Mengenang Pak Yopi Yafrin, Mentor Nonformal dan Teman Diskusi - FLP Blitar

Mengenang Pak Yopi Yafrin, Mentor Nonformal dan Teman Diskusi

Bagikan

Seorang dengan postur tinggi dan ramping mengambil alih forum, ia mengajak peserta diklat bermain game, melatih keseimbangan otak kiri dan kanan.

Itu adalah diklat jurnalistik, sesi pertama dibuka dengan materi penyegaran speed reading and joyfull learning, bagaimana membaca cepat dan menikmati proses belajar.

Itulah pertama kali saya berjumpa Pak Yopi Yafrin, di penghujung tahun 2006, sebagai peserta diklat, duduk di barisan paling depan.

Pak Yopi sering mengisi materi diklat dan pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan diri. Di laptopnya tersimpan segudang konten menarik, termasuk beragam video.

Bagi seorang pelajar kelas X saat itu, konten yang disajikan Pak Yopi begitu menggugah minat, beliau mengusung suatu ide besar: learning is fun.

-00-

Sampean nanti ke Malang, FLP Blitar piye? tanya Pak Yopi.

Agustus 2008, Forum Lingkar Pena Blitar resmi berdiri, langsung diresmikan oleh ketua BPP FLP Pusat saat itu, M. Irfan Hidayatullah.

Bulan itu saya berada di penghujung kelas XI, menuju kelas XII yang pasti akan sangat sibuk, mempersiapkan Ujian Nasional yang manakutkan.

Sejak bulan Juni, persiapan sudah dilakukan, dalam kepanitiaan saya menjadi humas. Tugas utamanya menyebar proposal, undangan dan menjual tiket acara Halutif (Pelatihan Menulis Kreatif), satu rangkaian acara pendirian FLP Blitar.

Sejak 2007, saya memang ingin bergabung dengan FLP, salah satu alasannya karena sering membaca novel-novel karya Kang Abik atau novel tenlit terbitan Lingkar Pena Publishing House (LPPH).

Pertemuan dengan Mas Koko, ketua FLP Malang, membuat keinginan tersebut semakin membuncah. Saya ingin bergabung dengan FLP Malang meski mungkin hanya bisa ikut berkumpul hari Ahad.

Mas Koko menyarankan agar mendirikan saja FLP di Blitar, namun anak SMA seperti saya tidak tahu harus memulai darimana.

Tiba-tiba Pak Yopi menelepon dan mengundang ke sebuah rumah, di Jalan Pandan No. 1 Kota Blitar, di sana sudah ada beberapa orang, itu pertemuan membahas pendirian FLP Blitar.

Lantas bagaimana saya bisa kenal Pak Yopi?

Setelah ikut diklat dan aktif di ekstrakurikuler jurnalistik, setahun kemudian saya didaulat menjadi ketua, Pak Yopi beberapa kali menjadi narasumber untuk diklat atau upgrading pengurus.

Pak Yopi punya lembaga pelatihan bernama Mega Brain. Meski ada proposal seputar materi pelatihan yang ditawarkan beserta rincian anggarannya, namun Pak Yopi tak pernah memasang tarif, dan bahkan jika saya ingat kembali, setiap kami mengundang beliau hanya bisa mengganti uang bensin.

Beberapa kali juga saya menghadiri agenda di luar sekolah yang narasumbernya Pak Yopi Yafrin.

Saat itu keakraban mulai terjalin, sehingga saya (mungkin) diajak mendirikan FLP Blitar.

Awalnya agak kaget, kok Pak Yopi tiba-tiba ingin mendirikan komunitas kepenulisan? apa karena bisikan dari Mas Koko--yang juga teman baik Pak Yopi--atau karena Pak Yopi memang ingin belajar menulis?

Pak Yopi berperan sangat besar dalam pendirian FLP Blitar, sebagai fasilitator. Beliau yang mengorganisir dari awal, menautkan dengan relasi antar lembaga, termasuk akhirnya mendapat sponsor tunggal.

Namun setelah berdiri, beliau terlihat enggan berada di struktural karena merasa menulis bukan dunianya. Beliau masuk dalam divisi PSDM dan saya diminta menjadi koordinator divisi.

Sepertinya dulu kami tidak sempat mempelajari AD/ART FLP sehingga membuat nama divisi sesuai pengetahuan kami.

Ketika naik kelas XII saya kurang aktif di FLP karena harus mempersiapkan UN dan tes masuk perguruan tinggi.

