Hobi, Kebahagiaan, dan Harga yang Perlu dibayar - FLP Blitar

Hobi, Kebahagiaan, dan Harga yang Perlu dibayar

Bagikan


Bisa menjalankan hobi merupakan satu kenikmatan tersendiri, karena kecenderungan dan kesukaan terletak disitu. Meskipun kadang kala harus mengeluarkan dana yang cukup besar, sebab tidak semua hobi bisa menghasilkan, bahkan lebih sering memangkas banyak waktu dan pemasukan.

Namun lucunya, jarang ada rasa sesal, ketika menjalankan hobi tersebut, sekalipun biayanya lebih tinggi dari kebutuhan pokok. Orang yang hobi sepak bola, yang sekedar hobi, rela mengocek saku dalam-dalam untuk membeli peralatan sepak bola mulai dari sepatu mahal, kostum, kaos kaki, asesoris, marchandise, sampai membeli tiket sepak bola yang kadang tidak murah.

Begitu pun yang hobi bidang olahraga lain, yang itu sekedar hobi. Artinya tidak bekerja dibidang tersebut, tidak juga menjadi atlet dibidang tersebut. Bahkan pekerjaannya bisa sangat berlawanan, atau jauh dari hobi yang selalu ia geluti, yang selalu ia luangkan waktu disela kesibukannya.

Beberapa orang di daerah saya sangat hobi menerbangkan layang-layang, bahkan ada yang sudah berumah tangga, yang masih berfikir untuk menyisihkan uang demi membiayai hobinya, ditengah kebutuhan pokok yang terus melambung. Tidak bisa dibilang murah. Karena layang-layang yang diterbangkan bukan layangan kodok atau ulan-ulan, tapi layang-layang yang bahkan ukurannya bisa dua sampai tiga kali lebih besar dari ukuran badannya.

Dalam hati kadang-kadang saya bergumam, ini orang sudah tua masih saja suka layang-layang. Karena selain biaya membeli kebutuhan layang-layangnya, waktu yang dibutuhkan untuk menerbangkan layang-layang, sampai naik tinggi dan dibiarkan terbang semalaman, juga tidak singkat, bisa sampai lupa waktu.

Itu belum kalau akhirnya putus, sambitan, atau terjatuh karena turun hujan. Meskipun sering kali layang-layang terbang di musim kemarau, tapi seperti beberapa waktu lalu, ternyata turun hujan juga, bahkan sangat lebat. Musim kini tak lagi menentu. Mungkin hujan bisa turun sesekali di musim kemarau, karena proses penguapan akhibat panas yang terlampau.

Tapi ya bagaimana, kalau sudah hobi, hal-hal lain menjadi tak terlalu penting. Kadang sampai lupa waktu. Seorang Profesor pernah menceritakan hobi membacanya, apalagi setelah muncul internet, informasi bejibun, sampai ia memasang jaringan internet dan sering lupa waktu ketika membaca artikel-artikel disana yang tinggal dicari via google.

Tapi pada titik tertentu hobi bisa jadi perenungan tersendiri. Kenapa itu sekedar hobi dan kenapa itu tidak dikembangkan saja? misalkan mereka yang hobi mengoleksi barang antik, pada titik tertentu karena melihat begitu bejibunnya barang antik yang ia koleksi, ada keinginan untuk berbisnis di bidang tersebut. Dan ternyata sangat menghasilkan.

Mereka yang hobi membaca, pada titik tertentu juga berfikiran untuk mendirikan toko buku, atau minimal bekerja sebagai pebisnis yang tak jauh dari dunia perbukuan. Begitu pun dengan penggandrung sepak bola level dewa, tak jarang kemudian mereka berbisnis pada bidang-bidang yang berkaitan dengan pesepak bola-an.

Suatu waktu saya mampir ke toko pertanian untuk membeli pupuk NPK dan Polybag, dan disela-sela itu saya bertanya seputar pertanian, ia menjawab begitu lancar dan antusias, seolah ia sedang ditanyai sesuatu yang penting dalam hidupnya, bahkan menjelaskan hal-hal tambahan yang tidak saya tanyakan. Padahal yang bertanya hanya seorang yang iseng tanam-tanam seperti saya.

Juga ketika bertemu peternak puyuh yang sukses, dengan jumlah puyuh puluhan ribu, hal-hal detil dijelaskan sangat antusias, penuh penghayatan. Mungkin bapak tersebut dulunya “hanya meneruskan” ternak yang sudah dirintis orang tuanya, tapi dalam perjalanannya, setelah dihayati, muncul kesukaan, kecenderungan yang akhirnya menjadi hobi.

Tapi hobi dalam perspektif yang lebih luas, sebenarnya tidak melulu yang diluar dari bidang atau pekerjaan yang digeluti. Hobi adalah sesuatu yang ketika dijalankan mendatangkan kepuasan dan kebahagian, dan tidak pernah lepas dari tantangan yang pelik. Mereka yang hobi sepak bola bisa saja jatuh, cedera, patah tulang bahkan sampai meninggal saat sedang bermain sepak bola.

Jika misalkan membantu orang lain bisa mendatangkan kebahagiaan, maka itu bisa disebut hobi pula. Dalam bidang yang lebih khusus, ia bisa menyalurkan hobinya dengan menjadi pelayan publik, seperti birokrat atau politisi. Atau dalam kerangka non formal, dia bisa menjadi aktivis sosial.

Hobi disatu sisi bisa berupa kebahagiaan, tapi sebenarnya lebih pada hal-hal yang secara nyata ia hayati. Jadi hobi adalah hal-hal yang sebenarnya kita hayati, sehingga kita bisa menemukan makna dari penghayatan tersebut. Maka ada beda antara orang yang menjalani hidupnya dengan penuh penghayatan, dengan mereka yang melalui ala kadarnya.

Seorang guru yang menghayati perannya dalam mendidik murid, tidak akan sekedar melihat seorang murid sebagai obyek yang harus menuntaskan beban kurikulum, tapi melihat sisi lain bahwa murid tersebut, dengan berbagai rupa dan bedanya, adalah anak-anak yang akan tumbuh di masa depan, kebanggaan keluarga, dan harapan bagi orang tuanya masing-masing.

Seorang Chef yang benar-benar menghayati perannya, kepuasan yang dihasilkan tentu tidak sekedar bagaimana ia bisa mengusahi banyak teknik memasak, tapi lebih bagaimana penikmat masakannya mendapatkan sesuatu yang beda, rasa dan kualitas yang tak sama dari yang lain.

Dalam banyak bidang kita bisa temui beberapa orang yang mungkin punya profesi yang sama, namun menghasilkan sesuatu yang berbeda, entah dalam bidang bisnis atau jasa. Mereka yang menghayati hidupnya, serupa hobi, ia dibayar dua kali. Dibayar dalam bentuk gaji, dan dibayar dalam bentuk rasa, kepuasaan, dan kebahagiaan. Wollohu’alam

Blitar, 10 Oktober 2017
Ahmad Fahrizal Aziz

No comments:

Pages