Izmir Mates #1 – Aminata Diop - FLP Blitar

Izmir Mates #1 – Aminata Diop

Bagikan
Pertemuan pertama dengan Amina – Gadis Sinegal yang super kuat kaya kuda




Sebuah asrama dengan desain interior khas Eropa, tentu memberikan suasana modern untuk setiap peralatan yang tersedia di kamar baruku selama sebulan ke depan. Total empat ranjang, dengan formasi; dua ranjang berada di bilik dalam, sedangkan dua lainnya di ruang yang terhubung langsung dengan dapur dan ruang menonton teve. 

Hana and Ulil's sleeping room

Tina and Amina's sleeping room


Kamar mandi dengan model shower yang belum pernah kurasakan sebelumnya, membuat bingung untuk menyetel panas air yang keluar. “Duh, kok panas sekali ini airnya”, keluhku dengan keadaan frustasi karena air yang keluar tetap panas meskipun sudah mencoba untuk memutar, menekan apapun yang bisa dicoba agar air bisa dingin kembali. Namun tetap. Terpaksa harus berwudhu di washbasin dengan susah payah. Setelah keluar dari kamar mandi, tiba-tiba aku melihat bayangan hitam di ruang sebelah, ”Astaghfirullah. Who is that?”. Langsung saja, aku terkejut,  merinding, bulu kudu berbaris tegak, bibir gemeteran dan tentunya ketakutan. “Apakah hari pertamaku di Izmir harus disambut oleh sosok hantu?”, gumamku kacau. Aku sempat di dapur tadi, tapi tidak melihat siapapun di ruang. Bahkan petugas yang menunjukkan kamarkupun tadi tidak memberi tahu jika sudah ada penghuni di ruang ini. Sudah jelas, aku seorang diri. Lantas siapa bayangan hitam itu.
Hallo..”
What the hell, dia menyapa” sontak, aku semakin terkejut. Langsung saja, tanganku meraba mencari-cari tombol untuk menyalakan lampu. Dan ternyata... Aku semkin melotot, melihat sosok yang kukira hantu tadi, menjadi sosok yang semakin membuatku bengong.
“Hallo, what time did you come?”, tanyanya ramah dengan gigi yang terlihat putih bersih.
“A… aa.. Euuuuum, since fifteen or twenty minutes ago”, jawabku dengan terbata-bata.
Tanpa membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk hanya terdiam kosong. Aku akhirnya memberanikan bertanya sesuatu.
“Pardon! I didn’t see anyone here when I came, where were you in? Are you already coming to this room?” tanyaku masih dengan sedikit terbata-bata.
“No. Haha. I was so tired, I just slept on my bed”
“Ouh Really? How can it be? I didn’t see everybody here before, even I was walking in the kitchen. No one I saw”
“Ah, I covered my body using this white blanket. Probably, that’s why you didn’t know me some times ago. Hahah”
“Aaa.. I see. Haha. (tawaku sedikit kaku) Okay, nice to meet you. Eumm... Who?", sapaku dan langsung menanyakan namanya sembari menawarkan salam tangan.
"Amina"
"Ulil. Okay, Amina. I am really sorry. I need time to lay my body in. I am so tired. Now, I’ve to go to sleep. And see you later”, tanpa basa-basi aku langsung pamit aja untuk sembahyang, dan lanjut merebahkan diri.
Kulitnya yang sangat gelap, hanya nampak putih di mata dan gigi, membuatku tidak menyadari langsung bahwa ada seseorang di ruang ini. Terlebih di malam hari dengan lampu redup, kulitnya berbaur dengan remangnya cahaya, sehingga tidak akan disadari bahwa dia tengah berada di sini. Semua barang-barangnya pun tergelatak di samping bawah ranjangnya. Hingga tak nampak ada barang-barang yang mengisi ruangan. Tak heran jika aku benar-benar terkejut.




Namun, kenanganku bersamanya di hari-hari berikutnya sungguh sangat manis. Hingga sekarang aku masih merasakan kehangatannya, meskipun kita sudah terpisah jarak yang sangat jauh.

Tulisan ini juga dimuat di http://ulilmusyaekh.blogspot.com/

No comments:

Pages