Orang Baik Itu Masih Ada - FLP Blitar

Orang Baik Itu Masih Ada

Bagikan



Beberapa dari kita pasti pernah merasa tidak cantik atau tampan, tidak berpendidikan baik, tidak memiliki kekayaan, tidak memiliki keluarga yang bahagia sama seperti teman lain. Tahukah, bahwa itu adalah penyebab kegagalan hadir. Apa yang membuat kita berbeda adalah cara kita memandang hidup. Kita tidak perlu mengubah dunia, ubahlah diri kita dan mari memandang kehidupan dengan cara berbeda. Ratusan kali saya memberikan perbaikan-perbaikan diri di status WhatssApp, dan mungkin, kalian sudah bosan. Apa lagi yang bisa kita lakukan selain memberi energi positif kedalam diri. Jika kita tidak mampu mengubah apa-apa bukankah baiknya kita mengubah pola pikir kita?


Pagi tadi, tim S3 (Sedekah Seribu Sehari) dan komunitas Fedblitz (Federale Cah Mblitar) berkolaborasi memberikan energi positif dengan aksi Senabung (Sedekah Nasi Bungkus). Titik temu ada di depan kantor walikota. Kami merelakan segala sibuk luruh untuk menghilangkan suntuk dengan berbagi. Pukul 05.40 saya tiba di Aloon-aloon kota Blitar, namun saya hanya menjumpai para lelaki dengan sepedanya duduk di trotoar. Saya putuskan untuk menunggu teman di halaman Masjid Agung. Tak lama kemudian Mbak Riza sebagai ketua pelaksana memberikan pesan lewat telepon genggam bahwa beliau baru tiba. Saya segera menuju ke tempat temu bersama Mbak Della yang saya temui di saat perjalanan. 


Pukul 06.30, kubu Bapak-Bapak sudah tidak sabar untuk beraksi. Namun nasi bungkus masih dalam perjalanan. Kami maklum, sebab hanya Ira saja yang menyanggupi untuk mengurus nasi bungkus sebanyak 100 bungkus. Dari komunitas Fedblitz pun turut menuyumbang sebanyak 35 bungkus. Telepon genggam mbak Riza berdering dan suara diseberang bisa kupastikan adalah Ira. Ia berangkat ditemani suami sedang dalam perjalanan. 5 menit kemudian pasukan kami lengkap. Kami heboh membagikan nasi untuk dibawa masing-masing. Sebelum aksi dimulai, kami berfoto bersama dan berdoa agar dilancarkan segala niat baik. Lalu kami berpencar. Kubu Bapak-Bapak dengan bersepeda dan mengeliling daerah kota Blitar seperti Area pasar legi, sekitar jalan Merdeka, dan utara Aloon-Aloon. Sedangkan kami para wanita dan suami Ira memutuskan untuk mengelilingi PIPP dan area Makam Bung Karno.


Sasaran kami adalah para tukang becak, penjual bunga di sekitaran makam, dan saudara tuna wisma yang tidur di trotoar. Di area PIPP, Mbak Riza dan Mbak Della dengan kilat diserbu tukang becak di tempat mangkalnya ketika mengetahui banyak nasi bungkus di dalam kantong plastik besar yang dibagikan cuma-cuma. Ira dan saya memutuskan untuk bertugas di area Makam. Ira tak pikir panjang ketika melihat 2 tukang becak di pinggir jalan, saya mengikutinya untuk mendokumentasi. Lalu kami menuju arah utara. Saya melihat ibu-ibu penjual bunga yang sedang duduk menunggu pelanggan di trotoar. Entah apa yang mereka bahas, raut wajah mereka tidak menyiratkan kesedihan. Bahkan ada seorang ibu yang membawa putranya. Saya terharu hingga menitikkan air mata ketika membagikan nasi bungkus kepada mereka. Banyak doa terlantun dari bibir mereka. Habis sudah nasi yang saya bawa. Saya melihat ke arah mereka sekali lagi saat kembali ke motor yang saya parkir di dekat para penjual pinggir jalan. Saya bersyukur atas apa yang Allah berikan. Kesedihan yang saya rasakan tak sebanding dengan mereka. Ketika saya menginginkan sesuatu yang lebih, saya teringat ada mereka yang ingin sekali di posisi saya. Maka, tak ada yang lebih pantas disyukuri meski seburuk apapun kehidupan yang kita jalani saat ini. Sebab itulah jalan Allah untuk menuntun kita pada tujuan yang lebih baik. Jangan kehilangan harapan pada Allah, doa-doa yang dirapal dengan kesungguhan pasti dikabulkan di waktu yang sempurna. Jika Allah belum mengabulkannya saat ini, jadilah alasan orang lain bahagia. Bisa jadi usaha kecil yang kita lakukan adalah jalan Allah dalam mengabulkan doa mereka. Dan doa-doa  mereka yang tanpa sepengetahuan kita, pasti diaamiinkan para malaikat. Seperti menulis, melakukan kebaikan tidak perlu ditunda-tunda. Lakukan sejak lintasan pikiran pertama. Saya menyukai apa yang saya cintai, sebab ia membuat saya merasa dicintai. Dengan berbagi misalnya. 

Di perjalanan pulang saya tak henti diberikan kebaikan demi kebaikan. Terselamatkan dari polisi yang mencari mangsa, diperbolehkan bersembunyi di rumah warga, tukang parkir yang memberikan aba-aba tidak ada lagi momen yang bertugas. Ah, malu rasanya jika masih mengeluhkan hal remah itu-itu melulu jika keberkahan Allah berikan melebihi kesulitan yang kita anggap rumit tak terelakkan. Jika Allah saja memberikan kesulitan dan masalah hidup kepada kita karena yakin kita mampu, mengapa kita ragu? Semoga kita adalah orang-orang yang mampu mengatasi kegelisahan diri dengan sesuatu yang kita cintai. Bukan untuk menjadi lebih baik, tapi untuk mendedikasikan diri menjadi lebih berarti. Terima kasih kepada yang berusaha menebar kebaikan di muka bumi. Terima kasih untuk mau peduli selain kepada diri sendiri, saya tak ragu lagi untuk selalu bangun pagi jika setiap hari seseru hari ini.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalanNya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. As-shaff: 10-12)

Blitar, 19 Mei 2017
Fitriara

No comments:

Pages