Selain itu, kita
dapat melihat kearifan dan keelokan hati seorang Ir. Soekarno dari rasa bangga
yang melekat erat di hati penduduk negeri ini. Penulis memberi setitik contoh
sederhana dari beberapa kota yang ada di Indonesia. Seluruh kota di negeri ini
akan tampak biasa saja, semua akan nampak seragam dengan satu ruh yang sama
yakni Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri, jika setiap kota memiliki aroma
budaya dan ciri khas yang berbeda.
Selain itu, yang akan penulis tekankan disini adalah beberapa kota yang
sempat disinggahi oleh Bung Karno. Dimanapun itu Bung Karno berada, beliau
selalu menjadi primadona yang akan terus menjadi kebanggaan dan lekat harum di
tempat tersebut. Seperti yang kita ketahui, sosok pemimpin besar revolusi kita
yang satu ini sering melakukan perjalanan, pengasingan, hingga melancong ke
beberapa kota di Indonesia. Yang penulis ketahui, di hampir seluruh kota yang
pernah menjadi bagian dari perjalanan beliau selalu dibuatkan sebuah bangunan
bersejarah sebagai penanda dan momentum pengingat bahwa pemimpin besar pernah
berdiri di tempat itu. Bukan hanya di Indonesia, bahkan monumen Bung Karno juga
terdapat di negara lain seperti Aljazair. Di Indonesia sendiri dari tempat
kelahiran beliau, tempat singgah masa kecil, masa muda, pengasingan, hingga
detik-detik berpulangnya dijadikan sebuah tempat istimewa sebagai bentuk
penghargaan dan kebanggaan tersendiri. Dari Bengkulu, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Blitar, Surabaya, Kediri, Ende,
dan kota-kota lain pernah menjadi saksi sejarah akan seorang Bung Karno. Setiap
orang dapat mengetahui bagaimana Bung Karno dan seberapa besar kontribusi serta
kedigdayaan beliau yang bijaksana memimpin bangsa yang kaya ini.
Menurut penulis,
memahami Bung Karno barang tentu akan melahirkan pemahaman tentang rupa
Indonesia. Menemukan pemikiran-pemikiran visioner dan revolusioner beliau
adalah termasuk menemukan apa yang dibutuhkan bangsa ini, meskipun tak
sepenuhnya. Bung Karno adalah refleksi dari rupa Indonesia, meski tak
sepenuhnya. Beliau lahir dan besar di dalam keberagaman, dan beliau mampu
menunjukkan bahwa yang beragam itu dapat dipersatukan. Bagi penulis, itulah
rupa Indonesia. Bait-bait puisi Bung Karno dan orasi kebangsaannya selalu
mewakili hasrat dan harapan rakyat pada masa itu. Selalu dan pasti ada sorak
teriakan seusai pidatonya yang berapi-api. Yang paling membekas tentunya pada
tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, kala beliau dan Hatta
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Mengetahui jutaan rakyat menyambut
gembira hingga turun ke jalanan mengumandangkan seruan takbir dan merdeka ke
segala penjuru. Rupa Indonesia bukan semata dari apa yang diproklamirkan Bung
Karno pada kala itu, tapi perasaan dan kecamuk gembira yang seluruh kalangan di
negeri ini rasakan. Dari rakyat kecil, pemimpin politik, pergerakan militer,
hingga perjuangan yang rela mempertaruhkan nyawa di hutan dan gunung-gunung
terjal. Rupa Indonesia adalah keberagaman yang dapat melebur dalam satu
sorakan, satu senyuman, dan satu rasa yang sama. Bung Karno adalah refleksi
dari rupa Indonesia, namun tak sepenuhnya.
Rupa Indonesia
bukanlah satu pemikiran yang membunuh pemikiran yang lainnya, melainkan jutaan
pemikiran yang mampu dipersatukan dengan satu semangat dan rasa yang sama.
Itulah rupa Indonesia. Bung Karno adalah satu diantara sekian perantara yang
dikirim oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk mempersatukan kemajemukan bangsa ini, di
tengah situasi pelik dan cengkeraman kolonialisme. Rupa Indonesia menurut
penulis adalah ikhwal tiga hal besar. Rakyatnya, pemimpinnya, dan tanah airnya.
Bung Karno menurut penulis mampu menjadi refleksi dari dua dari tiga hal besar
tersebut, meski tak seutuhnya. Beliau pernah meraskan menjadi rakyat kecil,
dalam kesengsaraan, dalam penindasan, dan merasakan pahit getir hukum yang
tidak memeluk kata adil. Namun keberanian dan kecerdasan beliau, berhasil
mengantarkan bangsa ini ke jalan yang terbaik, menuju merdeka seutuhnya. Rakyat
yang baik adalah rakyat yang berani dan memiliki semangat juang tinggi
sebagaimana kata-kata motivasi yang sering dikutip oleh anak muda milenial dari
petikan pidato atau puisi beliau. Sedangkan sebagai seorang pemimpin, sosok
Bung Karno setidaknya layak disejajarkan dengan pemimpin-pemimpin besar yang
pernah terlahir di dunia seperti Mahatma Gandhi di India atau Ibnu Saud di
tanah Arab. Menurutnya, pemimpin besar adalah pemimpin yang mau dan mampu
menjadikan kedaulatan rakyat sebagai poros utama membangun negeri sebesar ini.
Disamping beberapa kontroversi dikala kepemimpinan beliau hingga akhir masa
jabatannya sebagai Presiden, beliau mampu menyelesaikan beberapa problematika
bangsa bahkan negara-negara lain. Tercatat, nama Bung Karno dan Indonesia
sebagai salah satu penggagas Gerakan Non Blok dan beberapa misi perdamaian
dunia berhasil meredam amarah di beberapa negara kala itu.
Sebagai bangsa
yang berdikari, Bung Karno telah menjadi bagian panjang sejarah Indonesia yang
mampu menerbitkan fajar di bumi pertiwi dari tanah Papua hingga Aceh. Tak perlu
ada darah yang tumpah diatas tanah air yang melimpah ini. Rupa Indonesia adalah
rakyat yang harusnya pemberani dan menjadi penggerak bangsa, pemimpin yang
mampu menjadi penyambung lidah rakyat dan harusnya menjadikan rakyat sebagai
raja abadi yang mereka wakili, dan tanah air yang kaya dan berdikari. Bung
Karno mewariskan gagah dan perjuangannya pada generasi saat ini, dan memang
harusnya dilanjutkan. Jadilah elang yang terbang sendiri di angkasa, begitu
kata Bung Karno.
No comments:
Post a Comment