MERAWAT INGAT MELEWATI 1 DEKADE - FLP Blitar

MERAWAT INGAT MELEWATI 1 DEKADE

Bagikan
Oleh : Ryan Adin Pratama



Lagi-lagi saya akan bercerita tentang merawat ingat yang bagi saya tidak semua orang berkesempatan dan seberuntung saya. 10 Tahun silam saya merasa terlahir menjadi jiwa baru yang mencintai lebih dalam bangsa Indonesia.

Menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) Kota Malang Tahun 2009 kala itu, itu adalah dambaan dan impian para pelajar di kota Malang, “katanya”. Kenapa saya berucap "katanya", jujur saja saya sangat tidak tahu apa itu PASKIBRAKA kala itu. 

Jangankan menjadi PASKIBRAKA, mengikuti upacara hari Senin saja sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama sudah menjadi sebuah hal yang sangat membosankan, dan malas adalah cara kerjanya.
Belum lagi dengan postur tubuh yang tinggi wajib hukumya untuk selalu berada di baris paling depan, memasang sikap siap, tegas, rapi dan wajah yang pura-pura bahagia menikmati semua alur keupacaraan.

Hingga di bangku Sekolah Menengah Pertama ada perlombaan PBB (Peraturan Baris Berbaris) antar sekolah se-Kota Malang, di mana pastinya siswa-siswi berpostur tinggi adalah sebuah pilihan wajib untuk ikut seleksi sebelum berlomba. Jangankan untuk ikut, minat saja saya sangat tidak terpikirkan kala itu.

Hingga teman saya yang memang suka PBB ikut seleksi dan merasa bangga di kala dia lolos seleksi dan dipersiapkan untuk perlombaan, seperti berada di atas angin. Di mana saja dia selalu memperlihatkan gerakan gerakan PBB, seakan siapa saja yang melihanya harus tahu kalau dia adalah sang jago PBB.

Di situ saya penasaran, namun hanya diam dan bertanya dalam hati, racun apa PBB itu hingga membuat candu siapa saja yang memang sangat mencintainya. Bukankah cinta apabila berlebihan adalah sebuah kesalahan? Ah sudahlah, keheranan saya itu saya pendam saja tanpa harus membombardir pertanyaan kepada teman yang sedang memang asiknya bermesraan dengan semua hal tentang PBB.

Tepat setelah masuk sekolah SMK di mana rasa penasaran saya mulai naik merasuk ke dalam pola pikir, hingga saya harus mendapatkan jawaban tentang apa asiknya “PBB” bagaimanapun caranya.

Dengan tekad penasaran, masuklah saya ekstrakurikuler PASKIBRA di SMK saya. Bang Agus Pembinanya waktu itu. Dengan wajah garang, kulit hitam dan badan besar sudah menjadi peluntur niat untuk bisa terus mencari jawaban atas apa yang menjadi sebuah kepenasaranan saya sejak lama.

Namun di sisi lain, ekstrakurikuler di sekolah saya adalah hal yang wajib bagi seluruh siswa-siswi untuk diikuti minimal 1 ekstrakurikuler, bila tidak rapot dengan tinta berwarna adalah hadiahnya. Dengan terpaksa saya ikuti terus ekstrakurikuler PASKIBRA itu hanya agar tak dapat tinta berwarna saat rapotan nanti.

Selang 3 bulan saya mengikuti ekstrakurikuler, Bang Agus datang dan menginfokan bahwa akan ada seleksi PASKIBRAKA Kota Malang 2009. Seleksi yang diadakan selama setahun sekali dengan peserta seluruh sekolah SMA/K dan sederajat di seluruh Kota Malang. 

Itu pun saya baru tahu kalau ada kegiatan seperti itu, iseng iseng saya ikut mendaftar bersama para anggota ekstrakurikuler PASKIBRA, saya pun menyiapkan berkas administrasi yang dibutuhkan untuk mendaftar pada tanggal yang sudah ditentukan.

Sampainya pada hari H, saya pun berangkat diantar bapak, di depan gerbang SMKN 2 Malang. Kala itu, SMKN 2 Malang adalah tempat untuk seleksi tahap pertama, yaitu seleksi administrasi dan kesehatan. 

Dan di sana saya kaget ternyata ada ratusan pelajar yang sudah menunggu untuk dibukanya gerbang menuju area seleksi, dan hampir semua pelajar memasang wajah semangat dan optimis seakan mereka memang sudah kompak dengan mimik wajah seperti itu. Sedangkan saya hanya duduk santai sesekali bermain kerikil dengan kaki saya sembari menunggu.

Singkat cerita, saya lolos untuk masuk seleksi tahap berikutnya pada minggu depan, yaitu seleksi fisik dan saya mendapat nomer dada kalau saya tak lupa adalah 111.

Alhasil, berkat kelolosan itu saya dan teman-teman diwajibkan habis-habisan untuk terus berlatih fisik, setiap siang dimandikan keringat dan dibedaki debu. Di kala itu saya tahu ternyata bila ada sekolah yang siswa-siswinya lolos seleksi dan menjadi PASKIBRAKA, itu adalah nilai plus bagi sekolah. Apalagi sekolah saya tergolong sekolah baru dan saya adalah angkatan kedua.

