Rutinan FLP Blitar : Belajar Seluk Beluk Puisi - FLP Blitar

Rutinan FLP Blitar : Belajar Seluk Beluk Puisi

Bagikan
Oleh : Arif Budairi

Selamat bertemu kembali di agenda rutinan mingguan FLP.
Rasa syukur patut kita panjatkan kepada ALLAH SWT, karena acara rutinan FLP yang kedua kali setelah libur panjang kemarin bisa terlaksana dengan lancar.

Pada rutinan minggu kemarin, rutinan FLP fokus membahas segala hal yang berkaitan dengan puisi.  Sekaligus latihan para anggota FLP dalam membuat puisi untuk persiapan penyusunan karya akhir tahun FLP Blitar, yaitu “Antologi Puisi” dengan Tema utama nya unsur apa saja yang berkaitan dengan Kota Blitar.
Seperti rutinan minggu sebelumnya, cuaca kota Blitar hari minggu kemarin panas terik menyengat kulit, bikin gampang haus, berkeringat, dan ngantuk pastinya kalau rutinan dimulai, soalnya rutinan dimulai jam 13.00 wib.  Dan itu waktu yang pas buat tidur siang bagi sebagian orang.

***
Sebenarnya rutinan minggu kemarin agak membuat saya gugup untuk hadir, kaki seolah-olah ingin jalan di tempat, otak membisu sulit berfikir, karena tiap anggota diwajbkan untuk membuat puisi karya sendiri minimal satu.  Sedangkan saya belum pernah membuat puisi, baca puisi saja jarang.

Tapi saya tetap hadir karena sudah bertekad bulat menempa diri agar bisa terjun dalam dunia kepenulisan.  Walaupun akhirnya  saya datang telat, karena harus mencuci baju dulu.  Sekitar 30 menit lewat dari jadwal rutinan saya baru sampai di PBK.  Ternyata sampai disana barengan sama Kak Fahri, lalu kami bergegas masuk ke ruangan perpus yang biasa dipakai rutinan.

***
Sesuai undian penugasan pada rutinan sebelumnya, kemarin rutinan dibuka oleh bu ketua (Baca: Kak Rosy).  Lalu dilanjutkan kultum oleh Kak Ryan, tapi karena yang bersangkutan belum mempersiapkan materi karena ada kesibukan padat (Baca: Mengurus Organisasi) akhirnya Kak Ryan bercerita sedikit tentang pengalamannya dalam merintis organisasi keagamaan. Walaupun singkat, tapi cukup menginspirasi dan saat kultum berlangsung, terdengar derap langkah kaki menaiki tangga.

Secara berurutan anggota yang lain datang, mulai dari Kak Flow , Kak Adinda, Kak Saif dan Oma Merry.  Yang lainnya saya kurang memperhatikan karena saat itu gagal fokus, dingin banget suhu di dalam ruangan, maklum orang desa jarang di ruangan ber AC. (Baca: seperti minus nol derajat, hehe).

***
Setelah kultum, Kak Rosy menyampaikan lagi kepada perwakilan ranting FLP perihal Writing Camp tanggal 19-20 Agusutus 2017.  Bu Ketua bilang agar perwakilan ranting maupun anggota FLP Blitar yang ingin ikut WRC, segera mendaftarkan diri karena pendaftaran paling lambat 29 Juli 2017.

Walaupun saya belum pernah ikut , tapi saya bayangkan pastinya seru acara WRC, karena diadakan di Trawas, Mojokerto dan peserta nya anggota FLP se-Jatim.  Disana nanti acara nya ada outbond nya juga, jadi pasti memuaskan bagi pecinta literasi karena ilmu tulis-menulis nya dapat, adventure nya juga ada, jadi klop.

