Sekolah (Pe) Tani - FLP Blitar


                     Oleh Subek A. B.


Mendekati akhir kelas 3 SMP, aku sudah membulatkan tekad untuk meneruskan sekolah ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan jurusan Teknik Komputer Jaringan atau lebih akrabnya TKJ. Mulai dari situlah hobi menuntunku sedikit-sedikit belajar tentang komputer walau masih ke hardware dan software sederhana, juga seluk beluk turunannya seperti samrtphone, ya di waktu itu smartphone sudah mulai merambah kalangan anak SMP, biasanya merek favorit adalah C***s. 

Singkat cerita, setelah mendaftar di dua sekolah berbeda, tetap saja tidak lolos masuk ke jurusan yang kuidamkan, kecewa sudah pasti, bingung harus bagaimana, karena tujuanku masuk SMK ya hanya itu. Namun di salah satu SMK aku mendaftar, tepatnya SMKN 1 Kademangan, Blitar. mereka memberikan dua opsi pilihan jurusan. Pertama adalah jurusan utama kita mendaftar, kedua adalah jurusan jika kita tidak lolos masuk ke jurusan utama. Dalam pilihan kedua itu aku megambil jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH), mudahnya adalah Pertanian.Ya, mengingat aku berasal dari keluarga petani. 

Di ATPH inilah aku menempuh tiga tahun SMK, merelakan impian  masuk TKJ. Sebuah jurusan yang tidak pernah aku bayangkan, jurusan yang mulanya tidak aku ketahui ada di tingkat SMK. Jurusan yang dulu dipandang seabagai jurusan “Buangan” siswa yang tidak lolos di pilihan jurusan utamanya. Jurusan para calon petani. Tapi apakah jurusan Pertanian hanya sebatas melahirkan seorang petani?, ternyata TIDAK!.

Di SMK, yang dipelajari masih ilmu dasar pertanian. Meliputi budiaya sederhana, pengolahan tanah, perawatan, dan aspek-aspek umum budidaya lain. Setelah lulus dan melanjutkan studi di jenjang universitas. Barulah pertanian dipelajari lebih dalam. Di perkuliahan aku tetap mengambil jurusan Agribisnis, hanya bedanya di jenjang kuliah, agribisnis lebih spesifik ke sosial ekonomi, pengolahan, juga pemasarah hasil. Sementara lingkup luas budidaya yang lebih detail ada di jurusan Agroteknologi. Dari sini aku semakin menyadari memang jalan yang Allah SWT gariskan tidak salah. Hanya kadang kitanya saja yang selalu berfikir dengan nafsu. Bahwa belajar di pertanian tidak sebatas bagaimana proses budidaya merawat tanaman, mengolah tanah, atau sekedar bertanni, tapi lebih dari itu. 

Faktanya pertanian sangatlah kompleks. Karena kita mempelajari kultur sosial para petani yang pastinya berbeda di setiap wilayah. Mempelajari apa yang menjadikan pertanian sampai saat ni tetap dipandang sebelah mata. Meski faktanya pertanian adalah sektor primer seluruh negara dunia. Memikirkan dan mengembangkan inovasi plus terobosan baru bukan hanya dari segi teknologi, juga dari segi sosio kultural, merubah kebiasaan buruk masyarakat yang ternyata juga menghambat berkembangnya pertanian di Indonesia. Dan masih sangat banyak hal yang dipelajari. 

Inilah yang seharusnya disadari oleh pelajar dan mahasiswa pertanian. Bahwa siapapun yang masuk ke jurusan pertanian secara tidak langsung pasti akan bergelar “Petani”, hanya saja  petani yang bagaimana?. Pelajar dan amahsiswa pertanian haruslah menajdi petani penggerak yang menyadarkan petani umum menuju arah yang lebih baik. Tidak hanya mengandalkan kebiasaan yang terkadang hasilnya baik, namun juga tekadang sebaliknya, yang tanpa mereka sadari bisa merugikan. Petani penerus yang benar-benar memperjuangkan pertanian, bukan sekedar mencari ijazah.  Mengingat selama manusia tidak bisa berfotosintesis, mencerna batu bara, menimum BBM, pertanian akan terus dibutuhkan. 

Meski terlihat remeh, sejatinya para petani adalah akar utama yang berjuang keras menembus lapisan tanah, mengorek hara, menyerap air guna terus menjaga sebuah pohon berdiri tegak, subur, rindang, serta berbuah lebat, yaitu negara ini beserta seluruh penduduknya. 

Dimana jika akarnya lemah dan terinfeksi patogen, maka pohon itu pastinya juga akan lemah bahkan rubuh, hancur. Sementara pelajar serta mahasiswa pertanian adalah serabut dan bintil akar yang memabantu akar utama menancap lebih dalam, lebih kuat dalam mencari hara serta sumber air, yang nantinya juga akan menjadi akar utama penopang hidup sebuah pohon.



Tulungagung, 12 Desember 2019

1 comment:

Hnv said...

Indonesia merupakan negara penghasil beras terbesar ke 3 di dunia. Namun pada kenyataannya para petani di Indonesia masih bnyk yg kekurangan dlm hal finansial. Petani Indonesia secara umum masih blm berdaya secara SDM, jika dibandingkan dgn petani di negara maju, mereka dibekali dgn keilmuan teknologi n bibit. Mahasiswi saat ini bisa dibilang unggul dalam hal teoritis. Pengembang teknologi pertanian bisa berupa penerapan dr keilmuan tersebut. Karna mahasiswa merupakan agen pembaharuan

Pages