Singkat cerita, hari H untuk seleksi fisikpun dimulai berlokasikan di SMAN 9 Malang. Mulai dari lari, push up, back up, shit up, pull up dan lain lain sudah diatur polanya oleh panitia.

Singkat cerita, saya pun lolos dan harus ikut seleksi terakhir di SMAN 8 Malang yaitu tes pengetahuan dan Pantauan Akhir (Pantukir). Oke saya pun dihajar lagi tentang ilmu PBB, PASKIBRAKA, Kewarganegaraan, Sejarah, dan Pengetahuan Umum.

Singkat cerita, saat hari H semua anggota yang lolos seleksi memasuki ruangan masing-masing untuk diwawancara oleh para panitia dan senior. Lalu kami dibariskan dengan posisi siap tanpa suara, tanpa gerak, dan tanpa melirik selama 3 jam tanpa istirahat, sebuah hal membosankan dan sangat melelahkan. 

Hingga waktu pengumuman tiba. Beberapa nomer dada yang dipanggil diharuskan untuk pindah posisi yang sudah disediakan panitia, dan betapa sedihnya sampai panitia berhenti menyebut nomer saya tak dipanggilnya. Di situ saya merasa sedih, kecewa, bagaimana tidak, ini seleksi terakhir dan saya harus gugur.

Sampai panitia pun mulai berkata “Kepada adik adik yang nomernya belum dipanggil mohon maaf untuk segera pindah ke sebelah kanan dan baris menjadi 2 baris ke belakang.”
Kamipun bergegas. Kemudian, panitia berucap, “Kepada adik-adik yang di sebelah kanan, selamat anda lolos menjadi CAPASKA (CALON PASKIBRAKA KOTA) Tahun 2009."

Di situlah apa yang menjadi kekecewaan sesaat saya hilang dan menjadi tangis tanpa bisa ditahan, disitulah awal saya mulai mampu merasakan apa hebat dan asiknya menjadi seorang PASKIBRA.

Akhirnya kami dilatih semi militer oleh para senior, dilatih PBB, sikap disiplin, sikap tanggung jawab, sikap kompak, dan hal sebagainya selama 5 bulan. 4 bulan latihan fisik dan PBB, 1 bulan latihan formasi barisan.

Kami terbagi menjadi 3 Pasukan yaitu Pasukan 17, 8 dan 45.
Pasukan 8 bagi sebagian orang adalah kelompok paling istimewa, dimana dialah yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Semua pasti menginginkan posisi itu, tapi itu terjadi bila kita menujukkan hasil terbaik kita selama PBB.

Awalnya saya adalah pasukan 45, lalu dipindah ke pasukan 17, dan alhamdulillah saya menjadi pasukan 8, pasukan yang didambakan banyak anggota.

Sampai akhirnya, tanggal 15 Agustus kami dikukuhkan menjadi 75 anggota PASKIBRAKA, bukan lagi menjadi CAPASKA.

Suasana sakral dan khidmat begitu terasa. Pengukuhan itu mengikutsertakan semua intansi pemerintahan dan para kepala sekolah dari tiap-tiap murid yang terpilih, bertempatkan di ruang aula Balai Kota Malang.

Setelah selesai, kami pun turun dan melingkari tiang bendera. Tiang ini adalah kawan kami pada tanggal 17 nanti. Semoga kau menjadi kawan, semoga kau mampu membantu keberlangsungan upacara 17 Agustus nanti.

Sembari kami bernyanyi lagu Indonesia Pusaka Ciptaan Ismail Marzuki dan dilempari bunga mawar oleh para senior, entah kenapa kami menetes haru dan menangis kala itu, seakan berbagai hal yang sudah kami lalui akan berakhir besok.

Entah kenapa dada ini terasa sesak. Kami sangat bangga akan tugas kami nanti, namun kami takut tak bisa memberikan hal terbaik saat hari tiba, kami menangis, kami berpelukan bahkan sampai ada yang tak mampu berdiri (itu saya). Dan jujur, entah kenapa, sampai sekarang di saat saya mendengarkan lagu Indonesia Pusaka saya masih merasa sesak di dada dan menumpahkan air mata.

Banyak hal yang tak mampu saya sampaikan karena akan panjang jikalau saya harus menceritakan perjalanan saya mencari arti cinta akan tanah air ini. Mungkin saya akan menceritakan ini saat kita bisa berjumpa, pasti saya berjanji akan bercerita. Saya akan berbagi cinta akan Indonesia.

Memang sejatinya membenci karena ketidaktahuan adalah hal wajar, tapi bagaimana kita merubah pola ketidaktahuan itu menjadi ingin tahu, pastinya setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mendapatkan jawaban. Tetaplah menjadi diri sendiri, terbukalah akan setiap opini, pahami pola dan kita akan tahu apa yang sebenarnya hidup ini inginkan. Itulah cara saya mencari jawaban akan bagaimana mencintai Indonesia.

Selamat ulang tahun ke-74 Tahun Indonesiaku, saya bangga menjadi bagian darimu, meski saya tak ikut berjuang ijinkan saya untuk mempertahankan…
Dan ijinkan saya untuk trus membuat orang lain mencintaimu dengan caraku.[]

17 Agustus 2019, 02.20

No comments:

Pages