FLP Blitar, Sebuah Perjuangan - FLP Blitar

FLP Blitar, Sebuah Perjuangan

Bagikan



Sabtu, 27 Juli 2019

Jelang bulan Agustus, ingatan 11 tahun silam terkait kerepotan dan keriuhan peresmian Forum Lingkar Pena (FLP) Blitar masih tertancap kuat. Meski peresmian dilakukan pada 31 Agustus 2008, namun sejak bulan Juli sudah banyak pertemuan, serta kerja-kerja kepanitiaan yang menguras energi.

Kenapa? Sebab saya pribadi harus mencari waktu di luar jam sekolah. kadang-kadang saat datang ke forum rapat, masih mengenakan seragam aliyah. Saat itu juga saya menjadi ketua ekstrakurikuler Jurnalistik, yang punya agenda pertemuan setiap tiga kali seminggu.



Senin pertemuan tim broadcasting atau radio sekolah, Rabu pertemuan tim buletin yang terbit bulanan dan tim Majalah Sekolah, Jumat pertemuan tim Mading, yang jarang sekali bisa saya dampingi, sampai muncul semacam konflik di Organisasi yang mengira jika ketua lebih mementingkan divisi/Faq lain dibanding divisi Mading sekolah yang harus update seminggu sekali itu.
Perjuangan lainnya ketika harus memasukkan proposal sponsorship, namun untungnya waktu itu ada yang bersedia menjadi sponsor tunggal, yaitu Toko Buku Restu. Karena menjadi sponsor tunggal, maka seluruh kebutuhan dana kegiatan ditanggung pihak sponsor. Waktu itu panitia memang membuat tiga jenis sponsorship, yaitu sponsor tunggal, utama, dan tambahan.


Karena TB Restu menjadi sponsor tunggal, maka tidak perlu lagi ada sponsor lain. Semua fasilitas seminar kit mulai dari map, blocknote, dan sebagai ada logonya TB Restu. Termasuk ketika acara talkshow di Radio Mayangkara, semuanya disponsori TB Restu.
Selain peresmian FLP Blitar, juga sekaligus diadakan acara Halutif (Pelatihan Menulis Kreatif) yang mendatangkan dua narasumber dari FLP, yaitu Kang Irfan Hidayatullah dan Bu Sinta Yudisia. Meski keduanya adalah penulis papan atas, namun begitu humble dan merakyat.
Kang Irfan misalnya, datang ke Blitar naik kereta ekonomi dari Bandung. Karena beliau tinggal di Bandung, dan sekaligus dosen Universitas Padjajaran. Sementara Bu Sinta Yudisia, datang sehari sebelumnya karena harus mengisi talkshow radio, dan menginap di sebuah ruangan yang disulap menjadi kamar tidur untuk hari itu.
Meski sudah mendapat sponsor tunggal, panitia masih membuat tiket. Harga tiketnya Rp25.000, untuk mengikuti Halutif tersebut. Saya membantu mengirimkan undangan ke sekolah-sekolah, promosi tiket ke guru-guru, teman, dan kenalan. Karena masih pelajar, maka saya mengambil dispensasi, dan berkeliling ke sekolah-sekolah dengan Suzuki Smash hijau 110 cc, bersama seorang teman bernama Pendi Setiawan.
Peresmian FLP Blitar yang sekaligus workshop kepenulisan itu dipadati peserta, bahkan sampai kursi belakang, memenuhi Aula Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Kota Blitar. Teramat disayangkan, foto-foto kegiatan yang dulu dihandle oleh Sughi, yang sebenarnya sudah diunggah ke blog Multiply, harus kandas karena sepertinya blog tersebut gulung tikar.
Sementara filenya diburn up ke VCD, dan Sughi kini hijrah ke Kalimantan. Sebenarnya saya ingin meminta file foto itu untuk dijadikan koleksi pribadi sekaligus kenangan.

