Bung Karno dan Rupa Indonesia - FLP Blitar

Bung Karno dan Rupa Indonesia

Bagikan

 

          Siapa yang tak kenal dengan sosok Soekarno, atau kebanyakan orang seringkali memanggilnya Bung Karno. Sosok presiden pertama sekaligus bapak bangsa yang namanya abadi dalam desir nadi bangsa Indonesia ini amat lekat di benak masyarakat bumi pertiwi. Kisah pergerakan dan perjuangannya kerap menjadi bahan literasi para akademisi dan anak muda. Pemikiran beliau yang revolusioner tak hanya mampu menyihir serta membakar semangat penduduk bangsa di masa kolonialisme. Melainkan beberapa juga masih sesuai untuk negara kita saat ini yang sedang dalam masa berkembang. Selain kisah pergerakan dan pemikiran Bung Karno, orang-orang mengenal Bung Karno dari apa yang mereka lihat. Bukan semata mengkonotasikan sebuah pertemuan dengan sosok Bung Karno, melainkan apa yang dapat orang-orang lihat dari Bung Karno tanpa harus berjumpa dengannya. Apa yang penulis maksudkan adalah tentang seberapa orang mengenal gelegar gagah sosok beliau tanpa harus melihat buku-buku biografinya, atau pamflet-pamflet yang sering kita jumpai di tepi jalanan. Katakanlah ketika kita merasakan kehadiran Bung Karno dari perbincangan para intelektual dan mungkin juga dari segelintir rakyat di sekitar kita. Seperti saat seseorang mendatangi warung kopi, melihat beberapa pemuda dengan cangkir kopi dihadapan mereka, berbincang tentang nasib bangsa, tentang kegagahan Bung Karno memperjuangkan hak-hak rakyat kecil, dan mempertentangkan ketidakadilan yang seringkali mengusik mereka. Maka disana, seseorang dapat merasakan sosok Bung Karno hadir dan seakan tersenyum pada mereka.

            Selain itu, kita dapat melihat kearifan dan keelokan hati seorang Ir. Soekarno dari rasa bangga yang melekat erat di hati penduduk negeri ini. Penulis memberi setitik contoh sederhana dari beberapa kota yang ada di Indonesia. Seluruh kota di negeri ini akan tampak biasa saja, semua akan nampak seragam dengan satu ruh yang sama yakni Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri, jika setiap kota memiliki aroma budaya dan ciri khas yang berbeda.  Selain itu, yang akan penulis tekankan disini adalah beberapa kota yang sempat disinggahi oleh Bung Karno. Dimanapun itu Bung Karno berada, beliau selalu menjadi primadona yang akan terus menjadi kebanggaan dan lekat harum di tempat tersebut. Seperti yang kita ketahui, sosok pemimpin besar revolusi kita yang satu ini sering melakukan perjalanan, pengasingan, hingga melancong ke beberapa kota di Indonesia. Yang penulis ketahui, di hampir seluruh kota yang pernah menjadi bagian dari perjalanan beliau selalu dibuatkan sebuah bangunan bersejarah sebagai penanda dan momentum pengingat bahwa pemimpin besar pernah berdiri di tempat itu. Bukan hanya di Indonesia, bahkan monumen Bung Karno juga terdapat di negara lain seperti Aljazair. Di Indonesia sendiri dari tempat kelahiran beliau, tempat singgah masa kecil, masa muda, pengasingan, hingga detik-detik berpulangnya dijadikan sebuah tempat istimewa sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan tersendiri. Dari Bengkulu, Jakarta, Bandung,  Jawa Tengah, Blitar, Surabaya, Kediri, Ende, dan kota-kota lain pernah menjadi saksi sejarah akan seorang Bung Karno. Setiap orang dapat mengetahui bagaimana Bung Karno dan seberapa besar kontribusi serta kedigdayaan beliau yang bijaksana memimpin bangsa yang kaya ini.

