Khawatir Tulisan Dibilang Jelek? - FLP Blitar

Khawatir Tulisan Dibilang Jelek?

Bagikan



Selasa, 3 September 2019

Jelek bagus tulisan kan soal selera? Bayangkan ketika seorang biasa membaca karyanya Dee Lestari tiba-tiba harus membandingkannya dengan karya Tere Liye. Keduanya penulis besar, punya pembaca banyak, namun gaya diksinya sangat berbeda.

Bagi penikmat karya Dee, membaca karya Tere Liye jadi terasa kurang greget. Sementara bagi penikmat karya Tere Liye, membaca karya Dee terasa njelimet.

Keduanya punya ciri khas. Dee dari kecanggihan diksinya dan tema yang diangkat. Tere Liye dari kesederhanaan dan ketepatannya membidik realitas.

Juga, kenapa karya-karya Fiersa Besari lebih banyak digandrungi perempuan? Sebab bidikannya memang kesana. Bagi pria, seperti saya, efeknya kurang kuat. Bagus memang, namun bukan selera.

Bayangkan ketika karya kamu dikritik habis, dikuliti, dicaci, oleh pembaca yang jelas-jelas tidak satu style. Dan kamu minder, takut, lantas putus asa.

Sementara ternyata ada yang mengapresiasi style menulismu, karena merasa sejiwa dan seirama. Yakinlah, setiap tulisan pasti ada penikmatnya sendiri.

Tulisan-tulisan saya sering dianggap terlalu sederhana. Kurang asyik memainkan diksi, kurang menarik, kurang dalam, terlalu formal dan kaku.

Namun ada juga yang mengatakan jika tulisan saya lugas, renyah, dan apa adanya. Tidak terlalu dibuat-buat.

Dari dua komentar di atas, kan tidak ada yang salah? Jika kaitannya dengan selera, sementara kita juga perlu jujur pada diri sendiri, bagaimana style kita?

Bisakah kita menulis seperti yang diharapkan si A, sementara ternyata diapresiasi si B? Mampukah kita memenuhi ekspektasi si C, padahal bagi si D itu sudah cukup?

Maka jangan khawatir tulisan dibilang jelek. Itu wajar, bahkan bagi seorang pesohor sekalipun. Kalau jeleknya dalam hal teknis, misal soal tanda baca, kata baku, dan sebagainya, kan bisa dengan mudah dibenahi?

Jika tulisan ditujukan untuk memuaskan semua pembaca, jelas tidak mungkin. Setiap pembaca punya selera masing-masing, penulis pun juga punya gayanya masing-masing. Terpenting adalah, menulislah dengan jujur. []

Kedai Kaloka,
Ahmad Fahrizal Aziz

No comments:

Pages