***
Pembahasan kali ini dimulai dengan instruksi dari Kak Alfa Anisa kepada semua anggota agar menulis puisi di secarik kertas dalam waktu yang di tentukan oleh Kak Alfa (Baca: lupa berapa menit waktu nya, hehe).  Tapi saya bisa santai, soalnya saya sudah selesai menulis puisi nya karena sudah saya tulis malam hari nya sebelum rutinan.  Walaupun tulisan nya amburadul, banyak coretan, susunan kalimatnya sebisa nya, diksi nya juga sekedar nya tapi saya cukup senang karena itu puisi pertama kali yang saya tulis sendiri.

Selesai menulis puisi, Kak Alfa memberitahu bahwa puisi nya harus di berikan kepada anggota yang duduk di sebelah kiri kita, karena puisi itu harus dilihat, dibaca, dipaham dan analisa oleh anggota lainnya.  Lembar demi lembar puisi itu terus di estafet ke sebelah kiri nya lagi sampai puisi itu kembali ke tangan penulisnya lagi.  Agar puisi bisa ditanggapi dan dikoreksi tentang kelebihan dan kekurangan oleh anggota lain nya dengan cara menuliskan komentar/kritik di kertas yang ada puisi nya tersebut.

Dengan tujuan agar masing-masing anggota bisa saling belajar tentang cara menulis puisi yang baik dengan cara melihat dan menganalisis puisi karya orang lain.  Intinya belajar bareng untuk kebaikan bersama dan meningkatkan kemampuan menulis semua anggota FLP.

Setelah acara halal bi halal puisi selesai, maka tiap anggota bisa tau kelebihan dan kekurangan puisi nya, sehingga bisa introspeksi diri agar kedepannya bisa menulis puisi dengan lebih baik.

***
Pembahasan selanjutnya mengenai pembuatan jaket seragam FLP, nah Kak Irsyad langsung mengirim foto contoh desain calon jaket nya melalui grup Whatsapp FLP.  Kak Rosy mempersilahkan tiap anggota untuk memilih desain jaket yang di inginkan, jadi dengan sistem polling suara tiap anggota maka nanti bisa diputuskan desain mana yang di ambil.  Selain polling jaket, juga diadakan polling untuk mengisi List peserta WRC dan Peserta untuk pembuatan karya “Antologi Puisi” di grup WA FLP.

Tapi saya masih bimbang, pingin sekali ikut setor puisi dalam program karya Antologi Puisi, tapi disisi lain takut puisi yang saya tulis tidak memenuhi syarat.  Karena ini memang hal baru buat saya yang masih anak bau kencur dalam dunia karya sastra, literasi dan penulis.  Tapi saya tidak patah arang, apapun hasilnya, saya coba. Hehe…

***
Rutinan kali ini personil yang hadir bertambah banyak.  Kaum hawa ada Kak Rosy, Kak Dinda, Kak Nezli, Kak Nur, Oma Merry, Kak Alfa Anisa, Kak Ana Fitt, Kak Nunung, Kak Flow (Baca: maaf kalo ada salah nulis nama, hehe) sedangkan Kaum Adam ada Pak Budi, Kak Fahri, Kak Ryan, Kak Hendra, Kak Irsyad, Kak Saif, Kak Alam, terakhir saya sendiri. Lumayan rame dari rutinan sebelumnya, bisa menghangatkan suasana di tengah hembusan angin AC yang sedingin ES, wkwk.

Setelah pembahasan teknik penulisan puisi selesai, maka Kak Rosy sebagai MC menutup rutinan di iringi doa sekaligus berpamitan pulang kepada semua anggota.

***
Lalu kami bergegas turun menuju ruangan terbuka dekat pintu masuk perpus sebelah timur, awalnya saya tidak tahu mau ngapain (Baca: saya anggota baru, hehe).  Ternyata disitu kami duduk melingkar lesehan di lantai untuk latihan membaca puisi.  Dan saya tidak menyangka, Kak Alfa yang tegas itu mengeluarkan beberapa benda plastik bulat kecil yang ternyata berisi jajan, dan secepat kilat jajan itu menyebar ke perut masing-masing anggota termasuk saya yang seperti singa kelaparan. Hehe.

