Kilas Balik Pendidikan: Pendidikan Ala Ki Hadjar Dewantara - FLP Blitar

Kilas Balik Pendidikan: Pendidikan Ala Ki Hadjar Dewantara

Bagikan


Oleh Zulfa Ilma Nuriana

Ki Hadjar Dewantara adalah sosok pahlawan bangsa yang tak asing lagi di telinga muda mudi bangsa Indonesia. Beliau juga menjadi Bapak Pendidikan Nasional. Pendiri dari sekolah Taman Siswa, yang bermula di Yogyakarta hingga tersebar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Ambon, dan masih banyak cabang lain lagi. Kiprahnya dalam pendidikan bangsa Indonesia sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan sumber daya manusia. Segenap hati, tenaga, dan pikirannya ia kerahkan demi kepentingan nusa dan bangsa.

Pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara adalah upaya memajukan karakter anak bangsa. Bukan hanya mendisiplinkan siswanya tetapi juga gurunya. 

Mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak untuk berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik masyarakat berarti mendidik bangsa. Pada masa itu guru masih layak sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Karena pengorbanan yang tak tanggung-tanggung telah mereka lakukan demi masa depan bangsa. 
Kemerdekaan menjadi tonggak utama dalam masa beliau. Taman Siswa menjadi contoh kekuatan pendidikan di negara ini. Kemerdakan yang digencarkan bukan hanya kemerdekaan bangsa Indonesia tetapi juga kemerdekaan batiniah dan lahiriah. Ki Hadjar Dewantara memandang bahwa pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. 

Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan keabahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pendidik adlah ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memeberi air, memberi pupuk, agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004).
Pengajaran lebih mengutamakan intelektualisme dan individualisme yang dapat memisahkan satu orang dengan orang sehingga menghilangkan rasa kekeluargaan dalam masyarakat di Indonesia. Namun, ada tiga inti penting dari pengajaran menurut Ki Hadjar Dewantara yakni pengajaran rakyat harus bersemangat keluhuran budi manusia, mendidik ke arah kecerdasan budi pekerti, dan mendidik ke arah kekeluargaan. 
Pendidikan budi pekerti atau karakter sangat penting dalam pendidikan di Indonesia Maka Ki Hadjar Dewantara membagi fasa pendidikan menjadi tiga perkembangan, yaitu :
Hamemayu Hayuning Sariro,artinya pendidikan berguna bagi yang bersangkutan, keluarganya, sesamanya, dan lingkungannya. Dimana makhluk sosial tercermin di dalamnya. 
Hamemayu Hayuning Bongso,artinya pendidikan berguna bagi bangsa, negara, dan tanah airnya.  
Hamemayu Hayuning Bawono,artinya pendidikan berguna bagi masyarakat yang lebih luas lagi yaitu masyarakat global.
Tiga perkembangan tersebut memiliki makna yang mendalam jika dikaji ataupun dipraktikan dengan maksimal. Walaupun hal itu sudah masa lalu tapi memberi imbas yang besar di masa kini. Apalagi jika diterapkan kembali di masa kini. Karena melihat dari moral generasi bangsa Indonesia yang semakin luntur. Sungguh hal itu sangat mengkhawatirkan kejayaan bangsa Indonesia di masa depan.
Sikap yang melupakan masa lalu tidaklah baik. Karena dengan adanya masa lalulah kita berada di masa kini. Kemajuan bangsapun karena dorongan masa lalu yang begitu kuat dari tokoh-tokoh bangsa. Remaja kini yang semakin lupa dengan sejarah bangsa Indonesia akan mudah dihancurkan oleh idelogi baru.

Penguatan moral generasi Indonesia sangatlah mutakhir yakni di pendidikan. Meskipun, keluarga adalah yang utama. Pendidikan karakter jangan hanya jadi sebuah program saja tapi pelaksanaan yang akurat dan tepat. Karena nayatanya pada saat ini masih saja generasi tak memikirkan moral dan adab mereka demi sebuah nilai. Apapun akan mereka lakukan demi sebuah nilai.

Jadikan tolok ukur sebuah remaja atau siswa adalah proses dalam berkembang bukan sekedar pencapainnya. Maka dari itu pendidikan karakter ala Ki Hadjar Dewantara ini perlu diterapkan secara utuh di masa sekarang ini. Sehingga bukan soal moral yang membaik tetapi juga revolusi industri 4.0 akan tercapai.

Sumber rujukan : https://asiswanto.net/?page_id=305

No comments:

Pages