Writer Challenge* - FLP Blitar

Oleh : Binti Nurrohmah

Diantara beberapa mimpiku yang kutuliskan, ada secuil harapan yang semakin lama semakin pudar, hingga satu ketika kubuka kembali harapan itu. Mengingatkanku, mencengkeram kuat dalam benakku jika mimpi itu tidak terkubur, tidak membeku bahkan takkan pernah menghilang. Mungkin ia hanya terlelap sesaat dan kini mulai terbangun. Ya aku ingin memulainya kembali....

#

Tulisan ini dimulai dari keinginanku membuka kembali mimpiku. Akan kuceritakan sedikit tentang mimpiku itu. Dulu aku sering menuliskan mimpi-mimpiku kemudian kutempelkan di kamarku. Sebanyak-banyaknya dan abstrak . Mimpi yang aku sendiri tidak tahu bagaimana cara meraihnya. Ya, aku terlampau senang berimajinasi. Salah satu yang masih kuingat tentang sebuah mimpi menjadi seorang penulis. Mimpi itu kutuliskan karena kesukaanku membaca. Kesukaanku terhadap bacaan mengilhami untuk berkeinginan menjadi penulis.

Meskipun pada kenyataannya aku belum berbuat banyak untuk itu. Hingga saat ini. dalam benakku aku masih terlampau takut untuk menunjukkan hasil tulisanku yang menurut versiku sendiri masih kurang sana sini. Tapi payahnya aku tak berani belajar, malah menidurkan impian itu di sedalam-dalamnya mimpi. Terlelap…

#

Membaca. Ah, kata itu mengingatkanku akan kesukaanku yang terlampau bisa dikatakan over oleh orang lain. Sejak kecil aku memang suka membaca. Berawal dari ibuku yang membelikan buku cerita bergambar bunga-bunga yang bagiku teramat bagus waktu umurku baru 7 tahun. Saat itu aku terkena demam berdarah, dan harus dirawat di rumah sakit. Untuk mengatasi bosanku, setiap hari hanya memandang langit langit rumah sakit yang kelabu, ibuku membelikan buku itu.

Sejak saat itu, apapun kertas yang ada tulisan kubaca habis. Karena  keterbatasan buku bacaan apapun, mulai dari koran bekas, buku pelajaran, cerpen, bahkan secuil tulisan yang entah berasal dari mana akan kubabat habis. Saat itu aku masih duduk di Sekolah Dasar, dan aku tak mengenal dan tak pernah tahu yang namanya tempat yang ada banyak buku itu di mana. Aku hanya tahu, menurut cerita guru SD-ku dulu jika tempat yang ada banyak bukunya namanya perpustakaan. Ah, hatiku merekah mendengar nama tempat itu. Meskipun aku belum pernah menginjakkan kakiku di tempat yang alangkah indahnya menurut versiku dahulu. Tempat itu hanyalah dalam bayangan imajinasiku.

#

Cerita berlanjut ketika aku duduk di Sekolah Menengah Pertama. Saat pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah itu aku terlanjur kegirangan karena akhirnya aku tau bagaimana wujud dan apa isinya sebuah perpustakaan. Di sinilah penjelajahanku dimulai. aku mencari tahu bacaan, mulai dari buku pelajaran hingga aku jatuh cinta pada sastra. Berlebihan memang. Tidak apa-apa, karena aku bebas menembus imajinasiku dan semakin membuatkan hobi bermimpi. :D
Aku pernah membaca kata-kata dari salah seorang sahabat Rasul, “Ajarilah sastra kepada anak-anak, karena dengan sastra akan merubah penakut menjadi pemberani.”  InsyaAllah kurang lebih begitu kalimatnya. Tidak ada salahnya aku jatuh cinta pada sastra.

Aku akan begitu betah ngadem di perpustakaan jam-jam istirahat. Dulu, untuk bisa meminjam novel-novel dan komik harus membayar dua ratus rupiah sehari. Tapi bagiku tidak apa-apa selama aku bisa menghabiskan novel-novel itu sampai tak tersisa. Lantas menghabiskan novel itu dalam seharian di rumah. Aku sangat bersemangat menghabiskan hingga tamat. Ingatanku tertuju pada novel yang membuatku terinspirasi dan mulai berani bermimpi. Seperti novelnya A Fuadi mulai dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara. Begitu juga novel karya Kang Abik, Ketika Cinta Bertasbih. Dan novel Tetralogi Laskar Pelangi. Darinya, aku bisa mengambil makna dari kehidupan yang sangat berwarna ini.