            Menurut penulis, memahami Bung Karno barang tentu akan melahirkan pemahaman tentang rupa Indonesia. Menemukan pemikiran-pemikiran visioner dan revolusioner beliau adalah termasuk menemukan apa yang dibutuhkan bangsa ini, meskipun tak sepenuhnya. Bung Karno adalah refleksi dari rupa Indonesia, meski tak sepenuhnya. Beliau lahir dan besar di dalam keberagaman, dan beliau mampu menunjukkan bahwa yang beragam itu dapat dipersatukan. Bagi penulis, itulah rupa Indonesia. Bait-bait puisi Bung Karno dan orasi kebangsaannya selalu mewakili hasrat dan harapan rakyat pada masa itu. Selalu dan pasti ada sorak teriakan seusai pidatonya yang berapi-api. Yang paling membekas tentunya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, kala beliau dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Mengetahui jutaan rakyat menyambut gembira hingga turun ke jalanan mengumandangkan seruan takbir dan merdeka ke segala penjuru. Rupa Indonesia bukan semata dari apa yang diproklamirkan Bung Karno pada kala itu, tapi perasaan dan kecamuk gembira yang seluruh kalangan di negeri ini rasakan. Dari rakyat kecil, pemimpin politik, pergerakan militer, hingga perjuangan yang rela mempertaruhkan nyawa di hutan dan gunung-gunung terjal. Rupa Indonesia adalah keberagaman yang dapat melebur dalam satu sorakan, satu senyuman, dan satu rasa yang sama. Bung Karno adalah refleksi dari rupa Indonesia, namun tak sepenuhnya.

            Rupa Indonesia bukanlah satu pemikiran yang membunuh pemikiran yang lainnya, melainkan jutaan pemikiran yang mampu dipersatukan dengan satu semangat dan rasa yang sama. Itulah rupa Indonesia. Bung Karno adalah satu diantara sekian perantara yang dikirim oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk mempersatukan kemajemukan bangsa ini, di tengah situasi pelik dan cengkeraman kolonialisme. Rupa Indonesia menurut penulis adalah ikhwal tiga hal besar. Rakyatnya, pemimpinnya, dan tanah airnya. Bung Karno menurut penulis mampu menjadi refleksi dari dua dari tiga hal besar tersebut, meski tak seutuhnya. Beliau pernah meraskan menjadi rakyat kecil, dalam kesengsaraan, dalam penindasan, dan merasakan pahit getir hukum yang tidak memeluk kata adil. Namun keberanian dan kecerdasan beliau, berhasil mengantarkan bangsa ini ke jalan yang terbaik, menuju merdeka seutuhnya. Rakyat yang baik adalah rakyat yang berani dan memiliki semangat juang tinggi sebagaimana kata-kata motivasi yang sering dikutip oleh anak muda milenial dari petikan pidato atau puisi beliau. Sedangkan sebagai seorang pemimpin, sosok Bung Karno setidaknya layak disejajarkan dengan pemimpin-pemimpin besar yang pernah terlahir di dunia seperti Mahatma Gandhi di India atau Ibnu Saud di tanah Arab. Menurutnya, pemimpin besar adalah pemimpin yang mau dan mampu menjadikan kedaulatan rakyat sebagai poros utama membangun negeri sebesar ini. Disamping beberapa kontroversi dikala kepemimpinan beliau hingga akhir masa jabatannya sebagai Presiden, beliau mampu menyelesaikan beberapa problematika bangsa bahkan negara-negara lain. Tercatat, nama Bung Karno dan Indonesia sebagai salah satu penggagas Gerakan Non Blok dan beberapa misi perdamaian dunia berhasil meredam amarah di beberapa negara kala itu.

            Sebagai bangsa yang berdikari, Bung Karno telah menjadi bagian panjang sejarah Indonesia yang mampu menerbitkan fajar di bumi pertiwi dari tanah Papua hingga Aceh. Tak perlu ada darah yang tumpah diatas tanah air yang melimpah ini. Rupa Indonesia adalah rakyat yang harusnya pemberani dan menjadi penggerak bangsa, pemimpin yang mampu menjadi penyambung lidah rakyat dan harusnya menjadikan rakyat sebagai raja abadi yang mereka wakili, dan tanah air yang kaya dan berdikari. Bung Karno mewariskan gagah dan perjuangannya pada generasi saat ini, dan memang harusnya dilanjutkan. Jadilah elang yang terbang sendiri di angkasa, begitu kata Bung Karno.

 

Oleh : Rizky Saputra
Mahasiswa Hukum Tata Negara IAIN Tulungagung

No comments:

Pages