Rutinan FLP Blitar : Hujan dan Pertemuan yang Direncanakan Libur - FLP Blitar

Rutinan FLP Blitar : Hujan dan Pertemuan yang Direncanakan Libur

Bagikan

Oleh : Alfa Anisa

(8/10/2017) Ahad adalah pertemuan yang jatuh pada kalender berwarna merah. Setiap orang takzim menikmati akhir pekan dengan senyum, tawa bahagia, meski pada akhirnya rekah senyum akan kembali menciut ketika gelap mulai memenuhi langit. Karena esoknya adalah awal mula kesibukan dari sebuah hari.

Hari itu, 8 Oktober 2017  menjadi Ahad yang kesekian kali orang-orang menambah kesibukan, menjadwalkan pertemuan, berkumpul di ruang diskusi lantai 2 sebelah barat Perpustakaan Bung Karno.

***

Orang-orang itu diantaranya adalah saya, yang berencana hendak libur dari apa-apa yang disibukkan setiap siang di hari Ahad. Memilih libur adalah rencana dua minggu lalu, sebuah rencana yang ragu, dan hal-hal yang  mustahil dilakukan jika beberapa tugas masih belum juga diselesaikan. Dan memang pada akhirnya saya tak jadi meliburkan diri. Datang terlambat adalah hal yang harus dilakukan, daripada tidak sama sekali.

Jarum jam belum berputar sempurna, ketika air langit menetes terbata-bata. "Sebentar, Hujan. Datanglah lagi ketika saya sudah sampai di tempat tujuan," bisik saya lirih membersihkan titik2 air di kaca helm yang mulai menebal.

***

Tak ada yang istimewa dari hujan di Bulan Oktober. Seperti halnya siang itu saya duduk di tempat biasa, dan hujan seolah menyambut kedatangan dengan riang gembira. Membiarkan orang-orang menumbuhkan penantian agar hujan lekas melupakan tugasnya.

Tujuh orang menikmati alunan hujan di balik kaca jendela besar, saling terdiam di antara pikiran-pikiran yang dijejalkan. Ah, barangkali hanya saya melakukan itu, sedang keenam anggota FLP lain sibuk memulai bahan percakapan, mengeluarkan isi pikiran, hingga terdiam sejenak menanti pembicaraan inti dari pertemuan siang yang membahas tentang persiapan launching antologi.

***

Hal-hal yang dibicarakan siang itu pada intinya adalah melengkapi data untuk antologi puisi FLP Blitar yang rencana akan dilaksanakan pada bulan Desember. Dan juga persiapan launching akhir tahun. Masih banyak yang harus dirampungkan dengan segera, tapi saya sepertinya menjadi malas tiba-tiba. Hingga apa yang menjadi tugas pun belum terselesaikan.

Selepas membicarakan masalah kegiatan akhir tahun dan teknisnya, saya dan teman2 beranjak ke selasar di lantai bawah karena masih banyak yang harus dibicarakan terkait hal yang belum tuntas. Saat itu jarum jam sama sekali tak mengabarkan bahwa waktu telah habis, bahkan bunyinya tak terdengar karena berpacu dengan bekas sisa suara hujan. Padahal saya masih menikmati dengan diam, suara hujan dan orang yang lalu lalang di dekat patung bung karno. Tapi, ternyata ketika saya ingin diam, teman2 justru menunggu untuk berbicara. Ah...

***

Di selasar, kenangan mulai bermunculan ketika hujan yang baru saja reda mulai berjatuhan lagi. Seperti masa lalu yang ingin diputar ulang. Kami melanjutkan pembicaraan, tepatnya mengenai seberapa dana yang harus dihabiskan. Sambil diselingi makan cemilan dari bekal yang dibawa.

Membawa cemilan tiap hari minggu adalah hal yang sudah  saya niatkan sejak beberapa minggu lalu. Ada hal-hal yang harus saya patuhi agar bisa menjadi perempuan yang siap selalu memperbaiki diri. Karena nyatanya saya masih merasa bukan jadi perempuan. #eh

Sekian dari saya, salam unyu.[]

No comments:

Pages