#

Semenjak itu hobiku bertambah. Aku suka menuliskan kata-kata yang menurutku sangat penting, kata-kata motivasi atau kata-kata manis yang bisa membutkan senyum-senyum sendiri saat membacanya. Aku punya buku tersendiri untuk menuliskan list buku apa saja yang pernah kubaca beserta tokoh-tokohnya. Kutulis berjejer rapi dalam buku itu. Bahkan buku itu masih ada hingga saat ini. Aku terlalu sayang membuang buku kenangan itu.

Hobi tambahan lain ketika aku menyukai membaca novel-novel, yaitu aku sering mengumpulkan kertas-kertas bekas ulangan harianku kemudian menuliskan cerita. Ah aku tidak tahu namanya itu masuk cerpen, masuk novel atau apa. aku hanya menuliskan cerita dengan alur berbelit yang tak selesai-selesai hingga menghabiskan berlembar-lembar kertas bekas. Tapi aku suka hobiku satu ini. Meskipun aku tak punya cukup keberanian menunjukkan cerita karyaku kepada orang lain.

#

Usiaku bertambah, dan kini aku sudah duduk di salah satu sekolah menengah kejuruan di kota ini. Masih tetap dengan hobiku yang dulu, membaca dan menjelajah perpustakaan sekolah. Tapi sayangnya di sini tidak terdapat buku-buku sastra yang banyak. Aku merasa kurang bacaan. Saat itu aku belum punya cukup uang untuk membeli buku sendiri. aku mulai bermimpi lagi ingin punya perpustakaan sendiri dengan buku-buku berjajar di rak-rak. Ah pasti sangat indah. Akhirnya aku meminjam buku-buku itu pada teman-teman yang punya koleksi.

Satu lagi yang membuat hobiku tak terfasilitasi. Entah kenapa aku dahulu tidak ikut ekstrakurikuler dunia tulis-menulis di sekolah. Padahal sebenarnya aku ingin sekali bergabung. Mungkin karena aku tidak punya kenalan teman yang sehobi, sepemikiran dan tak punya nyali untuk mengembangkan hobi menulisku. Ah sudahlah terlalu perih mengingatnya. Keinginan yang terbalut ketakutan membuat harapku terkadang semakin samar.

#

Aku sudah tidak asing lagi dengan FLP atau Forum Lingkar Pena. Aku mengenalnya dari buku-buku yang sering kubaca penulisnya ikut bergabung di FLP. Aku punya keinginan untuk bergabung. Tapi aku tidak tahu di mana dan bagaimana caranya. Satu ketika, saat masih awal jadi mahasiswa baru, aku pernah berupaya menanyakannya pada petugas Perpustakaan Bung Karno mngenai FLP. Lagi-lagi jawabannya tidak membuatku puas.

Aku semakin berjalan mundur. Semakin jarang menuliskan cerita-cerita. Tapi setidaknya hobiku membaca tak pernah surut. Bahkan kini aku sudah mulai mengkoleksi buku-buku sendiri. menatanya dalam rak dengan berjejer-jejer rapi, menyampulinya dengan hati-hati. rasanya kehilangan satu buku bisa membuat satu bagian hilang bersamanya.

#

Terkadang sebuah kesempatan datang menghampiri tatkala kita sudah lelah mencari. Ia menghampiri dengan sendirinya, dalam waktu tak dinyana. Yang pertama aku sedang semangat-semangatnya berani menulis caption yang terlalu panjang di akun Instagramku. Itu artinya keinginan menulisku mulai tumbuh kembali dan ini harus dipupuk jangan sampai terulang menidurkannya kembali.

Kedua, saat salah satu teman kampus bilang pengin ikut FLP dan memintaku mencarikan infonya. Ketiga dan seterusnya, searching info tentangnya di Facebook. Akhirnya aku mendapatkannya. Niatan untuk gabung semakin besar hingga aku membuat tulisan ini. sebuah kesempatan bagiku setelah berberapa waktu pernah tidak tersampaikan. Alhamdulillahi.[]

Di tengah-tengah perjalanan Blitar-Jakarta. 27 Februari 2017

*Kutuliskan sedikit kata untuk mengikuti Writing Challenge FLP Blitar, dalam rangka menyambut milad FLP ke 20.

No comments:

Pages