Clara memang mengenal Hazmi lebih dulu, daripada kenal aku. Kelas mereka bersebelahan, dan sama-sama anak musik.
Clara mengundang perhatianku sejak hari pertama masuk sekolah. Wajahnya oriental, hidung mancung, dan gayanya agak tomboi.
Pertama kali datang ia berjalan didampingi Pak Andro menuju kelas XI IPS 3. Anak pindahan dari Jakarta, kata Pak Andro kepadaku.
Hazmi adalah orang pertama yang dikenalkan Pak Andro kepada Clara, meski sebenarnya hubungan mereka tak begitu dekat.
Kenapa Hazmi? Mungkin karena dia anak ekskul musik, dan akhirnya menjadi ketua ekskul tersebut.
"Dia akrab sama semua temen, tapi kayaknya paling akrab sama kamu," Jelas Zanuba yang juga teman sekelasnya.
Bagaimanapun pendapat orang, aku memang terlanjur dekat dengan Clara, dan banyak hal tentangnya jadi perhatianku. Meski hal seperti ini sungguh mengganggu pikiranku.
Aku tak ingin masuk terlalu dalam pada cinta monyet ini, aku tak ingin sekolahku terganggu, juga tak ingin kegiatan ekstrakurikulerku terganggu.
Perkenalanku dengan Clara cukup sebagai panitia acara. Setelah acara selesai, aku akan menjaga jarak. Tak mau terlalu dekat. Aku ingin fokus pada kegiatan lain yang lebih positif, daripada berkubang dalam dunia perasaan yang pelik.
###
"Zal," Zanuba memanggil saat aku berjalan melewati dapur Jurnalistik. Padahal aku mau ke kantin.
"Sini bentar," Pintanya.
Aku memenuhi permintaan Zanuba. Dia memang sering menggunakan dapur Jurnalistik untuk gosip tak jelas bersama teman-temannya, termasuk siang ini, dia seperti akan menceritakan sesuatu yang penting.
"Ha, masa?" Aku terkejut dengan penjelasan Zanuba.
"Kita sekelas juga nggak tahu alasan apa, mungkin ada trauma tersendiri," lanjutnya.
Zanuba menceritakan bahwa Clara tiba-tiba menangis waktu radio sekolah memutarkan lagu "Love of my love" dari Queen.
"Kamu yakin karena lagu itu dia nangis?" Tanyaku memastikan.
"Iya, dia bilang sangat benci lagu itu dan minta aku hubungin operator buat matiin."
Pada jam istirahat tadi memang terdengar lagu itu, dan tak berapa lama kemudian mati. Kukira kesalahan teknis, ternyata ada sebabnya.
Dan kenapa aku harus tertarik membahas reaksi Clara terhadap lagu itu?
###
Anak teater sore ini sedang menggelar drama di ampyteater sekolah. Aku duduk di barisan keempat bersama teman-teman kelas yang masih tertarik dengan teater, meski yang mendominasi bangku penonton adalah anak IPS dan Bahasa.
Anak XI bahasa selalu kompak ketika acara teater, karena ketuanya, Dzulkifli, dari kelas bahasa.
Di barisan kedua kulihat Clara bersama teman-teman perempuan dari kelas IPS 3. Ternyata dia suka nonton teater juga?
Sebelum teater dimulai, band sekolah membukanya dengan lagu "Jatuh cinta" dari Roullate. Lagu itu sedang hits di beberapa radio akhir-akhir ini. Hazmi jadi drummer, dan kulirik Clara tak begitu antusias menontonnya.
Langit begitu cerah, namun kulihat ada mendung dalam diri Clara. Mendung yang bercampur misteri hidupnya, yang menarik perhatianku. Ah, kenapa segala hal tentang Clara kini menjadi minatku.
"Mau kemana?" Tanya Ibra ketika aku beranjak dari kursi.
"Aku pulang dulu ya, ada sesuatu di rumah," Jawabku beralasan.
"Kok pulang, katane mau nonton?" Sahut Wulan.
Kulihat Clara, ia sedang berbincang dengan teman-temannya.
"Duduk lagi lah," Ibra menarik tanganku, aku pun duduk kembali.
Lagu sudah selesai, Dzul sedang sambutan di panggung menjelaskan drama yang akan dimainkan. Dia menyapa beberapa ketua ekskul yang ikut menonton sore itu, sampai namaku disebut.
"Owh disana ada kak Rizaldy, ketua Jurnalistik kita," sapa Dzul.
Pandangan hadirin tertuju padaku. Selain ikut teater, Dzul juga ikut Pramuka, karenanya dia sering memanggil dengan imbuhan kak.
Namun sepertinya Clara tak menoleh ke arahku, dia sibuk berbincang dengan temannya. Sore yang cerah, namun mendung bergelayut di antara kami.
Bersambung
~~~~
Cerbung Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment