Mendung (Bagian 2) - FLP Blitar

Mendung (Bagian 2)

Bagikan


Rapat akhirnya menyetujui konsep yang kami buat dengan beberapa masukan dari pembina OSIS. Panitia dari sie lain menyesuaikan dengan peran mereka masing-masing.

Tugasku dan Clara berikutnya mengorganisir kegiatan. Menghubungi pengisi acara sebagaimana konsep yang telah disepakati.

"Ehm, kamu nggak pengen ikut ngisi?" Tanyaku.

Clara sempat bercerita kalau dia bisa bermain gitar dan piano, dan aktif juga di grup band.

"Gue, main solo gitu? Nggak lah, udah beda," jawabnya.

"Beda. Apanya yang beda?"

"Dulu kan gue sama anak-anak, sekarang udah enggak."

"Emang harus sama mereka?"

"Ah udah lah, apaan sih. Lu laper nggak?" Clara mengalihkan pembicaraan.

Sudah hampir jam 3 sore, dan kami memang belum makan siang. Kantin masih buka, namun menu soto ayam kesayangan kami sudah habis.

"Langsung pulang aja kalau gitu, apa mampir ke rumahku dulu?"

Clara menyanggupi. Untungnya kami sama-sama naik sepeda, dan jarak rumahku hanya 2km dari sekolah. Rumah Clara masih cukup jauh, daerah Jatimalang. Dekat perbatasan Kota-Kabupaten.

Sore itu mendung, kami mengayuh sepeda pelan sembari berbincang. Kemaren Clara datang ke rumahku tak berjilbab, dan ternyata itu kebiasaannya.

"Justru gara-gara pindah ini gue mulai berjilbab, itupun di sekolah doang tau," kelakarnya.

"Lalu kenapa milih pindah ke Aliyah? Kan ada banyak SMA," tanyaku.

"Tau ah, nyokap yang minta ini. Gue nurut aja, lagian gue kagak ngarti kan mau sekolah dimana."

Sore itu mendung begitu pekat.

###

"Ibu kamu nggak nyari kan?" Tanyaku.

Hujan masih deras. Aku meminta Clara lebih lama lagi disini, setidaknya hingga hujan reda.

Clara yang tomboi itu, tiba-tiba berubah jadi sangat tenang dan anggun ketika hujan turun.

"Ada interest tersendiri ya dengan hujan?" Tanyaku.

Dia menggelengkan kepala. "Suka aja denger rintik-rintiknya. Kayak ada irama tersendiri," jelasnya.

Aku tak begitu paham. Irama macam apa yang dimaksud Clara, namun sepertinya banyak sisi menarik dari Clara, entah apa, sepertinya ada misteri tersendiri.

"Clara ..."

"Ya."

"Aku ada gitar, punya bapak. Mau tak ambilkan?"

Clara terdiam untuk beberapa saat. Pandangannya beralih ke arahku, dan beralih ke sudut teras tempat kami berbincang sore itu.

"Enggak.. enggak usah," Jawabnya.

Bersambung

~~~~~~~~~~~
Cerbung by Ahmad Fahrizal Aziz

No comments:

Pages