##
Selanjutnya, saya aktif di FLP Blitar untuk setahun berikutnya, namun tidak bisa penuh. Karena sudah naik kelas XII, disibukkan oleh tugas akhir sekolah dan Ujian Nasional yang menakutkan. Pada Juli 2009, selepas UN dan ujian SNMPTN, saya sempat mengikuti agenda Writing Camp FLP Jatim di Villa Hidayatullah, Kota Batu.
Setelah itu, hijrah untuk mengais ilmu ke kota Malang dan kembali lagi ke Blitar pada pertengahan 2015, pas waktu itu ada kegiatan FLP se-Jawa Timur di Sidoarjo. Bisa disebut, keaktifan saya, yang serius, di FLP Blitar adalah tahun 2015. Sebab meski menjadi salah satu panitia pendirian FLP Blitar pada 2008, toh saya tidak cukup aktif setelahnya karena harus bergelut dengan rutinitas di sekolah.
Pada 2015 itu, muncul keinginan dari tiga orang, yaitu Mas Ahmad Saifudin, Mbak Lilik Nuktihana, dan saya sendiri, untuk memeriahkan FLP Blitar kembali, serta dua mahasiswi Unisba yaitu Alfa Anisa dan Rere. Berkenalan dengan para aktivis pers kampus, mengajak teman yang tertarik menulis untuk bergabung. Menghubungi kembali mereka yang sempat bergabung di FLP Blitar sebelumnya, untuk gabung kembali.
Antara tahun 2009 sampai 2015, tentu sudah banyak yang sempat bergabung dengan FLP Blitar, bahkan ada anggota khusus SD yang dikenal dengan FLP Kids dan pernah juga menerbitkan buku. Beberapa sekolah pun juga pernah dibina oleh FLP Blitar.
Fase 2015 hingga sekarang ini, sebenarnya juga penuh tantangan, meski tetap ada kemudahan. Misalnya saja, karena FLP Blitar tidak memiliki sekretariat, maka kita sering berkumpul di Perpustakaan Bung Karno, melantai di selasar.
Lalu berpindah ke ruang koleksi khusus, yang masih berada di lantai II. Setidaknya, seminggu sekali saya memang ke ruangan itu, dan sering disambut Pak Budi Kastowo, salah satu Pustakawan. Ruang koleksi khusus memang terpisah dengan ruang koleksi umum, dan tidak terlalu banyak pengunjung, sehingga memungkinkan untuk pertemuan. Lalu mulailah pertemuan berpindah ke sana, hingga sekarang.
Pada awal 2016, dicetuskanlah program menerbitkan buku kumpulan cerpen. Mulanya saya sebagai koordinator, namun tidak jalan karena berbagai kendala. Program itu pun sempat tak terurus, dan kemudian diambil alih oleh Alfa Anisa dan Irsyad. Puncaknya, buku itu diterbitkan pada Desember 2016, dengan uang patungan.
Saya bertugas menjadi koordinator penerbitan. Beberapa pegiat juga bergabung antara 2015-2016, termasuk Rosy Nursita yang menjadi ketua pelaksana launching buku kumpulan cerpen “Jejak-jejak Kota Kecil” pada 4 Desember 2016 di Aula UNU Blitar.
Pada acara itupula sekaligus pendaftaran anggota baru. Banyak anggota baru yang bergabung, atau anggota lama yang kembali bergabung. Berdasarkan formulir yang masuk, ada lebih dari 40 pendaftar. 
Beberapa yang bergabung pada periode ini adalah Hendra Burhanudin, Ahmad Rhaditya Alam, Siti Muthmainah, Faridha, Fitriara, dan lain sebagainya.
Masuk tahun 2017, dilakukan kembali pendaftaran dengan konsep yang berbeda, dengan sistem kelas. Namun belum spesifik, masih kelas secara umum. Beberapa mulai bergabung seperti Ana Fitriani.
Lalu digelarlah Musyawarah Cabang, yang menjadi agenda sakral pergantian kepengurusan. Dalam Musycab 2017 di Unisba, Rosy Nursita terpilih menjadi ketua FLP Blitar menggantikan Ahmad Saifudin. Jabatan ketua FLP Blitar adalah dua tahun. Jika dilihat berdasarkan angkatan, Rosy Nursita adalah angkatan 2016. Pada periode inilah FLP Blitar mulai memiliki website yang beralamat di www.flpblitar.com.
Pada bulan Ramadan 2017, FLP Blitar juga punya kegiatan baru yang disebut Goes To School. Masuk ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan FLP Blitar, sekaligus mengisi pelatihan menulis. Sejak awal berdiri, sebenarnya FLP Blitar biasa diundang ke sekolah untuk mengisi pelatihan, atau membina eekstrakurikuler, sebagian lagi diundang menjadi dewan juri lomba kepenulisan. Selain juga diajak kolaborasi untuk kegiatan seperti Perayaan Hari Puisi Nasional.
Jika 2016 lalu menerbitkan buku kumpulan cerpen, maka 2017 direncanakan menerbitkan buku kumpulan puisi. koordinator naskah dan penerbitannya tetap sama. Agenda Launchingnya pada 10 Desember 2017 di Aula Gedung Dinas Pendidikan Kota Blitar, bertajuk Gempa Puisi 2017. Ahmad Radhitya Alam menjadi ketua pelaksana untuk acara ini.
Masuk tahun 2018, mulailah model pendaftaran anggota baru dengan sistem kelas menulis yang lebih spesifik, yaitu kelas fiksi dan nonfiksi. Dua yang bisa berjalan adalah kelas puisi dan esai. Kegiatan lainnya berjalan seperti biasa, seperti mengisi materi ke sekolah, menjadi dewan juri, atau berkolaborasi mengadakan acara. 2018 ini, kolaborasi FLP Blitar bersama Bale Latar dan Sanggar Mlasti untuk acara Soekarno Ing Sastro.
Masuk tahun 2019, adalah momentum peralihan kepemimpinan. Musycab 2019 di De Koloniale Cafe akhirnya memilih Hendra Burhanudin menjadi ketua menggantikan Rosy Nursita.

