. Atau esok diberikan kepada siapa. Ada campur tangan Allah disini.

Di masa pandemi Virus Corona ini, sektor ekonomi porak-poranda.  Keluhan muncul dimana-mana. Dari tak berpenghasilan dan kelaparan karena di rumah saja. Meskipun tak semua menyalahkan pandemi. Sebagian justru bangkit dan di tengah keterbatasan malah memunculkan ide-ide segar mencari rezki. Makin banyak yang beralih sebagai penjual online. Dan memberi statemen "Belanja dari rumah saja, kami yang antar.

Makin banyak pula yang berbagi rizki, mulai dari sembako sampai uang. Beberapa kali seorang tukang becak menjual sembako yang ia peroleh ke warung kami. Jangan menyalahkannya, dia butuh uang juga untuk membeli keperluan yang lainnya. Setiap hari dia mangkal di pinggir jalan. Tiba-tiba saja banyak orang turun dari mobil memberinya sembako, bingkisan lebaran atau uang. "Tapi tak ada yang naik becak saya. Sepi sekali" begitu katanya.

Pemerintah juga menurunkan bantuan sosial lebih dari biasanya. Mulai dari BLT dan bantuan sembako. Alhamdulilah, saya tidak masuk dalam daftar bantuan. Padahal jika dilihat dari kondisi rumah, rumah kami satu-satunya yang masih berdinding batako dan lantainya terbuat dari semen di kompleks ini.

Di zaman sekarang memang sulit menentukan siapa yang benar-benar membutuhkan bantuan ekonomi. Beberapa orang ingin terlihat glamour dan hidup tidak sesuai kemampuan. Rumah mewah dengan segala isinya tetapi setiap hari bingung untuk makan sehari-hari. Eh, ketika namanya tidak terdaftar bantuan pemerintah protes ke Ketua RT. Sebaliknya ada yang rumahnya sederhana tetapi setiap hari terpenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Barangkali saya dianggab mampu karena di depan rumah ada warung sembako kecil, padahal itu adalah aset bekerja kami. Hasil jualan setiap hari diputar ulang. Menjamurnya jualan online dan mulai banyak yang membuka toko baru, mau tak mau berpengaruh juga pada pendapatan kami. Apalagi bermunculan juga sayur dan sembako gratis siapa saja boleh ambil dan boleh mengisi.

Namun, sekali lagi rizki tak akan tertukar. Allah membaginya dengan adil. Terbukti, ada saja jalannya ketika kita memenuhi kebutuhan hidup ini-itu. Allah mengaturnya dengan pas. Pas membutuhkan selalu ada rizki bukan pas kita hanya ingin sesuatu.

Lagipula mereka yang kaya adalah mereka yang bersyukur alias merasa cukup dengan rizki Allah. Apapun yang Dia berikan, terasa cukup. Tentunya setelah diimbangi dengan usaha yang nyata. Memang, rizki dari Allah pasti sampai dan tak akan tertukar.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". — Quran Surat Ibrahim Ayat 7

No comments:

Pages