Catatan Event Ketemu Buku Blitar 2019
Selasa, 8 Oktober 2019
Entah kenapa saya selalu ingin melibatkan teman-teman untuk banyak agenda, yang berkaitan dengan literasi. Khususnya Forum Lingkar Pena Blitar, yang sama-sama kita bangun dan perjuangkan sejak pertengahan 2015.
Termasuk ketika ada event Ketemu Buku Blitar, yang diinisiasi oleh Konsorsium Penerbit Jogja (KPJ) dan juga dari Three GProduction, dan lainnya, yang tidak saya sebut, karena keterbatasan informasi.
Meski tidak ada logo FLP Blitar pada photo boot atau banner kegiatan, juga tidak ada logo Muara Baca. Karena memang panitia lokalnya adalah Lintas Komunitas Blitar dan Aliansi Perpustakaan Jalanan.
FLP Blitar memang belum memutuskan untuk bergabung dengan keduanya, namun itu tak masalah. Sebab panitia Jogja, yang diwakili Puji Lestari, sudah memercayakan 4 sesi di antara tanggal 2-10 Oktober ini pada saya (pribadi), bukan atas perwakilan manapun.
Tentu siapalah saya, jika tanpa Forum Lingkar Pena atau Muara Baca di belakangnya. Meskipun, apalah arti sebuah komunitas?
Sebab itu, saya meminta "bantuan" secara pribadi ke teman-teman, ke Candra yang sudah seperti adik saya sendiri, yang sering saya bully, dan harus memaksanya manggung untuk pertama kali. Ternyata justru melebihi ekspektasi.
Pada sesi puisi, tak ada nama lain selain Mas Jon, dan juga Radhitya Alam. Sayangnya dia tidak sedang di Blitar. Lantas saya menghubungi Rosy dan Adinda untuk ikut meramaikan.
Kadang saya terlampau jumawa : jika saya yang minta, mungkinkah mereka tega menolak?
Bagi saya, sesi ini bukan sekadar sebagai pengisi. Namun lebih dari itu, panggung dan kesempatan untuk lebih dikenal secara pribadi dan tentu karyanya. Sebab ini mungkin jadi kesempatan baik.
Pada sesi yang berbeda, saya meminta bantuan Pak Budi Kastowo, pustakawan Perpustakaan Bung Karno yang sudah seperti guru bagi saya, terutama berkaitan dengan sejarah dan gagasan Bung Karno. Sayang, pada jadwal yang sudah ditentukan beliau tidak bisa hadir, meski keesokan harinya datang menonton sesi pertunjukan musik.
Pada dua sesi terakhir, ada Ana Fitriani dan Lulu Kamalia. Meski pada sesi ketiga, acara tidak berjalan sesuai harapan, namun masih cukup bisa disiasati.
Selepas acara, Puji kemudian memesankan kami 4 mangkok bakso, sembari membincang sekelumit hal terkait proses selama event ini berlangsung.
Lalu bagaimana pada sesi keempat nanti? Luluk akan menjadi moderator, dan saya mengundang Pak Basori Adi dari MPI serta Misjuni yang dalam beberapa bulan terakhir, kami intens bertemu dan membuat program bersama.
Misjuni juga yang membantu menghubungkan dengan narasumber dari Jakarta ketika saya dan Pak Basori mengadakan mini workshop Jurnalistik di Rumah Makan Joglo.
Kini, saya bergantian membantu Misjuni merampungkan buku kumpulan puisi yang ditargetkan terbit Agustus kemaren, namun karena kendala teknis akhirnya belum rampung hingga sekarang.
Apalah arti komunitas? Ya, komunitas hanya sebuah nama, kita lah yang mengisinya, karya kita yang menghidupinya. Komunitas wadah bertemu, dan belajar, namun kita lah yang turut membesarkannya.
Kualitas anggota lebih penting ketimbang rasa bangga menjadi bagian dari komunitas, namun tak menghasilkan apa-apa.
Seringkali saya tak perlu menyebut diri sebagai anggota FLP, namun orang secara langsung akan mengingat FLP itu sendiri ketika bertemu saya. Bukankah itu dua hal yang berbeda?
Selamat berproses, dan berkarya. Karena kekuatan utama komunitas ada pada pegiatnya.
Semoga event Ketemu Buku ini mampu memeriahkan kegiatan literasi di Blitar, selain berdoa agar omzet penjualan buku bisa memenuhi target, sehingga acara serupa bisa digelar kembali. [].
Graha Patria,
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment