Sebuah pesan mendarat ke ponsel saya dan mengomentari sesuatu: kok masih mentah ya persepsinya?
Pada waktu yang berbeda, pernah ada juga yang mengomentari kualitas karya, baik yang cetak maupun digital, terutama di blog FLP Blitar.
Menurutnya itu bisa menjadi marketing yang buruk, orang jadi tak tertarik bergabung karena melihat kualitas karya anggotanya rendah.
Tapi saya menjawab: justru bagus, kan?
###
Dalam sebuah rapat pengurus beberapa tahun silam, ada anggota yang akhirnya memilih tidak aktif karena tidak menemukan apa yang dicari di FLP Blitar.
Ya tak apa-apa, jawab saya. Manusia memang senantiasa mencari dan mencari, apalagi hanya komunitas, jati diri saja terus dicari sampai akhir hayat.
Sepertinya kita sedikit keliru memandang FLP Blitar sebagai sebuah komunitas.
Sebagian orang mungkin mengira FLP Blitar itu sama halnya dengan komunitas hobi, seperti Vespa Lovers misalnya, yang bertemu karena sudah punya Vespa dan paham tentang Vespa lalu turing kemana-mana dangan Vespanya masing-masing.
FLP Blitar adalah komunitas belajar yang berbasis minat menulis secara khusus, dan literasi secara umum.
Dalam beberapa forum saya kerap menyebut FLP Blitar sebagai satu-satunya komunitas kepenulisan di Blitar raya. Kata "satu-satunya" ini ternyata menyentak sebagian orang.
Saya juga ada komunitas lho, jadi FLP Blitar bukan satu-satunya, respon seorang penulis senior.
Iya, tapi komunitas orang-orang yang sudah matang, seperti Vespa Lovers yang masing-masing sudah punya Vespa dan paham seluk beluk Vespa, lalu berkumpul mencari teman sehobi, kan?
Ketika ada beberapa pihak yang mengomentari kenapa anggota yang karyanya masih mentah kok sudah ditampilkan? Justru saya menjawab itu hal bagus.
Jawaban itu mungkin menimbulkan kebingungan tersendiri bagi mereka, bukankah seharusnya yang ditampilkan itu anggota yang sudah matang agar bisa jadi magnet atau daya tarik orang lain untuk bergabung?
Jangan kira ini jualan
Memang tidak keliru, agar jadi marketing yang memikat, sebaiknya yang ditampilkan justru yang bagus.
Tetapi, kami kan tidak jualan? FLP Blitar sejak awal didesain sebagai komunitas belajar, perlu ditegaskan arti dari komunitas belajar itu sendiri.
Saya mengkritisi kebijakan pengurus baru yang menaikkan biaya pendaftaran, yang malah bisa menjadi beban mental bagi dirinya sendiri, mengaburkan makna sebagai komunitas belajar menjadi lembaga belajar yang komersil dan penuh tuntutan.
Kalaupun ada sejumlah uang yang dibayar saat penerimaan anggota, itu sebatas mengganti biaya konsumsi dan fasilitas lainnya yang masih terjangkau.
Makanya forum-forum mingguan itu tetap dibuka untuk siapapun baik yang anggota maupun non anggota, agar FLP Blitar tetap inklusif dan menjadi lahan terbuka bagi siapapun untuk tumbuh.
Ruang untuk tumbuh
Itulah kenapa yang masih mentah tetap ditampilkan, karena yang mentah akan berproses menjadi lebih matang.
Mereka yang sudah tumbuh dan bahkan matang, kerap kali terjebak pada kesombongan diri dan bisa tanpa ampun menggencet mereka yang masih dianggap mentah.
Ya memang benar sebagian anggota masih mentah, menulisnya masih belum tertata, ketika mengisi siaran persepsinya pun masih dangkal, gaya komunikasinya masih low rate atau di bawah umumnya orang literasi yang kaya akan literatur dan narasi.
Namun FLP Blitar memberi ruang siapapun untuk tumbuh. FLP Blitar adalah tanah yang dipupuk untuk memunculkan benih-benih baru. Merawat benih itu juga penting, karena benih itu akan tumbuh besar.
Komunitas belajar itu harus menjadi tempat belajar, berproses untuk lebih tumbuh, bukan panggung tunggal untuk seseorang.
Jadi, justru bagus kan? Mana ada komunitas yang mau memberi ruang bagi mereka yang masih mentah, dan apa mungkin tiba-tiba orang jadi matang tanpa melalui proses?
Meski demikian, di dalam internal sendiri harus ada yang keras memberi masukan, mengingatkan, agar tak terlena. Misalnya untuk terus mengasah kemampuan menulisnya.
Meskipun, stok anggota matang di FLP Blitar itu juga banyak, misal yang masuk list mentor, tapi apakah orang-orang lama terus tampil? Justru akan terlihat tidak ada kaderisasi yang baik.
Memang ada forum untuk mereka yang sudah matang, tapi jangan lupa juga harus ada ruang bagi anggota baru untuk tumbuh.
Kediri, 28 Januari 2022
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment