Akhir Pekan Belajar Jurnalistik Bersama Siswa/i MTs Maarif Udanawu - FLP Blitar

Akhir Pekan Belajar Jurnalistik Bersama Siswa/i MTs Maarif Udanawu

Bagikan


Sabtu, 2 November 2019

Langit Mendung menaungi kami sepanjang perjalanan dari Kademangan ke Udanawu, tepatnya ke MTs Maarif (Masama), tempat ketua FLP BLitar, Hendra Burhanudin, mengajar.

Di GOR utama, kepala sekolah, guru MGMP Bahasa Indonesia, dan peserta pelatihan Jurnalistik sedang melangsungkan acara pembukaan. Hendra menyambut saya dan Candra yang tiba sekitar jam 3 sore.


Dalam sebulan terakhir, sepertinya tiap akhir pekan saya "piknik" untuk mengisi materi kepenulisan. Setelah sebelumnya ke LPM Independent Uniska, Ekstrakurikuler Jurnalistik MAN Kota Blitar, SDN 1 Wlingi, dan kini di MTs Maarif Udanawu (Masama).

Ada 40 murid perwakilan kelas 7 dan 8 yang mengikuti pelatihan ini, yang nantinya akan dipersiapkan untuk mengelola majalah sekolah. Mungkin juga akan menjadi cikal bakal berdirinya ekstrakurikuler Jurnalistik.

Saya kebagian mengisi materi menulis berita, khususnya straight news. Selepas shalat ashar, mereka berkumpul untuk mengikuti pelatihan. Terlihat wajah-wajah letih, namun tetap bersemangat, sekalipun mereka sudah berada di sekolah sejak pagi hari.


Semoga pembawaan saya tidak menjenuhkan, sebab materi menulis plus prakteknya sekaligus, sementara masih tersisa berapa lagi energi mereka untuk mengikuti forum formal, apalagi untuk menulis?

Secara psikologi kan perlu juga dipertimbangkan. Karena itu materinya sederhana saja, berlanjut praktek dengan metode "menyalin kreatif". Mengajak mereka bersama-sama menggali berita (5W+1H) dan mengolahnya.

Berita yang diolah adalah kegiatan pelatihan jurnalistik itu. Saya mempraktekkan langsung di depan, lalu mereka membaca dan menulis ulang, namun tidak menyalin layaknya sedang mencatat. Karena setelah membaca, layar proyektor ditutup.

Ketika menyalin itu, ada yang sama persis, ada yang bahkan lebih lengkap. Itulah yang saya sebut menyalin kreatif. Mereka membaca contohnya, lalu membuat yang serupa. Ketika menulis itu, ingatan mereka terpacu, juga seberapa perhatiankah mereka ketika mengikuti rangkaian acara tersebut.

Misalnya, ada peserta yang membuat berita lebih lengkap dari yang saya contohkan. Ada yang menambah gelar kepala sekolah yang membuka acara, ada juga yang membuat kutipan lebih lengkap waktu pembukaan. 

Itu menunjukkan jika mereka tidak hanya menyalin dari apa yang sudah saya contohkan, namun juga ada proses kreatif yang mereka munculkan berdasar kepekaan yang mereka tangkap selama acara berlangsung.

Sayangnya, baru menginjak ke paragraf ketiga, waktu magrib sudah tiba, pertanda harus diakhiri. Padahal sedang on fire. Minimal, pelatihan yang berlangsung selama kurang dari dua jam itu bisa menghasilkan satu tulisan dari masing-masing peserta.

Akhirnya berlanjut selepas shalat isya', menanti jeda antara magrib ke isya sembari makan malam dan ngopi di teras ruang guru.


Acara pun diperpanjang sampai jam 19.50. Menyelesaikan 3 paragraf tambahan, termasuk bagaimana menempatkan kutipan pada berita. Hasilnya, masing-masing peserta berhasil membuat beritanya masing-masing.

Tak menyangka, jika murid MTs bisa menyelesaikan satu tulisan untuk acara pelatihan yang durasinya kurang dari 3 jam. Kira-kira siapa yang hasil tulisannya paling baik?

Jelang pukul sembilan malam kami pun pamit untuk pulang. Karena sudah terlalu malam. Padahal, dalam perjalanan, kami singgah di warung kopi trotoar hingga midnight.

Selamat atas terselenggaranya acara tersebut, semoga menghasilkan karya-karya berikutnya. []

Salam,


Foto oleh : Candra Setyawan, Hendra Burhanudin, Tim OSIS Masama Udanawu

No comments:

Pages