Menghidupkan FLP Blitar Kedepan - FLP Blitar

Menghidupkan FLP Blitar Kedepan

Bagikan


Sejak didirikan pada akhir Agustus 2008, kehadiran Forum Lingkar Pena di Blitar mungkin cukup menyedot perhatian, karena itulah banyak yang mengambil formulir untuk selanjutnya bergabung dan mengikuti kegiatan. Meski dari hari ke hari, jumlahnya terus menurun.

Saya aktif pada pertemuan rutinnya, setiap Jumat siang. Tempatnya bergantian, kadang di selasar Perpustakaan Bung Karno, di serambi Perpustakaan Manca Kebonrojo, di serambi Masjid Syuhada' Haji, dan kadang juga di rumah salah seorang pegiatnya.

Karena pertemuannya hari Jumat, sering saya hadir dengan masih mengenakan seragam aliyah. Langsung dari sekolah menuju lokasi, berkendara motor smash merah 110cc. Kadang juga, sesekali, pertemuan diadakan hari Ahad pagi.
suasana peresmian FLP Blitar

Antara bulan September, Oktober, November, dan Desember 2008, saya masih cukup aktif. Masuk tahun 2009, saya musti berbagi dengan agenda "pendalamam" di sekolah, sebab ada les tambahan seusai pulang sekolah, termasuk hari Jumat. Persiapan Ujian Nasional 2009.

Selepas UN berakhir, saya sempat mewakili FLP Blitar dalam agenda Writing Camp di Villa Hidayatullah, Batu. Naik kereta subuh ke Malang, lalu naik angkot ADL turun Landungsari, dan naik Bus jurusan Jombang, berhenti di perempatan ke arah Songgoriti. Disana ada panitia yang menjemput.
Writing camp 2009

Setelah akhirnya saya kuliah di Malang, praktis pada pertengahan 2009 hingga awal 2015, saya tidak aktif di FLP Blitar. Pernah sesekali diminta menjadi moderator talk show kepenulisan di Unisba, sekitar tahun 2010. Bertemu (dan mungkin belum sempat berkenalan) dengan Mas Ahmad Saifudin.

Akhirnya berjumpa lagi dengan Mas Ahmad Saifudin di awal 2015, bersama Mbak Lilik Nuktihana. Dua anggota veteran FLP Blitar. Jika dilihat dari lamanya bergabung, saya memang termasuk generasi awal karena sekaligus sebagai panitia pendiri FLP Blitar, namun tak lama setelah itu FLP Blitar digerakkan oleh di antaranya Mbak Lilik dan Mas Saif.

Sehingga bisa dikatakan, keaktifan saya sebagai anggota (yang benar-benar aktif) itu baru pertengahan 2015, selepas pulang dari "pengembaraan" di Malang. Seangkatan dengan Alfa Anisa, Rere, Irsyad, dan Adinda Kinasih yang juga aktif sejak pertengahan 2015.

Mulai bergiat bersama FLP Blitar

Hadirnya komunitas kepenulisan di Blitar masih menjadi impian, sebab itu ketika sudah ada wadah, maka bagaimana wadah yang ada terus dirawat.

Tidak mudah sebenarnya mengelola komunitas kepenulisan, apalagi di sebuah daerah yang kultur akademiknya kurang begitu kuat. Apalagi jika dibandingkan Malang, Surabaya atau kota besar lainnya.

Jangankan kesadaran untuk menulis, hasrat membaca saja belum begitu kuat, apalagi membaca buku. Sekalipun ada perpustakaan yang berdiri megah di tengah kota.

Sebutlah perpustakaan itu sebagai sumber air, maka di sekitarnya harus tumbuh pohon-pohon yang rindang. Komunitas kepenulisan, dan kelompok diskusi ibarat pohon-pohon itu. Maka sebaiknya, masyarakat memanfaatkan perpustakaan dengan maksimal.

FLP Blitar termasuk salah satu komunitas yang diharapkan bisa berdampingan dengan perpustakaan, memanfaatkan fasilitas yang ada untuk memperkaya wawasan, pengetahuan, dan sekaligus melatih kemampuan menulis.

Adakah komunitas semacam itu di Blitar? Sepertinya belum ada. Komunitas yang menjadi wadah untuk belajar menulis, yang secara terbuka bisa dimasuki siapapun, dari beragam latar usia, dari beragam latar belakang. Hanya FLP Blitar.

Sebagai sebuah komunitas, FLP Blitar sangatlah langka. Bisa terus bertahan dengan swadaya, berbekal semangat dan cinta pada literasi, pada buku dan pengetahuan.

Tetapi berapa lama akan bertahan? Sebab sekalipun masih eksis hingga sekarang, potensi untuk vakum kembali selalu ada. Entah karena macetnya regenerasi, atau karena kurangnya daya pengikat untuk terus bertahan di dalamnya.

Padahal, perkembangan digital cukup memberikan angin segar bagi pegiat literasi, terutama sebagai wadah berekspresi. Selain itu, peluang untuk meraih pendapatan dari publikasi juga terbuka lebar.

Agar terus eksis, FLP Blitar kedepan sebaiknya mulai memikirkan hal tersebut. Mengingat selama ini kita juga sudah mulai mengelola pendanaan buku dengan orientasi profit, meski tak selalu berhasil. Bahkan untuk buku kumpulan puisi yang terakhir diterbitkan.

Website yang ada baiknya juga dikelola secara profesional, dengan melibatkan iklan sebagai penopangnya. Dibuat tim yang secara khusus sebagai pengelola.

Hal-hal di atas perlu dipikirkan, agar terus eksis. Sebab adakalanya orang ingin belajar menulis, namun tak hanya ingin sekedar menulis, ada hal lain yang menopang hobinya.

Karena itu saya menggulirkan wacana ini. Semoga akan menemukan momentumnya, dan kegiatan literasi di Blitar raya, terutama FLP Blitar, kian semarak dan produktif. []

Blitar, 21 Maret 2019
A Fahrizal Aziz
loading...

No comments:

Pages