Saya bergumam dalam hati: wanita itu setegas apapun tetap ada sisi lembut dan penyayangnya.  Sesuai kodrat nya bahwa wanita diciptakan mempunyai hati sekuat baja tapi selembut kapas. Cieee…

***
Pak Budi mengawali membaca puisi, tapi saya lupa karya siapa. Hehe.. (Baca: maklum gagal fokus lagi, lapar. wkwkw).  Beliau membaca puisi itu dengan lancar, walaupun agak gak konsen tapi saya masih bisa mendengar bahwa Pak Budi memilih puisi berkualitas dan membawakannya dengan bagus.  Setelah itu, pembacaan puisi dilanjutkan Kak Hendra, di bacalah puisi karya nya sendiri dengan lantang, semua anggota mendengarkan dengan khidmat.

Nah, giliran selanjutnya penampilan berpuisi dilanjutkan oleh Kak Nur, puisi yang dibawakan juga hasil karya nya sendiri.  Tak ku sangka ternyata suara nya lembut, (Baca: seperti cotton candy. hehe) yang menurutku sangat cocok jadi MC.  Tapi Oma Merry memberi masukan agar suara Kak Nur di naikkan nada nya dengan mengambil suara dari diafragma perut, kata Oma masih cempreng dan kurang mantap kalau untuk membawakan puisi.  Kak Nur mencoba  mencoba lagi membawakan puisi, kali ini dia berdiri, kata Oma mungkin dengan berdiri suara nya bisa lebih lepas di explor.  Ternyata memang suara nya berubah jadi lebih berisi dan mantap saat membaca puisi yang kedua kali nya.

***
Akhirnya giliran berikutnya Kak Flow yang tampil.  Seingat saya Kak Flow itu pengurus sanggar seni dan sastra di Kota Blitar (Baca: lupa tempat sanggarnya. hehe) jadi saya antusias untuk melihatnya membawakan puisi, dan memang benar perkiraan saya, Kak Flow cukup lihai dalam membaca puisi, intonasi nya pas sesuai dengan kalimat tiap bait puisi yang di bawakan.

Lebih istimewa lagi karena dilanjutkan penampilan Oma Merry yang membaca puisi estafet dengan Kak Flow, Kak Nunung, Kak Alfa Anisa, bait demi bait mereka lahap dengan lancar, bikin suasana makin semangat.

Menurut saya memang butuh penghayatan tinggi agar kita bisa membawakan puisi dengan baik.  Satu lagi kunci nya, tidak boleh malu saat tampil membawakan puisi, agar kita bisa tampil maksimal dengan segenap kemampuan kita.

***
Sayangnya, Kak Nezli dan Kak Ana Fitt pamit pulang duluan sebelum acara latihan baca puisi selesai.  Tak lama kemudian saya juga harus pamit karena ada urusan lain (Baca: ngapeli dosen. hehe), walaupun sebenarnya hari juga mulai senja.  Tapi dalam hati masih ingin mengikuti rutinan sampai selesai.  Saya mohon maaf kepada semua anggota, karena saya lupa siapa anggota yang bertugas pada acara rutinan FLP minggu depan. wkwkwk.   Saya cuma ingat kalau dari hasil undian, saya ditugaskan untuk menulis laporan rutinan hari ini di Blog FLP.

Merupakan kehormatan bagi saya bisa bergabung di FLP Blitar, pengalaman hidup yang sangat berharga , kesempatan emas ini tidak akan saya sia-siakan untuk terus berlatih dalam dunia kepenulisan. Sekian dan Terima kasih dari Arif Budairi. Selalu dan tetap semangat Berbakti, Berkarya, dan Berarti. Salam damai literasi.[]

24 Juli 2017

Pages