Pada periode inipula kegiatan FLP Blitar dibuka seluas-luasnya bagi non anggota. Jika sebelumnya kesempatan bergabung dengan FLP Blitar menanti ada pembukaan pendaftaran atau kelas menulis, kali ini dibuka kapanpun.
Pertemuan rutin terjadwal setiap minggunya. Misalnya, minggu pertama adalah kelas nonfiksi. Minggu kedua kelas fiksi. Minggu ketiga agenda temu penulis, berisi sharing dan diskusi buku. Minggu keempat kelas fiksi dan nonfiksi jadi satu.
Setiap kelas punya target masing-masing, dan bisa diikuti oleh siapapun. Sehingga sangat terbuka, bagi siapapun yang hendak bergabung. Meskipun harus menyesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing, sebab setiap kelas memang memiliki target yang berbeda.
Konsep baru ini berdasarkan pemikiran ketua yang baru, yang akhirnya disepakati oleh pengurus lainnya, dan dijadwalkan setiap 6 bulan, dengan target yang berbeda. Misalnya, kelas puisi menerbitkan buku antologi, lalu kelas cerpen dan novel menargetkan untuk masing-masing peserta bisa membuat 1 cerpen dalam kurun waktu 6 bulan itu.
Dengan konsep yang tertata seperti ini, memang lebih santai dalam menjalani, karena dalam setiap pertemuan sudah ditentukan apa yang dibahas dan progres apa yang hendak didapat.
Semoga, FLP Blitar kedepan menjadi wadah yang nyaman untuk belajar menulis, bagi siapapun, apapun latar belakangnya, dan berapapun usianya. 

Apalagi, FLP Blitar sejak 2017 lalu mulai membentuk mentor-mentor. Sehingga, punya cukup SDM untuk mengisi kelas-kelas yang ada, selain tetap diagendakan untuk silaturahim dengan para penulis yang sudah menghasilkan banyak karya.
FLP Blitar adalah sebuah wadah yang diperjuangkan bersama-sama, dan semoga menjadi wadah yang nyaman, santai, dan produktif untuk belajar. Pertemuannya sering di tempat yang asyik, dengan konsep belajar yang beragam. Harapannya, lewat komunitas ini lahir pada penulis dan pegiat literasi yang terus berkarya untuk hari-hari kedepannya. []
Salam,
Ahmad Fahrizal Aziz
Bit.ly/catatanFahrizal

No comments:

Pages