Pentingnya Literasi untuk Kehidupan Sehari-hari - FLP Blitar

Pentingnya Literasi untuk Kehidupan Sehari-hari

Bagikan


Di sebuah grup whatsapp, suatu undangan rapat dikirimkan oleh admin. Dalam undangan itu tertera dengan jelas waktu, tempat, hari dan tanggal.


Namun ada yang fast response dan bertanya: kapan? Dimana?


Pada kasus yang berbeda, di sebuah grup facebook, seseorang mengunggah sebuah foto rumah kebakaran dengan keterangan: jek anget lur (masih hangat alias baru terjadi).


Salah seorang berkomentar dan agaknya sedikit geram menulis: kalau ngasih info itu yang jelas, detail, kronologinya.


Pada grup yang lain, kali ini grup jual beli, seseorang memposting sebuah barang lengkap dengan nama, harga, kondisi, hingga sistem pembeliannya. Namun sejurus kemudian ada yang berkomentar: berapa harganya?


Rata-rata penjual menanggapinya dengam sabar, namun ada yang sampai membalas: mohon sebelum bertanya budayakan baca dulu ya, dalam keterangan sudah ada semua.


Mungkin terasa ganjil, menggelikan, dan begitu lucu jika direnungi. Padahal itu suatu yang teramat sederhana.


Masih ada banyak contohnya, hal-hal sederhana yang mustinya bisa "selesai pada diri sendiri" dan tak perlu mengulang hal yang sama.


Mungkin itu realitas yang menunjukkan betapa rendahnya literasi kita, bahkan pada urusan yang sangat sederhana.


Sambil merenung kita pun tiba-tiba merasa ngeri sendiri, betapa susahnya orang memahami suatu hal dan betapa besar potensi mereka untuk salah paham pada suatu informasi.


Kita jangan berpikir literasi dalam konteks yang njelimet dulu. Pada kasus yang sederhana saja, literasi itu sangat diperlukan dan urgensinya tinggi sekali.


Literasi untuk Hidup Sehari-hari


Dalam pemahaman yang sederhana, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.


Membaca dalam konteks yang seluas luasnya, baik teks maupun non teks.


Menulis pun jangan diartikan membuat puisi, cerpen hingga menerbitkan buku, menulis lebih pada keterampilan berbahasa secara rapi, runtut, dan memiliki dasar/literatur.


Kasus-kasus di atas menunjukkan betapa rendahnya minat masyarakat untuk membaca, bahkan sekadar membaca informasi secara utuh.


Juga menunjukkan betapa rendahnya pula kemampuan mengolah informasi yang baik agar dipahami masyarakat.


Keduanya bersisian antara rendahnya tradisi membaca plus rasa malas yang akut untuk memahami suatu hal.


Literasi penting untuk mengikis itu pelan-pelan, dari memberantas buta aksara menjadi melek aksara, hingga mendorong masyarakat memahami isi bacaan.


Bisa membaca dan memahami isi bacaan adalah dua hal yang berbeda.


Masyarakat yang literasinya kuat akan punya ketahanan sosial yang kuat pula.


Kesalahpahaman akan berkurang, begitupun dengan disinformasi. Hoax dan fake news tak akan menjebol pikiran yang telah kuat terbentengi oleh literasi.


Pada konteks yang lebih luas, literasi akan melahirkan "masyarakat berpikir" yang tak mudah disogok da diadu domba, misalnya dalam kontestasi politik.


Literasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, dari hal sederhana, seperti mengetahui nama-nama tempat dan jalan di sekitar kita, yang kemudian meningkat ke pemahaman sejarahnya.


Literasi yang baik juga membangun efektifitas dalam relasi antar individu dan masyarakat.


Literasi adalah "alat berpikir" yang penting bagi siapapun untuk melihat banyak hal, memahami sesuatu secara lebih dalam.


Tanpa literasi yang baik hidup bisa saja terlihat rumit dan ribet, hanya karena, misalnya, keliru memahami isi pesan whatsapp. []


Boyolangu, 23 Agustus 2022

Ahmad Fahrizal A.


No comments:

Pages