Tunggang Harawan - FLP Blitar

Tunggang Harawan

Bagikan

Wahai mentari
Izinkan aku menerka jumlah sudut senyumnya
Pada bapak-bapak pengayuh roda menerjang aspal
Yang dibawa bersama jejak-jejak kucil
Di tengah sepinya jalan-jalan kecil
Tak ada pemirsa bahkan hanya permisi

Ah iya
Senyumnya tertutup selembar kain hijau
Yang diberi oleh anak gadis di simpang pertokoan
Yang peduli pada bapak akan serangan prajurit yang tak nampak

Bapak terlihat gopoh
Tangannya keriput
Kakinya tanpa sandal penuh kapal
Sepedahnya reyok menahan rombong
Menanti para pemirsa duduk manja #dirumahaja
Untuk sekedar melirik aroma sambal

Bapak terengah
Wajahnya menengadah langit
Melihat rinai jatuh membasahi kening
Lalu menengok kanan kiri yang teduh
Digiringnya semakin menepi

Apa ini?

Jahat!
Bahkan mentaripun telah kalah
Pada gelapnya mata sendu bapak
Pada jahatnya keadaan yang enggan berpihak
Mencerca dengan kesulitan tak terlihat ujungnya

Jahat!
Bahkan belum sempat ku menerka sudut senyumnya
Apakah bapak baik-baik saja meski dihajar keadaan
Dihujam air langit dan ditonton harapan kosong

Inginku menghujat!
Entah pada apa atau siapa.
Entah perlu kata apa atau bagaimana
Bilik ini sudah lelah merekam sendu si bapak

Sial!
Kubuang saja muka ini

Hujan semakin deras
Mataku semakin rabun melihat kapan jeda berakhir
Hanya kemudian
Bilik bersuara ringan
“Pemantau tengan melihat
Hingga ruah raka dan ringkih
Pada arogannya rasa sedih
Hingga pada batas apa bilik-bilik mampu berlaku apik
Terlepas tentang bapak berdada tegak”

(Blitar, 2020)




No comments:

Pages