Bantuan Salah Jalan - FLP Blitar

Bantuan Salah Jalan

Bagikan

Berbondong warga datangi kelurahan 
Kabarnya hari ini mereka dapat bantuan 
Sejumlah uang dan aneka kebutuhan 

Dari yang bersepeda, bermotor, serta bermobil 
Dipakainya kalung, gelang, dan cincin untuk tampil 
Tak peduli uang rakyat yang akan diambil 

Sementara disebuah gubug reot 
Seorang nenek renta menyangga pipinya yang kempot 
Sang nenek menatap sambil melotot 

Bertanya sang nenek kepada RTnya 
Mengapa namanya tak ada dalam daftar penerima dana 
Pak RW sarankan si nenek datangi kelurahan 
Tapi pak lurah bilang itu pusat yang tentukan 

Sang nenek pulang dengan tangan hampa 
Duduk di balai bambu pasang wajah nelangsa 
Bagaimana bisa bantuan salah sasaran 
Ia yang lebih pantas mendapat malah terabaikan 

Saksikan warga tersenyum pulang dari kelurahan 
Dengan banyak perhiasan menempel di badan 
Pada Tuhan sang nenek adukan nasipnya 
Atas bantuan yang tidak sentuh namanya 

Oh apa sebenarnya yang terjadi di negeri ini 
Mengapa kesenjangan tiada pernah henti 
Sampai kapan bantuan salah sasaran 
Sampai kapan subsidi salah dialamatkan 

Sang nenek renta duduk melongo 
Saksikan warga penerima bantuan pada swafoto 
Dalam hati sang nenek berdoa 
Semoga mereka sadar itu bukan haknya 

Tanpa belas kasih warga pamer perhiasan baru 
Jerit hati sang nenek semakin pilu 
Bukan bukan lantaran dirinya iri 
Ia hanya merasa belum punya rejeki 

Sang nenek renta bawa sedihnya ke dapur 
Perut sudah melilit saatnya minta isi 
Tapi sang nenek harus kembali tepekur 
Sebab hari ini ia tak punya nasi 

Kembalilah ia ke balai bambu depan 
Segelas air putih ia teguk perlahan 
Sekedar pengganjal perut yang kelaparan 
Sedang sebutir beras pun ia tak ada persediaan 

Tanpa terasa jatuhlah air mata 
Basahi pipi keriput berlapis duka 
Hanya pada Tuhan ia meminta 
Semoga lain waktu datang bantuan untuknya 

Hingga petang datang ia masih termenung 
Tanpa perhatikan langit mulai mendung 
Saat hujan gerimis mulai menyapa 
Ia terhuyung masuk gubug reotnya 

Kontradiksi ini sungguh menyayat hati 
Jadi potret buram yang perlu dikaji 
Wahai penguasa mutakhirkan data bantuan 
Agar kisah sedih sang nenek tak berkepanjangan 

Meski hatiku terketuk pilu 
Ingin menolong tapi aku tak mampu 
Hanya aku puisikan kisah sedihmu itu 
Dalam rangkaian diksi pengingat kalbu 
Semoga penguasa perhatikan nasipmu 
Selalu! 

Blitar, 10 Januari 2020
Salam literasi Indonesia

No comments:

Pages