Jangan Takut Menulis Jelek - FLP Blitar

Jangan Takut Menulis Jelek

Bagikan




Saya lihat teman-teman tak begitu antusias mengisi blog FLP Blitar, setiap hari saya membukanya dan tak banyak yang mau menulis di sana.


Entah dari jajaran PH, mulai dari sekretaris, ketua, bendahara sampai koordinator bidangnya, apalagi para anggota, yang baru ataupun lama.


Hanya Bagas Abi dan Anisa Dewi yang tampak rajin mengisi, dan itu harus dilanjutkan.


###


Seseorang melayangkan kritik pada tulisan-tulisan di blog FLP Blitar, beberapa yang dikritik adalah cerpen dan ulasan pertemuan rutinan.


Menurutnya masih mentah, kurang informatif dan hambar.


Meski yang dikomentari bukan tulisan saya, ya sekalian saya jawab bahwa blog FLP Blitar dibuat untuk menampung tulisan-tulisan jelek.


Dia pun terkejut.


###


Kita kembali ke tahun 2017, saat blog FLP Blitar pertama kali diresmikan dengan alamat www.flpblitar.com


Meskipun tak ada tumpeng, sesaji dan dupa doa menyambut kelahirannya.


Tujuan dibuatnya blog tersebut hanya dua: sebagai media informasi tentang FLP Blitar dan untuk menampung karya anggota.


Tidak ada kriteria karya anggota seperti apa yang diunggah ke blog, apakah harus sudah memenuhi standar kepenulisan tertentu atau tidak.


Pokok anggota yang sudah menyelesaikan karyanya, berhak diunggah.


Mungkin, karena itu masih karya perdana, jadi masih banyak kekurangan, maka tak salah jika teman saya tadi menyebutnya masih mentah, bahkan untuk sekadar ulasan pertemuan rutinan pun hanya ala kadarnya.


Namun kita harus kembali mengingat tujuan dibentuknya FLP Blitar yaitu sebagai wadah belajar menulis. Bukan wadah penulis yang (sudah) jadi penulis.


Diunggah ke blog adalah sebuah apresiasi, perayaan dari anggota yang sebelumnya belum mampu merampungkan tulisan, dan akhirnya berhasil menyelesaikannya meski dengan sedikit paksaan dari mentor atau aturan organisasi.


Dulu, zaman Rosy Nursita menjadi ketua, malah ada denda bagi mereka yang dapat tugas menulis namun tidak menyelesaikannya. Seingat saya denda Rp10.000,-


Hal itupun lantas dikritik, dan akhirnya ditiadakan.


###


Blog FLP Blitar adalah media komunitas, suatu tangga awal, menuju tangga-tangga berikutnya untuk menjadi penulis profesional.


Teman-teman yang tergabung ke FLP Blitar tentu punya ekspektasi, harapan dan cita-cita besar.


Ada yang ketika masuk begitu antusias dan mau belajar, ada yang "ternyata gini gini aja", tak sesuai ekspektasi dan harapan.


Mungkin juga bagi sebagian anggota, menulis di blog FLP Blitar itu kurang bergengsi, terlalu ecek-ecek, tak bermutu.


Apalagi bagi mereka yang karyanya sudah banyak dimuat media cetak, digital berskala nasional, atau minimal punya blog sendiri yang lebih bergengsi.


###


Awalnya tak ada tuntutan jenis tulisan apa yang harus diunggah ke blog, suka-suka saja.


Kalaupun ada tuntutan adalah menulis ulasan pertemuan rutinan dan kegiatan siaran di Radio ASA FM.


Kenapa pertemuan rutin harus ditulis? selain melatih agar terbiasa menulis, juga untuk mengikat ilmu yang disampikan oleh narasumber. 


Mereka yang tak bisa hadir pun bisa ikut membaca, atau mereka yang akan bergabung dengan FLP Blitar pun bisa tahu apa saja agendanya.


Itupun hanya seminggu sekali, di luar itu tidak ada tuntutan untuk mengisi blog, mau menulis apapun bebas.


Namun seiring pergantian pengurus baru, dan karena saya sudah lagi bukan pengurus, mungkin dibuat kebijakan baru.


Terlepas apapun kebijakan barunya, tradisi lama yang sudah bagus sebaiknya dilanjutkan.


المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح


Melestarikan tradisi lama yang baik, dan mengambil hal baru yang lebih baik.


###


Iklim berkarya harus ditingkatkan, jangan sampai menciptakan suasana lesu dan kurang produktif.


Salah satu agar iklim berkarya itu tumbuh semarak dimulai dari mengisi blog FLP Blitar.


Tulisan apapun, bahkan tulisan jelek sekalipun, jangan takut membuat tulisan jelek.


Jangan khawatir mendapatkan kritikan dan masukan karena tulisan jelek. Akui saja kalau tulisan kita memang jelek, bahkan kalau perlu kita sendiri yang ngatain kalau tulisan kita jelek.


Semua butuh proses, untuk menghasilkan tulisan yang enak dibaca, juga perlu proses.


Seperti anak kecil yang mulai berjalan meski tertatih karena tulangnya belum begitu kuat menopang tubuh.


Namun kita merayakan momentum itu sebagai kemajuan hidup yang berarti.


Seiring waktu, seiring pertambahan usia, gizi yang cukup, dia juga akan tumbuh sempurna dan mandiri bepergian kesana kemari.


Tulisan jelek memang dibuat dengan pengalaman minim, kurang latihan dan kurang membaca.


Beberapa orang berpikir: nanti saja kalau tulisan saya sudah bagus, baru diunggah.


Ternyata, hal itu tidak pernah terwujud. []


Selorejo, 9 Juni 2022

Ahmad Fahrizal A.

No comments:

Pages