FLP Blitar dihandle sepenuhnya oleh Mbak Gesang Sari Mawarni, hingga beliau harus hijrah ke Jakarta setelah menikah.

Pada bulan Juni 2009, saya sempat didelegasikan untuk mengikuti Writing Camp di Songgoriti, Batu. Kebetulan saya punya cukup waktu luang selepas UN dan tes tulis SNMPTN (sekarang SBMPTN).

Meski didelegasikan, namun biaya keberangkatan dan acara ditanggung sendiri. Saya berangkat dengan Jega Arufa, anggota FLP Blitar dari Gandusari.

-00-

Pak Yopi gusar karena FLP Blitar sepertinya akan ditinggal anak-anak mudanya seperti saya, Sugianor, Jega, Nasrudin, dll yang harus merantau keluar kota demi bekerja dan menuntut ilmu.

Hampir semua panitia pendirian FLP Blitar adalah kenalan Pak Yopi, yang dihubungi secara personal. Beberapa masih anak sekolah. Menurutnya itu prospek kedepan dan agar ada regenerasi.

Namun, anak muda itu tidak ada satupun yang meneruskan kuliah di Blitar, semua hijrah keluar kota. Termasuk Sugianor atau Yughi, yang dulu terlihat seperti asisten Pak Yopi karena saking akrabnya.

Yughi mengelola media FLP Blitar, membuat blog dan sosial media, ia juga yang mengarsipkan foto-foto pendirian dalam sebuah CD. Namun dia malah harus merantau nun jauh ke pedalaman Kalimantan.

Mengundang ke kampus

Lagi lagi, saya meminta bantuan Pak Yopi menjadi narasumber, kali ini untuk event kampus.

Saya menjemput Pak Yopi di stasiun, dan beliau menginap semalam di kontrakan saya di Sumbersari Gg. III Kota Malang.

Pak Yopi mengisi Mind Tech (Teknologi Otak), salah satu materi yang sangat menarik perhatian peserta adalah Mnemonic.

Itu sekitar tahun 2011, selepas itu sesekali saja saya bertemu beliau mengantarkan teman yang juga ingin mengundangnya menjadi narasumber.

Pak Yopi berkata akan pindah (atau kembali) ke Jakarta, di sana lebih prospektable, menurutnya. Setelah itu kami jarang lagi berkomunikasi.

-00-

Di penghujung 2019, sebuah pesan whatsapp dengan nomor baru mendarat ke ponsel saya. Ternyata itu Pak Yopi.

Saya langsung menelepon. Kira-kira lebih dari sewindu lamanya sejak acara di kampus itu, saya tak berkomunikasi dengan beliau. Waktu yang cukup lama.

Pak Yopi mendapat nomor saya dari Pak Nanang, guru MAN Kota Blitar yang juga pernah menjadi anggota FLP.

Pak Yopi terlihat kaget saat tahu jika FLP Blitar masih eksis. Karena ia mengira FLP Blitar sudah gulung tikar sejak Mbak Gesang Sari pindah ke Jakarta.

Pak Yopi kembali ke Blitar setelah 6 tahun di Jakarta, meskipun aslinya beliau memang orang Jakarta.

Beliau bercerita selama di Jakarta, selain menjadi trainer, juga bekerja di bidang travel marketing, namun ia memutuskan kembali ke Blitar dan menggeluti kembali dunia pendidikan.

Pak Yopi kerap kali menghubungi untuk membicarakan program atau mengajak kolaborasi untuk suatu agenda.

Beliau masih enerjik dan menggebu gebu saat berbicara, sama seperti dulu, seolah tak punya rasa lelah. Meskipun usianya sudah memasuki kepala lima.

Terakhir beliau mengajak saya diskusi soal sejarah tokoh-tokoh bangsa dan ingin membuat konten video tentang itu.

Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain. Beberapa teman mengabarkan kondisi kesehatannya yang kian memburuk bahkan sempat masuk ICU.

Rabu, 2 Maret 2022 beliau berpulang. Innalilahi wainnailaihi rojiun, selamat jalan Pak Yopi. Banyak hal baik telah antum lakukan, amal sosial, dan dedikasi pada bidang pendidikan. 

Terima kasih telah menjadi mentor nonformal dan mengajarkan banyak hal sejak masih remaja. Pendirian FLP Blitar adalah salah satu moment penting karena banyak pengalaman baru saya dapatkan di usia yang masih belia. []

Blitar, 4 Maret 2022
Ahmad Fahrizal Aziz

No comments:

Pages