Rutinan FLP Blitar : Berkenalan dengan Opini dan Esai - FLP Blitar

Rutinan FLP Blitar : Berkenalan dengan Opini dan Esai

Bagikan
Selamat siang menuju sore yang tenang, dari sebuah kota kecil kutuliskan kenangan kemarin hari.
Minggu terakhir bulan Maret kali ini dingin, sebab hujan baru saja datang. Mendung bahkan masih berkencan dalam kolong langit kota. Di satu rumah aku masih berkutat pada tugas kelompok, sembari menanti pukul satu siang dan hujan mereda. Setelah semuanya bisa dikatakan tepat, langkah kaki mulai ingin merapat. Menuju rumah kesekian yang kerap dikunjungi; perpustakaan Bung Karno lantai dua.

Saat memasuki area perpustakaan hawa dingin dan aroma hujan menyambut di tiap sudut mata. Ada pedagang bunga yang terus menjajakan dagangannya tanpa lelah, meski kadang keringatnya mengucur deras. Tak luput pula dari sambutan siang kali ini, patung Bung Karno yang duduk membaca seakan memberi suntikan semangat besar padaku.

Naik ke lantai dua telah duduk saling merangkul meja dan menikmati peninggalan hujan. Para penulis terbaik Blitar telah takzim menunggu waktu diskusi, sapapun kulayangkan kepada mereka. Ada Mas Fahri, Pak Budi, Mas Saiful, Badiul Ilma, dan satu perempuan yang aku khilaf melupakan namanya.

Diskusi dibuka oleh MC Pak Budi, meski rutinan diskusi kali ini hanya dihadiri oleh 7 orang anggota. Tidak membuat kami semua meredupkan asa, justru Pak Budi menyemangati dengan kata-katanya "Niatlah serius dalam berbagai hal, kalau sudah niat walau hujan pasti diterjang."

Kultum menggema mengawali, dengan nada khas Badiul Ilma ia menyampaikan tema "Teman." Cukup menarik beberapa poin yang ia sampaikan, mulai dari kehidupannya yang tak lepas dari dukungan dari teman-teman terbaiknya. Ia pun juga mengatakan bahwa teman memang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ada teman yang membangun, ada teman yang memberi kritik negatif belaka. Dalam lingkar pertemanan kita memang harus saling memahami dan saling menerima. Dari kedua hal itulah kita bisa menghargai bahwa keberadaan teman bisa membawa kita pada hal -hal positif.

Diskusi kali ini bertema "Berkenalan dengan Opini dan Essai." Pematerinya adalah Mas Ahmad Fahrizal Aziz; mahasiswa lulusan Universitas Islam Negeri Malang. Karirnya dalam jurnalistik telah berjalan sejak duduk di bangku SMA. Ia juga sempat bergabung menjadi wartawan di sebuah surat kabar.

Dengan berbagai pengalamannya diskusi mengalir alami, membahas satu persatu dari tema bahasan.
Mengupas materi dari dasar pengenalan kata ide, opini dan gagasan. Ketiganya adalah hal yang berbeda. Ide muncul secara spontan, sedang gagasan bersifat merespon yang bersifat spontan pula. Opini berbeda lagi, karena opini harus terukur. Bisa dikatakan bahwa opini adalah pengembangan dari sebuah gagasan.

Dalam sebuah opini dibagi menjadi 3 bagian susunan terpenting. Bagian pertama, Isu yaitu permasalahan tentang sesuatu yang sudah ada. Bagian kedua, data dan fakta. Data dan fakta harus diambil dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Bisa melalui sebuah wawancara, hasil penelitian, buku yang semuanya bersifat rasional. Bagian terakhir ditutup dengan saran atau solusi yang berupa opini kita.  Sumbangsih pemikiran kita dituangkan melalui literatur ataupun studi data yang sudah diperoleh. Biasakan menulis opini dengan pengamatan yang tajam, produktif dan mempunyai solusi. Pada opini juga dihindari sebuah kemungkinan ganda, karena kepastianlah yang ada dalam opini.

loading...

Mas Fahri juga mengatakan sebenarnya kita bisa menulis opini dengan mudah, karena kehidupan memberikan kita banyak hal untuk dijadikan tema. Namun terkadang masyarakat enggan, mereka terkadang justru memilih media sosial sebagai tempat menulis opini. Dengan tidak diiringi dengan pertimbangan data atau fakta yang kompeten.

Akhirnya terciptalah sebuah fenomena masyarakat menggerombol atau berkelompok. Mereka tidak bisa terlepas dan berdiri sendiri yang kata BJ. Habibie mampu memberikan sentilan pada fenomena beropini kali ini. Bagian manusia yang terpenting tidak hanya pada software atau hardware mereka, tapi brainware juga. Kiranya masyarakat masih perlu membangun kepercayaan mereka untuk beropini, jangan pernah takut mencoba dan takut salah. Jika apa yang kita tulis mengandung kejujuran dan kebaikan pasti akan memberikan sumbangan positif.

Waktu seperti berlari kencang, menempatkan kami pada pukul 15.15. Akhirnya diskusi berakhir dengan berbagai macam pertanyaan, jawaban demi jawaban sudah diterima. Pamit undur diripun ditunaikan.

Namun, kali ini agenda bertambah yaitu menonton salah satu anggota Forum Lingkar Pena Blitar yaitu Ahmad Radhitya Alam bermain peran. Bertempat di Amphy Teater area perpustakaan Bung Karno. Para pemain teater se-eks karisidenan Kediri berkumpul. Mereka saling bersiap untuk ikut andil dalam perayaan Hari Teater Nasional.

Hingga larut malam acara itu berlangsung, namun aku harus memenggalnya di tengah perjalanan cerita. Karena masih ada tugas lain di lain tempat. Usai menyeruput kopi dan menjejal mulut dengan sepiring mie nyonyor. Tubuhku kembali dibawa oleh motor matic kesayangan, menuju rumah yang siap menerimaku di berbagai keadaan.

Selamat bersenang, terimakasih untuk Ahad yang terkenang.

Tabik,
Ana fitt

No comments:

Pages