Obrolan dengan Penderita HIV/Aids - FLP Blitar

Obrolan dengan Penderita HIV/Aids

Bagikan

Forum hening sejenak ketika salah satu peserta dari perwakilan LGBT menyatakan bahwa "saya ODHA". Pernyataan tersebut tentu tidak main-main, sangat sensitif, dan tidak semua orang mau mengungkap. Tapi saat ini dia sudah aktif bersosial, salah satunya berkampanye hidup sehat.

Saya ada dalam forum tersebut, ketika workshop keberagaman di Malang. Dari workshop tersebut, setidaknya saya mulai terbuka, dan hendak mendengar serta mencari tahu perihal pergaulan bebas, sampai "saling menularkan" virus HIV/Aids.

***
Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saya mendapatkan teman chat wa, yang pada akhirnya dia mengaku sebagai ODHA. Nasibnya memang jauh berbeda dibandingkan teman yang bersaksi di forum tersebut.

Anak ini, 5 tahun lebih muda dari saya, rumahnya daerah pelosok kabupaten Blitar. Tiap bulan dia harus ke Malang untuk ambil obat, yang obat tersebut wajib dikonsumsi setiap hari, tidak boleh absen sekalipun, seumur hidupnya.

Jika sampai lalai, apalagi berhenti konsumsi, ketika tubuhnya kurang fit sedikit saja, bisa langsung drop. Bila terlambat bisa sangat bahaya, nyawa taruhannya.

Saya tidak bisa menuliskan darimana dia bisa tertular virus tersebut. Tetapi HIV/Aids paling banyak menular lewat dua hal, seks bergonta ganti pasangan dan jarum suntik yang juga bergonta ganti.

Sebenarnya, ODHA itu nampak normal seperti orang non ODHA pada umumnya. Penyusutan tubuh, penurunan berat badan, lebih dikarenakan depresi. Kalau misal ada yang sampai komplikasi, lebih karena terlambat mediagnosis.

Dia tentu shock ketika mengetahui hal tersebut, apalagi keluarga. Bahkan sebagian kerabat ada yang menjauhi, karena mungkin takut tertular. Dia seolah hilang harapan seketika, bingung, takut, cemas, dan sebagainya.

Jelas sangat sulit mengembalikan rasa percaya diri. Ia merasa sangat rapuh, bahkan sempat berfikir apa artinya dia hidup kalau nyatanya hanya merepotkan? Apalagi diusianya yang masih sangat muda.

Jika sudah begini, arah perbincangan pun sudah mulai ditebak, layaknya sinetron-sinetron melodramatik yang akhirnya memilih bunuh diri. Saya yang memang kurang tahu menahu soal HIV/Aids dan pertolongan medisnya, juga sempat bertanya :

Apa kira-kira fungsi obat yang wajib ia konsumsi setiap hari itu? Tentu untuk bertahan hidup, sebagai pengganti antibodi agar tubuh punya pertahanan ketika diserang virus-virus lain. Agar "memperpanjang usia".

Pada akhirnya mati juga, entah sekarang, besok atau nanti. Lalu apa bedanya mati sekarang atau nanti? Tentu saya tidak menyarankan untuk bunuh diri saja biar lebih cepat. Namun soal kematian, baik ODHA atau bukan toh juga sama-sama misteri. Tidak tahu kapan.

Meski pada akhirnya dia memilih ingin membahagiakan orang tuanya dulu sebelum mati. Sebab jika ia mati sekarang, apalagi bunuh diri, nanti yang repot juga orang tuanya. Repot mengurusi mayatnya, selametannya, dll.

Nah, tapi apakah hanya orang ODHA atau yang tengah mengalami sakit parah saja, yang merasa hidupnya tengah diburu/menuju kematian? Seharusnya tidak. Semua manusia, bahkan yang saat ini sehat bugar, tensi darah normal, tubuh ideal, juga sedang menuju hal yang sama.

Selepas obrolan itu, saya lama sekali tak saling sapa. Sekali dua kali masih melihat dia membuat story wa, namun lama juga kadang tak melihat. Semoga masih baik-baik saja. []

Blitar, 7 April 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com

No comments:

Pages