Kuliah Sambil Kerja - FLP Blitar

Kuliah Sambil Kerja

Bagikan

Kuliah sambil kerja? Siapa takut!

Itulah yang selalu orang-orang di sekitarku ucapkan. Mereka adalah motivator saat aku tekadang merasa lelah. Keadaan ekonomi dan latar belakang orangtua tidak akan menghalangi  ketika kamu sudah punya tekad untuk kuliah. Karena hidup harus memilih, maka kamu juga harus bijaksana untuk menentukan ke mana kamu ke depannya.

Keinginan orangtua terkadang tidak selaras dengan apa yang kita fikirkan, karena sudah berbeda hal yang ingin dicapai. Maka, ketika berhadapan dengan problematika perkuliahan, tinggal kamu bagaimana menentukannya.

***

Saat memutuskan untuk terus berlanjut ke jenjang perguruan tinggi, ibu menyarankan untuk mondok  saja, karena beliau hanya ingin anak perempuan satu–satunya ini mumpuni di bidang agama.

Namun dengan segala pertimbangan yang ada, bahwa dewasa ini pendidikan formal paling rendah adalah S1. Zaman menuntut seseorang untuk tetap berkembang, akhirnya aku memperoleh izin bapak dan ibu untuk kuliah. Dengan syarat tidak boleh keluar dari Blitar.

***

Semua aku jalani perlahan namun pasti, meski di awal perjalanan sempat ada rasa terpaksa, karena saat tes SNMPTN orangtua sudah melarang untuk mengikuti seleksi. Padahal jika dilihat dari peluang, masih masuk kategori untuk bisa mendaftarkan diri di universitas negeri. Kuliah di kota besar dan jauh urung dilakukan.

Karena alasan sami’na wa atho’na, semua dilakukan dengan terbiasa. Masuk di sekolah tinggi swasta di Blitar harus dilakukan dengan terencana, seperti janjiku kepada bapak. Aku harus mencari kerja part time untuk memenuhi segala kebutuhanku. Meski seluruh biaya UKT bapak yang menanggung, tapi setidaknya bapak selalu pengertian tentang seberapa gajiku tiap bulannya.

Gajiku selalu pas ketika aku merencanakan untuk membeli barang pribadi, semisal tas, jaket, keperluan kuliah ongkos kendaraan dan lain sebagainya. Bapak juga mengatakan, memang sekarang kita waktunya untuk berjuang. Tuhan melatihmu untuk keras terhadap dunia.

***

Kuliah memang bukan hal yang mudah dilampaui seperti di FTV. Semuanya butuh perjuanganan dan pengertian. Ketika menjadi mahasiswa baru, semua berjalan lancar. Setiap pulang kuliah aku selalu pulang ke tempat kerja. Menunggu shift kerjaku, lalu pulang tiap malamnya jam 21.00.

Meski sebagian orang berkata, buat apa kamu kerja? Apa gak capek? Prestasimu bagaimana? Masalah prestasi kampus, setidaknya aku masih bisa mendapatkan IPK diatas rata–rata, dengan keadaan kerja sambilan tentu bagiku ini sudah lumayan.

***

Tentang bagaimana temanku menyikapi keadaan hidupku, sebagian ada yang mendukung sebagian lagi ada yang kurang setuju. Karena, aku menjadi mahasiswa yang sulit diajak untuk belajar bersama sepulang kuliah, karena terikat aturan lembaga maka aku harus siap untuk segera bekerja. Selain hari libur, Sabtu dan Ahad. Aku tidak bisa seperti mahasiswa lainnya yang bisa kerja kelompok hingga pulang larut malam.

Tapi, banyak temanku juga yang pengertian hingga mereka mau mengerti bagaimana keadaanku dan mampu menyesuaikannya. Perubahan hidupku memang berjalan begitu drastis, tapi semua  itu adalah jalan hidup yang Tuhan pilihkan untukku. Aku tidak pernah menyesal sudah sampai di batas ini. Justru aku bersyukur, ternyata masih ada temanku yang lebih berat bebannya daripada aku.

***

Di kelasku, sekitar 4 – 5 anak juga pekerja part time seperti aku. Dari mereka aku belajar, ternyata ada salah satu temanku yang juga pekerja kuliahan seperti aku. Aku bersyukur masih bekerja dengan tangan bersih dan baju rapi (Baca : di lembaga kantor), karena salah satu temanku harus bekerja di toko hingga larut malam.

Dia juga menjadi salah satu partner berkaryaku. Aku mengenal dekat dia baru–baru ini, meskipun satu kelas dan aku menjabat menjadi ketua tidak menjadikan aku dekat dengan semua teman sekelas, ya itu karena tidak intens bertemu dengan teman–teman.

Dia menguatkanku ketika dia mengatakan harus menanggung seluruh biaya kuliah, masih gampang seperti aku yang gajian hanya untuk pemenuhan saku pribadi, dan membayar sebagian kecil iuran kuliah. Tidak seperti dia yang semuanya di tanggung, meski dia juga punya seorang tante yang sedikit demi sedikit juga membantu.

***

Aku belajar banyak dari semuanya, mengenal orang-orang lebih luas, semisal teman kerjaku yang juga ada yang bernasib sama, justru dia juga double profesi, pagi mengajar di TK dan sore di lembaga kami. Lalu, pada Sabtu - Ahad dia kuliah. Sungguh! Tuhan menguatkanku dengan orang–orang hebat di sekitarku.

Meski terkadang ragu, kuat atau tidak kuliah dengan bekerja. Nyatanya hampir 2 tahun aku menjalaninya. Masalah pernah lelah ya itu manusiawi, ingin menyerah dan berhenti sampai sini itu bukan hal yang gampang.

Selalu aku ingat ketika seseorang pernah berkata demikian, "ketika kamu lelah dan ingin berhenti, tengoklah ke belakang seberapa jauh kamu sudah melangkah. Ingatlah senyum bapak ketika dia tahu aku segera pulang ke rumah.”

Aku yakin bisa membuat bapak bangga ketika wisuda kelak. Bahkan aku punya cita–cita untuk kuliah doktor. Semoga saja bisa terkabul. Untuk kalian semua yang senasib seperjuangan denganku.

***

Jangan khawatir akan hidup kita esok, semua sudah dijamin. Asalkan kita mau berusaha, dan qanaah dalam semua hal, maka Tuhan akan memudahkan. Kamu punya nilai lebih dibanding temanmu, kamu sudah bersikap tegas, mandiri pada dirimu sendiri. Ini termasuk bekal yang baik untuk kerasnya hidup di hari ke depan.

Semangat! Jangan berhenti berkarya hanya karena status sosial semata. Tuhan punya banyak cara untuk memberikan rezeki dan limpahan rahmat–Nya.
Semoga bermanfaat.

Desember, 2017
@anaafittt

No comments:

Pages